Dan kini, di Masjid Agung Baitul Qadim menyimpan prasasti dari ukiran tangan yang berhubungan erat dengan datangnya rombongan ketiga, yakni datangnya Syarif Abdullah atau Syarif Tua bersama anak buahnya yang keturunan Bugis (Melayu) serta orang Trengganu.
Selain itu di Loloan Timur terdapat sebuah Benteng Fatimah sesuai nama istri Syarif Abdullah yang juga merupakan Putri Sultan Banjarmasin.
"Untuk mengenang jasanya, nama Syarif Tua pun kini dipakai sebagai nama sebuah jembatan Sungai Ijo Gading yang menghubungkan dua wilayah Loloan Barat dan Lolan Timur," ujarnya.
Damannuri melihat adat dan istiadat di Loloan perlahan mulai luntur mengalami perubahan. Bentuk rumah panggung khas Bugis pun telah banyak mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Sementara beberapa ritual masih bertaha menggunakan tradisi khas Bugis seperti terlihat pada upacara perkawinan serta khitanan.
Damannuri mengakui, bahasa Melayu dianggap cukup kuat bertahan sekian abad. Kini bahasa Melayu perlahan kian luntur atas pengaruh dari bahasa Bali seperti dalam contoh kalimat "Gedeg le awak sama kau" atau "Aku marah denganmu". "Gedeg" sendiri artinya "marah" dalam bahasa Bali.