Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersepeda di Kaki Langit Himalaya - 9

Kompas.com - 06/11/2015, 09:17 WIB
Wartawan Warta Kota, Max Agung Pribadi melakukan penjelajahan bersepeda seorang diri ke kawasan Pegunungan Himalaya di India pada 28 September-17 Oktober 2015.

Berikut seri ke-9 laporannya yang disajikan dalam 10 tulisan.

*****

TENGAH hari aku berhenti untuk makan siang berupa biskuit kalori tinggi, cokelat, dan apel. Perbekalan yang kusiapkan di Jakarta terasa sangat membantu. Setidaknya aku bisa menghemat waktu dan tak perlu mencari-cari makanan di India.

Aku membawa makanan berkalori tinggi seperti muesli yaitu campuran gandum, kacang-kacangan, dan buah kering serta snack bar kalori tinggi. Aku juga membawa dodol Garut dan kurma untuk cemilan berat sekaligus sumber energi.

Kini jari-jari kaki dan tangan mulai terasa sakit karena dingin yang membeku. Mula-mula terasa baal, tapi lama kelamaan muncul rasa nyeri seperti kuku-kuku jari akan dicabuti.

Saking nyerinya terkadang aku hanya diam meringis dan kalau sudah tak tahan meracau tak karuan. Ya ampun, rupanya seperti ini rasanya bersepeda di gunung tinggi!

Ritual harian yang dimulai pagi hari pun mendatangkan siksaan tersendiri karena seluruh jari tanganku dan tumit kaki kulitnya mongering dan pecah-pecah sehingga perih jika disentuh.

MAX AGUNG PRIBADI Semua air di botol jadi es.
Belakangan baru ketahuan, deraan cuaca dan medan seperti ini membuat bobot badanku susut  5 kilogram dan seluruh jari kakiku terkena radang beku, meski tidak sampai frostbite yang parah.

Saat memasuki kawasan Ladakh atau Leh, begitu banyak gompa atau biara yang dibangun di atas tebing. Corten atau bangunan stupa berupa undak-undakan bertumpuk mengerucut ke atas dan biasanya berwarna putih juga bertebaran dimana-mana.

Bangunan yang merupakan tempat pemujaan atau doa bagi penduduk Ladakh penganut Buddha Tibetan itu seolah mengingatkanku untuk selalu berpaling pada Yang Kuasa.

Keberadaan bangunan itu dan suasana pegunungan yang hening ikut membuat hati dan pikiran pun terasa tenang. Sepanjang jalan kucoba berkontemplasi dengan lingkungan sekitar. Ini juga berguna meredam rasa sakit.

Di saat medan jalanan yang menempa sampai ke batas ketahanan, aku selalu memasrahkan semuanya kembali kepada Tuhan. Demikianlah perjalanan ini juga kuhayati sebagai penjelajahan batin yang mendekatkanku pada Sang Penguasa Semesta.

Dengan sisa tenaga yang ada aku terus menambah ketinggian dan bergerak maju sampai 10 kilometer menjelang puncak Taglang La. Kini aku benar-benar sudah kehabisan tenaga. Semangat dan tekad untuk sampai puncak pun sudah punah digerogoti tanjakan yang tak ada habisnya.

MAX AGUNG PRIBADI Merah Putih di puncak Taglang La.
Sebenarnya tanjakan itu tak terlalu terjal, hanya panjang sekali membentuk ulir mengikuti lereng gunung yang sangat besar. Mendaki tanjakan panjang-panjang seperti itu pada ketinggian di atas 4.500 meter, sungguh lain rasanya.

Di medan datar tanjakan seperti itu bisa kuselesaikan dalam waktu 1-2 jam. Tapi ini sudah seharian tidak juga sampai ke puncak. Dari bawah terlihat jalanan mengular dan truk-truk yang melintas di atasnya seperti mainan kecil yang mudah saja terlempar dari atas.

Aku berusaha maju lagi, tapi gravitasi seolah terus menahan untuk tunduk pada hukumnya dan bukan pada kemauanku bergerak. Kini setiap sepuluh meter aku berhenti untuk mengambil nafas. Sengaja aku tak menuntun sepeda karena lebih berat melakukannya.

Di saat sudah tak ada lagi yang tersisa, aku berhenti dan berdiam diri cukup lama. Beberapa truk atau pick up melintas dan itu lebih tampak sebagai godaan besar.

Tapi dalam perjalanan bersepeda jarak jauh itu aku selalu berprinsip hanya akan naik kendaraan bermesin dalam kondisi benar-benar darurat atau ada tekanan waktu.

Dalam hati aku berbisik, “Tuhan, aku tidak akan menyerah asal tidak Kau tinggalkan.”  Ajaib. Sehabis doa itu rasanya seperti mendapat kekuatan baru untuk kembali mengayuh.

Semakin tinggi mendaki, pemandangan lanskap Pegunungan Himalaya semakin spektakuler. Rasanya seperti sedang berada di negeri di atas awan.

MAX AGUNG PRIBADI The Great Himalayan Range di latar belakang.
Deretan gunung batu berlapis-lapis dalam ukuran amat besar puncaknya memutih penuh lelehan salju.

Guratan lerengnya membentuk jurang-jurang besar dan ngarai yang tak terlihat dasarnya dengan latar langit biru dan awan yang berarak seperti kapas.

Sering tanpa terasa air mataku meleleh menyaksikan semuanya dikala fisik dan mental sudah habis. Pukul 17.30 aku belum sampai ke puncak dan ada di ketinggian 5.150 meter.

Aku mulai mencari tempat untuk buka tenda di pinggir jalan. Di Himalaya musim ini gelap baru turun mulai pukul 19.00.

Sekitar 200 meter di depan ada secuil tanah lapang dan tenda pekerja konstruksi jalan berdiri disitu ditunggui seorang bapak tua. Aku minta izin untuk buka tenda dekat situ.

Mentari tenggelam di balik punggung gunung. Suhu turun lagi dengan cepat sampai -10 derajat Celcius. Kudirikan tenda cepat-cepat lalu mau masak air untuk bikin teh manis.

Wah, ternyata semua air dalam botol sudah jadi es. Terpaksa kumasak saja salju yang ada di sekitar tenda.

Saat sedang melelehkan salju, si bapak tua datang ke tenda membawakan chai panas, minuman teh manis yang dicampur susu mirip teh tarik.

Kubalas dengan memberinya sebutir apel. Setelah itu kami masuk ke tenda masing-masing melewati malam yang bening dan membeku.

Aku tidak pernah menyembah atau menaklukkan gunung. Bentang alam dengan segala bentuk dan isinya itu buatku ibarat kawan lama.

Aku percaya di balik sebuah gunung ada Yang Maha Besar bertahta dan menyampaikan pesan-pesannya lewat tanda-tanda alam yang bisa ditangkap oleh manusia.

Karena itulah dalam penjelajahan aku selalu berusaha menyapa gunung-gunung itu, memahami tanda-tanda alam yang muncul lewat angin, awan, hujan, dan matahari yang bersinar.

Selalu ada keinginan untuk menyatukan jiwaku dengan mikrokosmos gunung tersebut supaya frekuensi interaksi kami tersambung.

Begitu pula yang kulakukan saat mendaki Nakee La (4.700m) yang merupakan puncak kembar berdampingan dengan Lachulung La (5.059m). (Bersambung...)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com