Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Rempah Khas Thailand Ditutup Hidangan Manis, Sempurna

Kompas.com - 27/08/2015, 13:06 WIB
Jonathan Adrian

Penulis

KOMPAS.com - Kuliner Thailand terkenal dengan ketajaman rasanya. Satu jenis makanan Thailand bisa dimasak dengan beragam bumbu herbal yang memperkuat rasa.

Beragam hidangan Thailand dapat dinikmati di "Taste of Thai Festival", sebuah promo yang berlangsung di Botany Restaurant, Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta. Dalam festival ini, setiap harinya ada lima belas varian makanan khas Thailand yang dapat dinikmati. Lima belas varian ini akan terus berganti setiap hari kecuali untuk menu Pad Thai.

Pad Thai adalah salah satu makanan khas Thailand yang populer. Sederhananya makanan ini adalah mi goreng Thailand. Bentuk dan teksturnya seperti kwetiaw, disajikan dengan bawang merah, lemon, dan kacang yang ditumbuk halus sebagai taburan.

Pad Thai juga dimasak dengan beragam rempah seperti jahe, kunyit, cabai, dan buah asam. Hal yang menarik, buah asam yang digunakan adalah buah asam Thailand yang rasanya justru manis. Saat dimakan, aroma manis dan rempah terasa di mulut. Rasanya gurih dan sedikit manis.

Kenali juga Red Chicken Curry, makanan khas Thailand yang sesuai dengan warna cabai. Biasanya terdapat dua pilihan yakni merah dan hijau, sesuai dengan warna cabai. Red Chicken Curry memiliki rasa yang tajam dan hangat. Saat dihidangkan, aroma hangat bumbu rempah tercium kuat.

Makanan pembuka yang ditawarkan juga menarik. Sebut saja Laab Gai atau salad ayam cacah. Disajikan di dalam gelas. Inti makanan ini ialah daging ayam yang dicacah halus dicampur dengan daun ketumbar, bawang merah, dan daun mint segar.

Ada juga Yum Woon Sen. Terbuat dari bawang, daun kemiri, dan beragam jenis cabai, dicampur dengan bihun. Yum Woon Sen disebut juga salad bihun pedas.

Jika ingin menikmati semua rasa ini, Indra Nugraha, Maketing Manager Badan Otoritas Pariwisata Thailand untuk Jakarta, menyarankan untuk menikmati setiap rasa tajam Thailand terlebih dahulu, kemudian menutupnya dengan hidangan manis, sesuai dengan kebiasaan masyarakat Thailand.

“Kemudian setelah makan (bumbu yang tajam), mereka (orang Thailand) biasanya menggabungkan dengan hidangan yang manis sebagai penutup,” ujarnya saat pembukaan "Taste of Thai Festival", Rabu (26/8/2015).

Untuk hidangan penutup yang manis sendiri ada beberapa pilihan seperti Kao Neow Durian atau nasi ketan durian. Ada jug Thai Coconut Puding, salah satu hidangan penutup dari buah kelapa yang unik.

Botany Restaurant mendatangkan dua juru masak dari Bangkok, Pongsathorn dan Nipon untuk memasak semua hidangan di festival ini. Untuk rasa sendiri, Wanda Gunawan, Chef Eksekutif Bothany Restaurant mengaku menyarankan beberapa penyesuaian agar cocok dengan lidah Indonesia. Meski demikian, ia memastikan rasa khas Thailand tidak akan hilang.

“Kita hanya kurangi sedikit ketajaman rasa setiap hidangan agar lebih cocok dengan dengan pengunjung,” paparnya.

Kompas.com/Jonathan Adrian Buffet Taste of Thai Festival

Makanan penutup dari kelapa

Selain kaya akan rempah, Thailand adalah negeri kaya kelapa. Ada banyak sekali makanan bebahan dasar pandan dan kelapa dari Thailand. Salah satu yang menarik adalah Thai Coconut Pudding. Jika beruntung, makanan ini dapat ditemukan di Taste of Thai Festival, Botany Restaurant, Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta.

Thai Coconut Pudding merupakan hidangan yang mengoptimalkan buah kelapa sebagai bahan dasarnya. Untuk satu porsi puding, pengunjung akan diberi satu buah kelapa utuh yang sudah dikuliti dan bagian atasnya dilubangi.

Sepintas hidangan ini mengecoh dan tampak seperti minuman air kelapa. Namun saat memasukan sendok ke dalam kelapa, barulah terasa tekstur kenyal air kelapa yang disulap menjadi puding.

Untuk memasak hidangan ini cukup sulit. Chef Nipon, koki tamu internasional dari Thailand menjelaskan proses pembuatannya. Kelapa yang digunakan harus kelapa muda. Setelah kulit kelapa dibersihkan, kelapa kemudian dibelah untuk mengolah airnya. Air kelapa tak boleh dibiarkan terlalu lama terbuka, rasanya bisa berubah.

“Tuang airnya, harus cepat. Kalau tidak, bisa jadi asam,” papar Chef Nipon.

Setelah itu, air kelapa dicampur dengan serbuk agar-agar. Tantangan membuat puding ini ialah menentukan takaran serbuk agar-agar. Jika terlalu banyak, air kelapanya akan mengeras dan rasa aslinya akan hilang, berganti dengan rasa agar-agar. Jika terlalu sedikit, airnya bisa tidak mengental. Setelah itu kelapa beserta airnya yang sudah diolah didinginkan sebelum dinikmati.

Saat KompasTravel mencobanya, tekstur puding tidak terlalu keras dan tidak melawan saat disendok. Rasa pudingnya sangat natural, yakni rasa air kelapa muda. Sensasinya benar-benar seperti memakan air kelapa. Pengunjung juga dapat menikmai puding ini bersama parutan daging kelapa muda yang masih menempel di dinding kelapa.

Taste of Thai Festival akan terus berlangsung hingga 4 September 2015 di Bothany Restaurant, Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta. Pukul 12.00 hingga 14.30 restoran menggunakan konsep prasmanan, harga dimulai dari Rp 198.000 per orang. Sementara untuk layanan makan malam, restoran menawarkan a la carte.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com