Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Manis Menjelajahi Cagar Alam Pananjung

Kompas.com - 19/02/2016, 10:03 WIB
PANORAMA hamparan lembutnya pasir putih dan eloknya terumbu karang Pantai Pananjung, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, seakan menjadi magnet dahsyat untuk dikunjungi.

Tak heran, destinasi wisata unggulan di selatan Jabar ini selalu dipadati wisatawan domestik dan asing, terutama pada akhir pekan.

Bagi seseorang yang berekreasi ke Pangandaran, tetapi belum mengunjungi pantai barat Pananjung seolah belum lengkap, ibarat raga tanpa jiwa. Liburan pun seakan menjadi kurang bermakna.

Pangandaran yang merupakan daerah pemekaran Kabupaten Ciamis, Jabar, menjadikan pariwisata sebagai salah satu unggulan dengan andalannya, yakni wisata sungai dan pantai. Kabupaten ini memiliki panjang pantai sekitar 91 kilometer.

Pada Minggu (17/1/2016) sekitar pukul 07.00, di bawah naungan langit biru, orang mulai berbondong-bondong berjalan keluar dari gang menyusuri Jalan Pamugaran, Pangandaran. Mereka akan ke Pantai Pananjung.

Mereka umumnya adalah wisatawan yang menginap di hotel melati atau di rumah warga karena tidak kebagian kamar pada hotel-hotel berbintang di kawasan itu.

Maklum, setiap hari libur akhir pekan, hotel-hotel di Pangandaran selalu penuh. Tarif kamar hotel naik dua kali lipat dibandingkan dengan hari biasa.

Di depan gerbang Cagar Alam Pananjung, Riswanto ( 29) bersama rekan-rekannya bersemangat menawarkan jasa kepada para wisatawan untuk naik perahu pesiar. Biayanya Rp 250.000.

”Biaya ini termasuk tiket masuk ke Cagar Alam Pananjung. Jadi, kalau sudah bayar di perahu, nanti ketika akan masuk cagar alam lewat pasir putih (bukan lewat gerbang) tak perlu membayar tiket lagi,” ujarnya.

Aneka obyek

Sejumlah wisatawan akhirnya naik perahu yang dikemudikan Riswanto. Tak lama kemudian motor perahu menderu dan perahu melaju memecah alun.

Di tengah deburan ombak dan suara bising motor, suara Riswanto tetap terdengar kuat menerangkan sejumlah titik yang dilewati, di antaranya Batu Mandi, kawasan perairan yang biasa digunakan orang untuk memancing ikan dan melepas sesajen saat ritual sedekah laut yang digelar rutin setiap tahun.

Obyek lain adalah Batu Layar dan patung alam Raja Mantri, yaitu batu alam berbentuk seperti orang bersemedi.

Di lokasi pasir putih, wisatawan juga dapat melakukan snorkeling, menikmati keindahan terumbu karang dan biota laut dengan selam permukaan atau selam dangkal.

”Tidak percuma kami datang ke sini. Pantainya indah dan bersih, nyaman untuk berenang. Kalau di Jakarta, sekarang susah mencari pantai yang bersih seperti ini,” kata Yasin Aminullah (22), pengajar Tempat Pendidikan Al Quran (TPA) Al Adzkiyaa, Jakarta Selatan.

Lokasi pasir putih di kawasan barat Pantai Pananjung merupakan salah satu bagian dari kawasan konservasi Cagar Alam Pananjung.

Cagar alam ini dibagi dalam dua kawasan, yaitu daratan yang meliputi cagar alam seluas lebih kurang 419,30 hektar dan Taman Wisata Alam (TWA) sekitar 37,70 ha. Adapun kawasan laut sekitar 470 ha. Cagar Alam Pananjung masuk Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran.

Dari Kota Bandung ke Pangandaran dapat ditempuh melalui jalur darat sejauh 223 kilometer dengan waktu tempuh lebih kurang lima jam. Rute yang ditempuh adalah Bandung- Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-Pangandaran.

Minat wisatawan berkunjung ke hutan Cagar Alam Pananjung tergolong tinggi, terutama pada akhir pekan atau liburan panjang. Tarif yang berlaku berkisar Rp 150.000-Rp 200.000 per orang.

”Itu sudah termasuk asuransi. Jika pengunjung masuk lewat pasir putih (pintu masuk alternatif) seusai menikmati kawasan laut menggunakan perahu pesiar, tiketnya memang lebih murah, tetapi tidak ada asuransi,” ujar Akhyadi.

Wsatawan yang berkunjung ke Cagar Alam Pananjung tidak hanya dipuaskan dengan keindahan alam laut, tetapi juga dapat menjelajah obyek lainnya di kawasan darat dengan sejuta pesona diwarnai aneka flora dan fauna.

Selepas dari pantai, ada sejumlah gua yang dapat disaksikan keunikannya, yaitu Gua Jepang yang dibuat periode Perang Dunia II (1941-1945), Gua Panggung, Gua Sumur Mudal, Gua Rengganis, Gua Lanang, dan Gua Parat atau Gua Kramat.

Bentuk Gua Parat relatif panjang dan tembus ke pantai. Gua ini dipenuhi relief, antara lain berbentuk unta, juga dihiasi susunan batu kapur, stalaktit, dan stalagmit yang sebagian membentuk tiang-tiang.

Wisatawan juga dapat merasakan suasana yang teduh dengan hawa sejuk di Cagar Alam Pananjung walaupun cuaca panas terik.

Pasalnya, di dalam kawasan banyak hutan tanaman yang menjulang puluhan meter yang seakan menjadi payung alam yang melindungi pengunjung dari sengatan sinar matahari.

Di Cagar Alam Pananjung terdapat pula flora langka yang merupakan tanaman endemik, yakni bunga Rafflesia Patma.

Bunga ini kemudian dijadikan lambang Kabupaten Pangandaran dengan gambar bunga berkelopak lima berwarna merah yang melambangkan keabadian dan keadilan merata berdasarkan Pancasila sebagai cita-cita bersama.

Situs Batu Kalde

Saat menyusuri Cagar Alam Pananjung, kita serasa memasuki lorong waktu ke masa silam, terutama saat menyaksikan Situs Batu Kalde atau Sapi Gumarang. Situs itu merupakan tempat sembahyang umat Hindu di masa Kerajaan Pananjung.

Di lokasi itu terdapat pula reruntuhan candi, arca sapi, dan lima makam kuno yang diperkirakan makam para pembesar Kerajaan Pananjung.

Arca itu disebut Kalde karena ukuran arca sapi tersebut mirip dengan ukuran kijang yang dalam bahasa Sunda disebut kalde sehingga disebut Batu Kalde.

Arca sapi itu merupakan nisan salah seorang Menteri Pertanian Kerajaan Pananjung bernama Arya Sapi Gumarang yang dinilai sukses dalam meningkatkan produktivitas pertanian yang membawa kemakmuran Kerajaan Pananjung.

Untuk mengenang jasa Arya Sapi Gumarang, pada makamnya dibuatkan arca berbentuk sapi jantan.

Arkin (28), warga Desa Pangandaran yang sehari-hari menjaga kebersihan Situs Batu Kalde, mengemukakan, dari penuturan warga turun-temurun, kawasan tersebut bernama Pananjung yang awalnya dihuni oleh Suku Sunda.

”Orang dulu menyebut Pananjung dengan paniisan, pangulinan, nudijugjug, yakni tempat beristirahat, tempat bermain yang banyak dicari orang karena sangat terkenal,” ujarnya. (Samuel Oktora)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com