Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Kami Giat Promosi

Kompas.com - 09/01/2016, 15:23 WIB
PARIWISATA adalah salah satu pilar penting dalam menggerakkan perekonomian. Dalam industri pariwisata, terkait erat pula banyak industri pendukung lainnya, seperti properti, sewa kendaraan, transportasi, cendera mata, dan kuliner, bahkan industri periklanan dan film.

Mereka yang bekerja di dunia perpelancongan tentu paham benar bagaimana menggerakkan pariwisata. Salah satunya, mempromosikan melalui berbagai cara, seperti membuat film dan video, membuat slogan, memperkenalkan potensi yang ada, serta memanfaatkan kepopuleran selebritas.

Lihat saja Pemerintah Korea Selatan yang getol mempromosikan berbagai tempat yang pernah menjadi lokasi pengambilan gambar drama dan film yang populer. Langkah ini sukses menarik banyak wisatawan dari seluruh dunia yang menggemari film dan drama Korea.

Adakalanya suatu negara tak segan memanfaatkan figur top negara lain untuk menarik minat wisatawan dari negara asal si tokoh tersebut. Sebut saja Selandia Baru yang meminta mantan atlet yang kini menjadi artis film Joe Taslim sebagai duta pariwisata Selandia Baru.

Seperti juga Korea Selatan, Selandia Baru pun sangat semangat mempromosikan berbagai wisata melalui film. Alhasil, lokasi wisata untuk film trilogi The Lord of the Rings dan The Hobbit banyak dikunjungi, antara lain untuk pemotretan berbagai acara, termasuk bagi mereka yang tak pernah menonton film-film tersebut.

Namun, kita yang tidak berkecimpung di industri pariwisata juga tetap bisa ikut aktif mempromosikan kota dan daerah kita. Hal paling mudah adalah melalui blog dan media sosial, seperti Facebook, Path, Instagram, dan Twitter.

Apalagi kini jangkauan media sosial begitu luas hingga ke seluruh dunia yang punya koneksi internet. Selain tulisan dan foto, kita juga dapat berbagi video lengkap dengan narasi dan lagu tema.

Media baru

”Saya suka memajang foto-foto daerah yang saya kunjungi. Tentu saja daerah tempat tinggal saya di Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur,” kata Reza Febrian, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pancasila, Jakarta.

Reza biasa mengunggah foto dan video via akun Instagram dan Twitter. Dia dapat mengetahui bahwa para penyuka fotonya bukan hanya teman-teman kuliah atau teman dekatnya, melainkan juga dari sejumlah negara.

”Sekalipun mereka tidak berkomentar, saya senang mereka suka dengan foto saya. Jika ada yang bertanya, umumnya mereka ingin tahu lokasi saya mengambil foto dan bagaimana cara mencapai tempat itu,” tutur Reza.

Lain halnya dengan Wurianisa Purnamisuri, mahasiswa Jurusan MICE (Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions) Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Nisa aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik. Dia pun mempromosikan pariwisata Jakarta melalui pers kampus, yakni Kampus Jaket Biru yang terbit dalam bentuk majalah cetak dan elektronik alias e-magazine.

”Saya menulis tentang Masjid Al-Anwar, masjid tertua di Jakarta, di Jalan Tubagus Angke,” ujar Nisa.

Demi menulis artikel tentang masjid tersebut, Nisa pun mempelajari sejarah bangunan itu berikut lingkungan sekitarnya. ”Saya belajar berbagai hal menarik, terutama perkembangan masjid dan daerah sekelilingnya,” lanjut Nisa.

Hal itu membuat Nisa kian tertarik untuk menulis lebih banyak artikel terkait pariwisata. Apalagi subyek ini sangat terkait dengan bidang studinya di kampus.

Sementara Lisa Chaterine Andriani, mahasiswa Jurusan Broadcasting, Marketing Communication Universitas Bina Nusantara, Jakarta, senang mengunggah foto berbagai jenis makanan daerah asalnya, Sei Duri, kota kecil dekat Pontianak, Kalimantan Barat.

”Saya memasang foto profil di aplikasi pesan di telepon pintar. Tiap kali mengganti profil, pasti ada banyak teman yang bertanya jenis penganan yang saya pamerkan,” ucap Lisa.

Dia pun lancar menyebutkan berbagai penganan khas Sei Duri dan Pontianak berikut daerah sekitarnya, seperti pengkang dan chaikue. ”Pengkang mirip lemper, tetapi berbentuk segitiga. Saya paling suka chaikue, yakni dimsum berbentuk pastel kecil berisi irisan bengkuang,” kata Lisa.

Menulis

Cara lain adalah menyebarkan informasi melalui blog seperti yang dilakukan Noviani Kumalasari, mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

”Blog sangat bermanfaat untuk menyebarkan segala informasi bagi orang lain. Blog dapat menampilkan gambar dan tulisan mengenai destinasi wisata di daerah saya. Saya berusaha membuat blog promosi destinasi wisata semenarik mungkin. Informasi dari blog yang menarik akan memikat pembaca untuk datang ke daerah kita,” papar Noviani.

Dia pernah menulis tentang wisata ke Candi Gebang di Sleman. ”Candi kecil sarat sejarah dan harga tiket masuknya tidak mahal. Pengunjung dewasa cukup membayar Rp 2.000 (dewasa) dan anak-anak Rp 1.000. Wisata menarik dan indah tidak harus mahal,” katanya.

Mereka semua senang dapat berkontribusi dalam mempromosikan daerahnya. Betapapun kecilnya partisipasi mereka, selalu ada yang memperhatikan dan bertanya lebih lanjut. Mereka bertambah gembira ketika ada orang yang tertarik untuk berkunjung ke tempat yang pernah mereka foto serta mencari makanan sesuai foto yang mereka unggah.

”Disebut promosi atau bukan, pastinya saya senang memperlihatkan sebagian wajah Indonesia. Hal mudah dan sungguh membahagiakan,” ujar Reza. (TIA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com