Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Sumbar, Pesona Alam Saja Belum Cukup...

Kompas.com - 14/10/2015, 14:02 WIB

"Adalah sebuah kesalahan besar jika pengembangan wisata tidak dijadikan prioritas utama karena potensi tersebut justru lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya seperti pertanian, industri dan kelautan," katanya.

Premanisme

Di antara sikap dan perilaku yang membuat Sumbar tidak termasuk dalam daftar teratas kunjungan wisata adalah perilaku premanisme sekelompok pemuda atau warga di lokasi wisata.

"Ada sekelompok pemuda dan bahkan anak-anak yang memaksa minta tarif parkir di luar kewajaran dan ini sangat menganggu dan membuat tamu tidak nyaman," katanya.

Contoh bagaimana premanisme dan aksi pemalakan yang membuat resah wisatawan terjadi di Kota Wisata Bukittinggi sehingga memancing protes di media sosial, terutama pada saat Lebaran atau libur nasional lainnya.

Bahkan di Bukittinggi sudah lama dikenal istilah "tukang pakuak" (tukang getok), yaitu istilah yang diberikan kepada restoran dan rumah makan yang sengaja melambungkan harga setinggi langit dengan sasaran wisatawan dari luar daerah.

KOMPAS/PRIYOMBODO Suasana senja di Jam Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu. Jam Gadang hingga kini menjadi ikon sekaligus tujuan wisata di Bukittinggi.
Dan tidak tanggung-tanggung, rombongan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ramai diberitakan di media lokal dan media sosial menjadi korban "pakuak" di sebuah restoran di Bukittinggi pada 2006 lalu.

Sementara itu pengamat pariwisata Imran Rusli berpendapat bahwa perilaku paling parah adalah dalam soal pelayanan.

"Ini mungkin karena masyarakat yang berasal dari kultur parewa (pendekar) dan penghulu (pemimpin), lelaki Sumbar paling emoh melayani. Mereka maunya dilayani, bukan melayani. Mereka tak mau tahu dengan konsep kepuasan pelanggan," katanya.

Adminto Katik Bandaro, perantau asal Bukittinggi yang pulang kampung dengan membawa keluarganya bertamasya ke Danau Singkarak beberapa waktu lalu menceritakan pengalaman yang menjengkelkan.

BARRY KUSUMA Lembah Harau di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Setelah membayar karcis masuk di pintu gerbang yang dijaga beberapa pemuda, Adminto kemudian memarkirkan mobil di sebuah tanah lapang di pinggir danau untuk bersantai. Saat itu pula datang seorang pemuda yang langsung meminta uang parkir.

Tapi berhubung di lokasi tersebut ternyata langsung kena sinar matahari, Adminto pun memindahkan mobil ke lokasi di bawah pohon rindang yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari tempat semula. Saat itu pula datang seorang nenek yang juga meminta jasa parkir.

"Itu beda, karena tempat parkir ini tanah saya," kata sang nenek kepada Adminto yang kemudian protes, tapi hanya bisa terperangah dan jengkel.

Di luar segala sikap dan perilaku yang tidak mendukung bisnis wisata tersebut, Andrinof berharap agar pengembangan kawasan wisata terpadu Mandeh yang terletak 56 Km dari Padang, bisa menjadi sebuah proyek percontohan dan sekaligus penyelamat pariwisata Sumbar.

KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Untuk masuk ke dalam Lobang Jepang di Bukittinggi, Sumbar, pengunjung harus melewati tangga dengan kedalaman 64 meter.
Di kawasan dengan luas sekitar 18.000 hektare ini, yang mencakup kawasan terumbu karang 70,32 hektare, mangrove (313,32 hektare), dan keragaman hayati (404,55 hektare).

Fasilitas pendukung lainnya akan segera dibangun dengan target selesai pada 2017, yaitu perhotelan, restoran, resort, pasar suvenir, dan semua fasilitas yang dikelola kelompok sadar wisata.

Lindo, seorang pemuda yang bertugas menjaga salah satu lokasi wisata Mandeh, Pesisir Selatan, setidaknya bisa memberikan harapan akan perubahan perilaku masyarakat dalam melayani tamu.

ARSIP KOMPAS TV Ilustrasi menyelam
Lindo yang mengaku warga setempat, tampaknya mulai menyadari bahwa pelayanan adalah hal paling utama yang harus diutamakan dalam bisnis wisata.

Dengan penuh antusias, Lindo pun secara santun dan lancar menceritakan kepada beberapa tamu yang bertanya tentang rencana proyek pengembangan kawasan wisata terpadu Mandeh yang baru saja dikunjungi Presiden Joko Widodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com