Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/03/2016, 16:51 WIB
|
EditorI Made Asdhiana
SENJA mulai beralih di balik Gunung Komba, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (25/2/2016).

Tiga penunggang kuda berpakaian adat Suku Rongga, seperti topi Ngobe, selendang songke, kain songke, berbaju putih menyusuri jalan raya dari Kampung Lekolembo menuju ke Jembatan Waemokel.

Jembatan Waemokel sebagai pintu masuk wisatawan dan tamu lokal dari arah Timur menuju ke arah Barat dari Pulau Flores. Dan juga jembatan perbatasan antara Kabupaten Ngada dan Kabupaten Manggarai Timur.

Orang Manggarai sering menyebut “Waemokel Rahit awon dan Selat Sape Rahit Salen”. Artinya Waemokel batas Timur dan Selat Sape batas baratnya.

Antonius Ola (47), Antonius Jani (46), Yan Ngaji Jaja (55) adalah penunggang kuda di kampung tersebut. Ketiga penunggang kuda itu bergegas menuju jembatan Waemokel untuk menjemput tamu.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Menjemput tamu dengan berkuda oleh warga Suku Rongga, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.
Kali ini tamu yang berkunjung ke Kota Waelengga adalah 100 dosen dan karyawan Universitas Flores yang sedang mengadakan tour.

Aktivitas harian dari ketiga penunggang kuda ini adalah beternak dan bertani ladang. Selama ini ketiganya selalu menggembalakan sapi, kerbau dan kuda di Padang Mausui dengan menunggang kuda.

Selain itu, budaya Suku Rongga yang terus diwariskan adalah menjemput tamu, baik dari pihak lembaga gereja maupun pemerintah dengan berkuda. Dari dulu mereka sudah biasa menjemput tamu dengan berkuda.

Antonius Ola kepada KompasTravel, Kamis (25/2/2016), menjelaskan menjemput tamu dengan berkuda merupakan warisan leluhur Suku Rongga di Kampung Lekolembo.

Dulu, orangtua kami pernah menjemput Duta Besar Vatikan di Indonesia saat berkunjung ke Paroki Santo Arnoldus dan Joseph Waelengga, menjemput Uskup Ruteng, Mgr Wilhelmus Van Bekkum, SVD, Pater Armin Maiter, SVD, pastor Paroki Pertama Paroki Santo Arnoldus Waelengga. Lalu menjemput calon legislatif dari Partai Nasional Demokrat, Jhony Plate, serta sejumlah pejabat pemerintah.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Keunikan Warga Suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur menjemput tamu dengan berkuda.
“Saya bangga warisan budaya leluhur Suku Rongga terus dipertahankan. Saya dan warga bangga dilibatkan dalam berbagai kegiatan dengan menampilkan kekhasan Suku Rongga seperti menjemput tamu dengan berkuda. Di Pulau Flores, tradisi ini hanya ada di Suku Rongga yang ada di Kabupaten Manggarai Timur,” jelasnya.

Antonius menjelaskan, tahun lalu, sebanyak 15 kuda dengan penunggangnya menjemput tamu dari Keuskupan Ruteng saat kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS).

Selain itu, pada awal Januari 2016, rombongan imam dan mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Ledalero, Maumere dijemput dengan pasukan berkuda.

“Kami berharap tradisi ini dipromosikan terus untuk melestarikan kekhasan budaya masyarakat Flores. saat ini sejalan dengan geliat pariwisata di Flores, tradisi ini dijadikan ikon baru dalam menjemput tamu. Kami siap membentuk sanggar tradisi berkuda,” jelasnya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tradisi warga Suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, menjemput tamu dengan berkuda.
Antonius mengeluhkan, populasi kuda di Padang Mausui terus menurun karena bencana kematian kuda sepanjang 2015 lalu.

Kemarau panjang 2015 mengakibatkan kuda mati karena rumput di Padang Mausui mati. Saat ini kuda jantan hanya 25 ekor, sedangkan kuda betina masih ada ratusan ekor.

Saat musim kemarau panjang, kuda diselamatkan dengan dibawa kepada keluarga dekat untuk dipelihara.

Pada Maret dan April 2016, kuda yang dibawa keluar dikembalikan ke Padang Mausui sebab rumput sudah tumbuh karena hujan turun selama ini.

Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Ledalero, Maumere, Ignas Ledot, SVD kepada KompasTravel saat kunjungan Januari 2016 lalu menjelaskan, tradisi menjemput tamu dengan berkuda sangat unik dan langka.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Turis memotret penunggang kuda warga Suku Rongga, di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, yang berpakaian adat.
Tradisi ini hanya ada di Kabupaten Manggarai Timur. Suku Rongga masih melestarikan dan mempertahankan budaya ini.

“Selama Kuliah di STFK Ledalero sampai menjadi imam, saya baru pertama kali mengalami penjemputan oleh masyarakat dengan berkuda. Ini sangat menarik dan unik. Saya berharap tradisi ini dipertahankan,” jelasnya.

Pastor Paroki Santo Arnoldus Waelengga, Hieronimus Jelahu mengatakan, tradisi menjemput tamu dengan berkuda dibangkitkan lagi.

Tradisi unik hanya ada di masyarakat Suku Rongga. Bahkan, selama ini kuda milik masyarakat disewa untuk horse trekking di Padang Mausui dan Teleng oleh wisatawan asing.

“Saya terus mengajak masyarakat untuk tetap memelihara kuda sehingga keberlanjutan tradisi ini dipertahankan. Bahkan, geliat pariwisata di Flores terus meningkat sehingga ada dampaknya bagi masyarakat lokal,” jelasnya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Tradisi warga Suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, menjemput tamu dengan berkuda serta berpakaian adat.
Berkuda sebagai Budaya Orang Manggarai

Pada zaman dahulu, leluhur orang Manggarai yang tersebar di kampung-kampung selalu menggunakan kuda untuk bepergian. Jikalau orang Manggarai berkunjung ke keluarga di kampung lain selalu menunggang kuda.

Bahkan, orang Manggarai sering bercerita bahwa berkuda juga dipergunakan untuk mengambil ikan dari warga yang hidup di pegunungan ke pesisir pantai.

Selain itu, kuda juga dipergunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti jagung, padi, kemiri dari ladang ke rumah.

Selain, kuda juga wajib dipelihara orang Manggarai. Kuda juga diperuntukkan untuk mahar perkawinan dari pihak orangtua laki-laki kepada pihak orangtua perempuan.

Dan juga menunggang kuda pergunakan oleh misionaris Katolik untuk berkunjung dari kampung ke kampung di seluruh wilayah Manggarai Raya.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Penunggang kuda warga Suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan pakaian adat.
Khusus untuk Suku Rongga, yang aktivitas harian beternak menggunakan kuda untuk penggembalaan sapi dan kerbau di Padang Mausui.

Selain itu Suku Rongga memiliki kebiasaan menjemput tamu dengan berkuda. Sementara warga suku gunung memiliki tradisi berburu rusa dengan menggunakan kuda. Dan masih banyak yang lainnya.

Menggairahkan Warga Lokal

Selama ini wisatawan mengunjungi kawasan Taman Nasional Komodo di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores melihat langsung binatang langka komodo.

Mengenal rumah adat Mbaru Niang di Waerebo, Kabupaten Manggarai, Kampung adat Bena, di Kecamatan Jerebuu, Kabupaten Ngada, kawasan 17 Pulau Riung di Kabupaten Ngada, kawan tiga warga Kelimutu di Kabupaten Ende.

Semua destinasi wisata itu dikunjungi wisatawan mancanegara dan domestik melalui jalan raya Lintas Flores. Nah, Suku Rongga yang memiliki tradisi berkuda untuk menjemput tamu berada di pinggir jalan Transflores di Kelurahan Watunggene, dan Kelurahan Kisol.

Melihat peluang itu, sejumlah tokoh adat dan budaya di Suku Rongga memperkenalkan tradisi itu untuk menjemput tamu. Selama ini kuda hanya dipergunakan wisatawan Eropa untuk mengunjungi destinasi wisata dengan sebutan horse trekking.

KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Pasukan berkuda warga Suku Rongga di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, siap menjemput tamu
Jika turis Eropa berkunjung ke kawasan wisata Padang Mausui, Padang Teleng dan kawasan Watu Susu Rongga sudah mengenal horse trekking.

Dari peluang itu, warga Suku Rongga sepakat untuk memperkenalkan tradisi berkuda untuk menjemput tamu yang berkunjung ke wilayahnya.

Sejak Oktober 2015 sampai Februari 2016, sudah tiga tradisi berkuda ini menjemput tamu yang berkunjung ke wilayah mereka. Tradisi berkuda sebagai ikon baru pariwisata di Kabupaten Manggarai Timur.

Jadi jika anda berkunjung ke Kabupaten Manggarai Timur, bersiap-siaplah dijemput dengan tradisi berkuda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

4 Tips Berkunjung ke Perpustakaan Nasional, Bawa Uang Tunai

4 Tips Berkunjung ke Perpustakaan Nasional, Bawa Uang Tunai

Travel Tips
Rute Transportasi ke Perpustakaan Nasional, Naik Transjakarta dan KRL

Rute Transportasi ke Perpustakaan Nasional, Naik Transjakarta dan KRL

Travel Tips
Pendakian Arjuno-Welirang Tutup Sementara per 27 Mei 2023, Imbas Kebakaran Hutan

Pendakian Arjuno-Welirang Tutup Sementara per 27 Mei 2023, Imbas Kebakaran Hutan

Travel Update
6 Tradisi Perayaan Waisak di India, Tanah Kelahiran Sang Buddha 

6 Tradisi Perayaan Waisak di India, Tanah Kelahiran Sang Buddha 

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Pameran Keris Kuno Era Majapahit di Yogyakarta

Harga Tiket dan Jam Buka Pameran Keris Kuno Era Majapahit di Yogyakarta

Travel Tips
Animalium BRIN Cibinong, Belajar Seputar Hewan Saat Libur Sekolah

Animalium BRIN Cibinong, Belajar Seputar Hewan Saat Libur Sekolah

Jalan Jalan
5 Tips Pilih Hotel untuk Liburan Sekolah, Pilih yang Ramah Anak

5 Tips Pilih Hotel untuk Liburan Sekolah, Pilih yang Ramah Anak

Travel Tips
Dukung Waisak 2023, Batik Air Sediakan 63.360 Kursi Menuju Yogya dan Solo

Dukung Waisak 2023, Batik Air Sediakan 63.360 Kursi Menuju Yogya dan Solo

Travel Update
Lokasi Ndalem Poenakawan di Yogyakarta, Tempat Pameran Keris Era Majapahit dan Mataram Islam

Lokasi Ndalem Poenakawan di Yogyakarta, Tempat Pameran Keris Era Majapahit dan Mataram Islam

Travel Tips
7 Penginapan Murah Dekat Candi Borobudur, Rp 100.000-an Per Malam 

7 Penginapan Murah Dekat Candi Borobudur, Rp 100.000-an Per Malam 

Hotel Story
Pengalaman Berburu Buku Murah di Big Bad Wolf 2023, Buku Impor Tak Banyak

Pengalaman Berburu Buku Murah di Big Bad Wolf 2023, Buku Impor Tak Banyak

Jalan Jalan
Rute ke Monumen Gempa Yogya di Bantul, Searah ke Pantai Parangtritis

Rute ke Monumen Gempa Yogya di Bantul, Searah ke Pantai Parangtritis

Travel Tips
Monumen Gempa di Bantul, Pusat Gempa Yogya 17 Tahun Lalu

Monumen Gempa di Bantul, Pusat Gempa Yogya 17 Tahun Lalu

Jalan Jalan
Jadwal Terbaru KA Bandara Soekarno-Hatta per 1 Juni 2023

Jadwal Terbaru KA Bandara Soekarno-Hatta per 1 Juni 2023

Travel Update
Harga Tiket Masuk Farmhouse Lembang Terbaru, Jam Buka, dan Aktivitas 

Harga Tiket Masuk Farmhouse Lembang Terbaru, Jam Buka, dan Aktivitas 

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+