Nanas misalnya, memiliki arti sebagai pembersih hati dan jiwa yang kotor dari nafsu-nafsu setan. Hal ini sesuai dengan sifat nanas yang memiliki zat kimia yang mampu melunturkan kotoran sekeras apa pun yang melekat pada benda.
"Kalau manggis artinya lain lagi. Manggis di luarnya berkulit hitam, di dalamnya ternyata putih. Ini menyimbolkan seburuk-buruknya manusia, pasti ada baiknya juga. Artinya, kita tidak boleh menilai seseorang dari luarnya saja," sebutnya.
Kemudian, ada lagi simbol tali yang bermakna ukhuwah islamiyah atau persaudaraan sesama orang Islam. "Kalau bunga itu simbol keindahan. Artinya orang Banjar sebagai bagian dari umat Islam harus indah dalam hal akhlaknya, tutur katanya, dan sebagainya," lanjutnya.
Di bagian tengah masjid ini, ada empat tiang guru yang masih asli sejak pertama dibangun. Ada cerita menarik dalam peletakan tiang guru ini saat pembangunannya dulu. Menariknya adalah, sangat sarat dengan budaya Banjar dan pengaruh Hindu di masa lalu.
Konon, dulu saat diletakkan, di bagian atas tiang guru ditaruh wafak, yaitu jimat khas Banjar berupa tulisan Arab yang dirajah berisi doa-doa. Tujuannya sebagai media pelindung bangunan agar senantiasa damai dan selamat dari bahaya.
"Saya mendengar kisahnya seperti itu. Itu kan pengaruh budaya Hindu. Tapi karena ini masjid, kemudian ditambahi doa-doa permohonan kepada Allah agar masjid dan jemaah yang beribadah di dalamnya damai dan selamat," tuturnya.
Dari segi bangunannya, kendati banyak dipengaruhi arsitektur masjid di Demak, tak seluruhnya masjidnya bernuansa Demak. Masjid ini bertipe panggung, seperti halnya bangunan-bangunan lainnya di Banjarmasin yang bertipe rumah panggung.
Hal itu disebabkan kontur tanahnya yang rawa sehingga diperlukan fondasi kuat bertipe panggung agar bangunan tak mudah roboh. "Kalau masjid di Demak tidak bertipe panggung. Kalau di sini panggung," katanya.
Lokasi masjid ini sangat mudah dijangkau. Letaknya di pinggiran kota Banjarmasin, tepatnya di tepi Sungai Kuin. Bisa dijangkau dengan kendaraan umum seperti ojek dan becak maupun kendaraan pribadi. Bisa juga dengan perahu atau kelotok. (Wartawan Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)