Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh-oleh dari Batuan Merapi di Sentra Kerajinan Muntilan

Kompas.com - 06/01/2016, 13:06 WIB

MAGELANG, KOMPAS.com - Puluhan kios yang terisi penuh dengan beragam jenis kerajinan dari batuan alam, khususnya batuan andesit dapat Anda temui di pinggir jalan Jogja-Magelang.

Lokasi tepatnya di Dusun Prumpung, Kelurahan Taman Agung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Wilayah tersebut memang sejak lama telah dikenal sebagai sentra penjualan kerajinan dari batuan gunung Merapi.

Cobek, beragam jenis dan ukuran patung, miniatur candi dan stupa, hiasan taman adalah beberapa kerajinan yang dapat anda temukan disana.

Arif (35) salah satu penjual kerajinan batu alam menyatakan sejak sekitar tahun 70-an masyarakat di sana telah mulai berjualan kerajinan dari batuan Merapi.

"Sejak zamannya Bapak saya, warga sini telah memproduksi beragam kerajinan dari batu dan menjualnya," ujar Arif.

Menurut Arif dari sekian banyak jenis barang yang dijualnya, cobek adalah yang paling banyak dicari wisatawan.

Cobek yang dijualnya dan pedagang lainnya benar-benar terbuat dari batu Merapi sehingga awet dan banyak dicari wisatawan laur daerah.

"Cobek Muntilan memang sudah banyak dikenal, sehingga jika orang luar kota datang ke Magelang cobek ini salah satu yang paling dicari," ujarnya.

Selain cobek, kerajinan khas yang dijual oleh Arif adalah beragam jenis patung. Mulai dari patung Buddha, gupolo, semar, dan beragam karakter lainnya. Ada juga miniatur stupa, asbak dengan aksen bentuk candi.

Untuk patung yang berukuran cukup besar menggunakan batuan andesit, tetapi jika miniatur candi maupun miniatur Buddha terbuat dari bubuk batu dan semen.

Beragam kerajinan yang dijual di daerah Muntilan ini terkenal dengan kualitas serta detailnya yang menawan. Untuk harga, beragam kerajinan tersebut harganya sangat bervariatif.

Untuk cobek, dapat Anda bawa pulang mulai dari Rp 5.000 untuk ukuran paling kecil hingga sekitar Rp 400.000 untuk ukuran terbesar. Sedangkan untuk beragam jenis minatur harganya mulai dari Rp 20.000 hingga ratusan ribu.


mer

"Untuk patung yang terbuat dari batuan alam, memang agak mahal, karena prosesnya lama dan juga bahan bakunya sekarang cukup mahal," ujar Arif.

Lebih lanjut dia mengatakan, satu pasang patung gupolo yang ada di tempatnya dihargai mulai Rp 5 juta hingga yang paling mahal Rp 50 juta.

Selain sebagai pusat penjualan, beberapa warga daerah tersebut juga menjadi pengrajin atau  pemahat batu. Maka tak heran jika melintasi daerah tersebut suara batu beradu dengan besi pemahat nyaring terdengar.

Kasrin Endro Prayono (74), salah satu pemahat di Dusun Prumpung mengatakan awalnya warga di sana membuat kerajinan sederhana seperti kijing (batu nisan), umpak (penopang tiang bangunan), dan cobek.

"Dulu bapak saya juga memproduksi kerajinan tersebut. Seiring perkembangan zaman, bapak saya mendorong saya untuk membuat kerajinan lainnya," ujar pria yang sejak tahun 1957 telah memahat tersebut.

Atas dorongan tersebut Kasrin mencoba membuat topeng dari batu Merapi. Tak disangka pahatannya tersebut dibeli orang Sumatera yang sedang berkunjung ke Muntilan.

Setelah itu dia mendapat pesanan kepala Buddha. Karena sebelumnya belum pernah membuat patung Buddha, Kasrin harus pergi ke Candi Borobudur untuk melihat secara langsung dan mempelajarinya.

Hingga kini beragam jenis patung dengan beragam ukuran dapat dibuatnya. Bahkan dia dipercaya memahat ornamen yang ada di anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah.
 
"Saya juga pernah memahat sampai Amsterdam dalam rangka membuat anjungan Asia di sana," ceritanya.

Patung-patung karya Kasrin, terutama patung Budha sering dipesan oleh vihara beberapa daerah di Indonesia.

"Untuk harga patung, tergantung ukuran dan detailnya. Mulai dari jutaan hingga milyaran," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com