Tak kuat, Amak Bohari pulang ke Sembalun. Beda dari Amak Bohari, Amak Yun lebih memilih jadi petani. Amak Yun adalah porter senior di Sembalun. Ia sangat ramah terhadap tamu dan mahir memasak.
Saat selesai bertani, Amak Yun biasanya mencari tambahan sebagai tukang pijat. Bayarannya seikhlasnya. Sering Amak Yun ditawari makan jadi uang yang ia bawa sudah bersih. Sayang harga cabai, sebagai tanaman utama di musim ini sangat jatuh. Cabai para petani ini bahkan dihargai Rp 1.000 per kilogram. Kalau sudah begini Amak Yun hanya bisa pasrah.
Sementara itu, Yahya, porter generasi muda memilih jalan lebih baik. Saat sedang sepi seperti ini, ia mendalami pengetahuan seputar Rinjani dan sekitarnya. Yahya disebut-sebut menjadi salah satu kandidat pemandu muda di Sembalun.
Macam-macam memang alternatif profesi mereka, tetapi tak satu pun mengeluh soal erupsi Barujari. Masyarakat tetap senyum bahkan saling bercanda saat sedang bertani.
"Kalau gunung sudah biasa, saya lebih pusing pikirkan harga cabai," ujar salah seorang petani.
Masyarakat berharap hujan segera turun agar mereka dapat mengganti tanaman pertanian mereka. Saat tim KompasTravel pergi meninggalkan Sembalun tanggal Selasa (10/11/2015), rintik air tampak membasahi kaca mobil. Hujan turun di Sembalun. Di sisi jalan masyarakat tampak berbondong keluar, anak-anak bermain air, lahan-lahan kering yang dibakar mulai digarap. Sapi-sapi mulai turun dari bukit.
"Kayaknya akan mulai tanam padi ini," papar supir yang mengantar tim KompasTravel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.