Lokasinya di Jalan Tentara Pelajar Kios Nomor 14, Magelang, Jawa Tengah.
Warung ini sangat sederhana namun sangat terjaga kebersihannya, mulai dari kolong meja dan bangku, meja, piring, gelas, toples, dan bahkan jendela kayunya tersebut. Kemudian hal lain yang menarik perhatian saya adalah terpajangnya foto-foto sejumlah petinggi negara dan artis legendaris di dinding warung (termasuk foto Pak SBY dan Bu Ani). Memang legenda warung ini, apalagi ada tulisannya “Sejak 1942″, sebelum Indonesia Merdeka loh.
Kini yang berjualan adalah generasi ke-3 yaitu Ibu Kuntari. Bu Kuntari mengaku ia terus mencoba untuk mempertahankan keaslian rasa dan suasana supaya pelanggan bisa terus merasakan nostalgia. Untuk itu ia juga menjaga sendiri warungnya.
Ia pun tetap rendah hati, meski pelanggannya adalah kaum jetset. Kerendahan hati itu terlihat pada warung yang tetap sederhana, makanan yang tetap murah meriah, dan seperti tak terusik oleh siapa pun yang pernah makan di warungnya. Apapun pangkat dan status sosialnya, asal masuk ke warung ini, ia tetap adalah pelanggan Bu Kuntari.
Tak disangka, rasanya begitu spektakuler. Saya langsung jatuh cinta pada sendokan pertama. Kupatnya padat namun lembut saat dikunyah. Bumbunya fantastis! Bumbu kacang setengah cair ini terasa mengalir di seluruh dinding lidah. Manis namun sangat lembut dan tidak bikin eneg.
Terdengar lebay? Ya mungkin karena saya memang dalam posisi sangat lapar saat itu. Tetapi ini asli enak! Gorengannya terasa spesial luar dalam. Saya sampai tambah gorengan 2 kali. Gorengan bakwan yang baru saja matang dari penggorengan tersebut renyah di luar dan sedap di dalam. Apalagi jika dinikmati bersama krupuk.
Usai menikmati sepiring penuh kenikmatan ini, teman minumannya adalah es campur khas Tahu Pojok. Sejujurnya saya membayangkan es campur dengan gundukan es yang bersusu dan bersirup. Tetapi ternyata es campur cair dalam gelas ini justru malah menuntaskan kelegaan saya. Tidak terlalu manis dan tidak terlalu banyak buah, sehingga diminumnya segar sekali.
Makanan di sini juga murah. Saya makan seporsi kupat tahu, segelas es campur, 1 botol air mineral, 2 gorengan, dan 2 bungkus krupuk, hanya bayar Rp 23.000 saja. Rasanya sekembalinya saya ke Jakarta, makan di Jakarta begitu mahal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.