Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Mentari di Pantai Batu Kora

Kompas.com - 25/07/2015, 15:42 WIB
MATAHARI yang perlahan tenggelam di Laut Arafura melengkapi keindahan pesona Pantai Batu Kora di Desa Wangel, Kecamatan Pulau-pulau Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, awal April 2015 lalu. Sejumlah pengunjung menikmati detik-detik terbenamnya matahari dari atas tiga pecahan batu besar di pantai tersebut.

Seorang pengunjung mengambil gambar matahari terbenam dari pesisir pantai yang berada di sisi timur gugus batu itu dengan kameranya. Salah satu momen pengambilan gambar yang paling dikejar adalah ketika matahari sejajar dengan gugusan batu. Titik pengambilan gambar dari sisi timur menunjukkan seolah-olah matahari terbenam di balik barikade batu-batu itu. Hasil gambar berupa sinar matahari yang menembus deretan batu-batu sungguh menarik.

”Gambarnya keren. Mengintip mentari dari balik batu, he-he-he,” ujar Widya (26) sambil tertawa seraya menunjukkan hasil potretannya. Widya yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, sengaja datang ke pantai itu untuk memotret detik-detik tenggelamnya matahari. Ia merupakan mahasiswa pasca sarjana dari salah satu universitas di Jakarta yang melakukan penelitian di Kepulauan Aru.

Tiga pecahan batu besar yang kelilingnya lebih dari 7 meter, dengan tinggi sekitar 5 meter dari dasar laut berbanjar tegak ke tengah laut itu memang merupakan daya tarik utama di pantai tersebut. Di pantai itu ada juga beberapa batu lain berukuran lebih kecil berdiri di sana membentuk sebuah gugus batu dengan jarak lebih kurang 50 meter hingga 70 meter dari garis pantai.

Pada salah satu bongkahan batu terbesar, di bagian atas terdapat lapisan tanah yang ditumbuhi pohon kelapa dan pinus. Pinus merindang hijau dan kelapa tegak menjulang, subur seperti halnya tumbuh di habitat biasanya. Ketika laut surut hingga belasan meter dari bibir pantai, pengunjung dengan mudah mendekati batu-batu itu.

Deretan batu yang terbilang unik tampak sempurna karena dibingkai pesisir pantai berpasir putih sejauh hampir 2 kilometer. Di sana berdiri ratusan pohon nyiur sehingga membuat suasana terasa asri kendati matahari siang menyengat. Terdapat pula lima gazebo sederhana beratap daun kelapa. Pengunjung bisa istirahat sambil menikmati buah kelapa muda yang dijual warga setempat.

Selesai menyantap kelapa muda, pengujung bisa berenang menikmati birunya laut. Semilir angin laut yang mengundang rasa kantuk dapat mengantar pengunjung beristirahat sejenak. Jangan khawatir, tempat tersebut aman, warga yang ditemui ramah menyapa dan memberi senyum. Untuk menikmati suasana di sana, pengunjung cukup membayar Rp 5.000.

Sajian pesonanya memang menggairahkan penikmat wisata sehingga menjadi pilihan utama warga Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru, dan sekitarnya. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari Dobo.

Para wisatawan dan tamu daerah dari luar daerah yang berkunjung ke sana juga disarankan agar terlebih dahulu mendatangi tempat itu sebelum menjelajahi tempat wisata lain. Begitu kata Muhaning Goulap, Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kepulauan Aru.

Namun, warga setempat selalu wanti-wanti kepada pengunjung yang baru pertama kali datang ke pantai itu agar tidak mendekati batu besar tersebut sendirian. Mereka harus ditemani warga setempat atau pimilik lahan itu, yakni dari keluarga marga Watumlawar.

Tonggak sejarah

Keindahan Pantai Batu Kora menyimpan cerita. Konon, pecahan batu itu merupakan tonggak sejarah penentuan kasta dalam kehidupan sosial masyarakat Aru. Itu bermula dari ”perang” antara dua saudara, Ursia dan Urlima, untuk membuktikan siapa menjadi yang sulung di antara mereka. Urlima menggunakan simbol ikan paus, sedangkan Ursia melambangkan dirinya dengan ikan hiu.

Keduanya pun melakukan lomba mendayung perahu dari Fatujuring, sebuah desa di Aru bagian selatan, menuju tempat itu. Dalam perlombaan, Ursia tidak bisa mencapai garis akhir karena sampannya karam dihantam gelombang.

Sementara itu, Urlima berhasil mencapai tempat itu dan sampannya menabrak sebuah bongkahan batu hingga batu tersebut pecah menjadi tiga bagian. Hukum alam membuktikan, Urlima-lah menjadi yang sulung dalam strata sosial masyarakat Aru.

Tokoh masyarakat Aru, yang juga mantan Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Aru, Benny Tulanem, mengatakan, pecahnya Batu Kora adalah bukti yang tak bisa terbantahkan. Batu Kora seakan menjadi simbol Urlima. Itu ditegaskan dengan terdamparnya ikan paus setiap tahun, pada Januari hingga April.

Kendati kaya dengan lokasi wisata yang eksotik, belum banyak wisatawan yang datang ke Kabupaten Kepulauan Aru. Dalam satu tahun, wisatawan mancanegara yang berkunjung tidak lebih dari 15 orang. Selain kurang promosi, akses menuju Dobo juga minim.

Dalam sehari, hanya satu pesawat melayani rute Ambon-Dobo, yakni Trigana Air Service, pesawat ATR 42 seri 300 dengan kapasitas 40 penumpang. Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Aru Arens Uniplaita mengatakan, panjang landasan lapangan terbang Rar Gwamar Dobo akan ditambah dari 1.200 meter menjadi 2.000 meter. (Fransiskus Pati Herin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com