Awal tahun 2015, Nuri mendirikan usaha batik dengan nama Marenggo Natural Dyes Batik yang mengkhususkan pada batik dengan warna alam. Pilihan Nuri itu bermula dari kompetisi-kompetisi yang dia ikuti saat masih menjadi mahasiswa.
Selain kerap memenangi lomba desain batik tingkat daerah, Nuri juga meraih penghargaan sebagai Pembatik Muda Berkarya 2014.
”Setiap kali mengikuti lomba merancang dan membuat batik dengan warna alam, responsnya baik. Dari situ saya banyak bereksperimen dengan warna alam sehingga membuat saya menjadi lebih tertarik pada warna alam,” papar Nuri.
Pewarna alam yang digunakan Nuri di antaranya diolah dari daun mangga, daun rambutan, kayu mahoni, kayu nangka, daun marenggo, kesumba, kayu jati, indigo, kayu tinggi, kayu jolawe, kayu secang, tegeran, jambal, benguk, kulit manggis, hingga gambir. Semuanya diperoleh di sekitar tempat tinggal Nuri di Berbah.
Warna alam, menurut Nuri, tidak bisa menyamai warna sintetis sehingga terkesan eksklusif. ”Alasan lainnya karena warna alam tidak berbahaya untuk kesehatan kulit,” kata Nuri.
Berdayakan warga
Selain mendesain batik dengan motif bergaya Jepang, Nuri tetap membuat batik yang mengombinasikan motif modern dengan motif tradisional, seperti kawung, ceplok, dan parang.