"Adalah sebuah kesalahan besar jika pengembangan wisata tidak dijadikan prioritas utama karena potensi tersebut justru lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya seperti pertanian, industri dan kelautan," katanya.
Premanisme
Di antara sikap dan perilaku yang membuat Sumbar tidak termasuk dalam daftar teratas kunjungan wisata adalah perilaku premanisme sekelompok pemuda atau warga di lokasi wisata.
"Ada sekelompok pemuda dan bahkan anak-anak yang memaksa minta tarif parkir di luar kewajaran dan ini sangat menganggu dan membuat tamu tidak nyaman," katanya.
Contoh bagaimana premanisme dan aksi pemalakan yang membuat resah wisatawan terjadi di Kota Wisata Bukittinggi sehingga memancing protes di media sosial, terutama pada saat Lebaran atau libur nasional lainnya.
Bahkan di Bukittinggi sudah lama dikenal istilah "tukang pakuak" (tukang getok), yaitu istilah yang diberikan kepada restoran dan rumah makan yang sengaja melambungkan harga setinggi langit dengan sasaran wisatawan dari luar daerah.
Sementara itu pengamat pariwisata Imran Rusli berpendapat bahwa perilaku paling parah adalah dalam soal pelayanan.
"Ini mungkin karena masyarakat yang berasal dari kultur parewa (pendekar) dan penghulu (pemimpin), lelaki Sumbar paling emoh melayani. Mereka maunya dilayani, bukan melayani. Mereka tak mau tahu dengan konsep kepuasan pelanggan," katanya.
Adminto Katik Bandaro, perantau asal Bukittinggi yang pulang kampung dengan membawa keluarganya bertamasya ke Danau Singkarak beberapa waktu lalu menceritakan pengalaman yang menjengkelkan.
Tapi berhubung di lokasi tersebut ternyata langsung kena sinar matahari, Adminto pun memindahkan mobil ke lokasi di bawah pohon rindang yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari tempat semula. Saat itu pula datang seorang nenek yang juga meminta jasa parkir.
"Itu beda, karena tempat parkir ini tanah saya," kata sang nenek kepada Adminto yang kemudian protes, tapi hanya bisa terperangah dan jengkel.
Di luar segala sikap dan perilaku yang tidak mendukung bisnis wisata tersebut, Andrinof berharap agar pengembangan kawasan wisata terpadu Mandeh yang terletak 56 Km dari Padang, bisa menjadi sebuah proyek percontohan dan sekaligus penyelamat pariwisata Sumbar.
Fasilitas pendukung lainnya akan segera dibangun dengan target selesai pada 2017, yaitu perhotelan, restoran, resort, pasar suvenir, dan semua fasilitas yang dikelola kelompok sadar wisata.
Lindo, seorang pemuda yang bertugas menjaga salah satu lokasi wisata Mandeh, Pesisir Selatan, setidaknya bisa memberikan harapan akan perubahan perilaku masyarakat dalam melayani tamu.
Dengan penuh antusias, Lindo pun secara santun dan lancar menceritakan kepada beberapa tamu yang bertanya tentang rencana proyek pengembangan kawasan wisata terpadu Mandeh yang baru saja dikunjungi Presiden Joko Widodo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.