SEPENGGAL hari yang cerah makin sempurna di atas pinisi yang melaju di sekitar Labuan Bajo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang permai. Aroma laut yang segar bertemu semilir angin yang menerpa wajah dan mempermainkan anak-anak rambut ke segala arah....
Pagi selalu menjadi saat yang paling tepat untuk memulai sebuah petualangan. Seperti pada beberapa waktu lalu ketika kami pergi ke Labuan Bajo bersama tim ”Wondernesia”, yang antara lain terdiri dari presenter dan model cantik Nadya Hutagalung, serta video blogger asal Australia, Luke Latty, Mae Tan asal Singapura, dan Diana Wee dari Tiongkok.
Dari dermaga pelabuhan, pemandangan di sekitar Pelabuhan Labuan Bajo tampak begitu memikat, memanggil-manggil kami untuk segera mendekat. Lautan biru memantul jernih ke langit yang bersih, membingkai indah perahu-perahu yang bersandar di dermaga, seperti sebuah lukisan pagi. Celoteh riang dan wajah-wajah ramah warga Labuan Bajo melengkapi pagi indah.
Hari itu istimewa. Kami akan menikmati keindahan Labuan Bajo dari atas pinisi yang berlayar di hamparan laut biru. Belum lagi kami naik ke atas pinisi, kami sudah bisa membayangkan seperti apa sensasinya. Seperti berlayar di kapal pribadi dan memeluk seluruh keindahan sepanjang perjalanan.
Kapal ini umumnya memiliki 2 tiang layar utama dan 7 layar. Itu terdiri dari 3 layar di ujung depan, 2 di depan, dan 2 lagi di belakang.
Dua tiang layar utama untuk melambangkan dua kalimat syahadat yang ada dalam Islam, sementara tujuh layar lainnya melambangkan jumlah dari surat Al-Fatihah. Maknanya adalah nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudra besar di dunia.
Kini, pinisi yang eksotis dengan material utama kayu ulin dan kayu jati itu digunakan untuk pariwisata. Di Labuan Bajo, salah satu operator yang mengoperasikan pinisi untuk pariwisata adalah plataran.
Wisatawan bisa menyewa pinisi ke lokasi-lokasi yang dia inginkan di sekitar Labuan Bajo. Seperti berkunjung ke Pulau Rinca dan Pulau Komodo, atau melihat Pink Beach yang indah dengan pasir pantainya yang berwarna merah muda.
Kapten Asriadi (32) yang siang itu mengendalikan pinisi menuturkan, umumnya para wisatawan yang menyewa pinisi memilih perjalanan menuju Pulau Rinca yang jarak tempuhnya kira-kira 2,5 jam dari Labuan Bajo. Dari Pulau Rinca, perjalanan kemudian dilanjutkan ke Pulau Komodo yang berjarak tempuh lebih kurang 2 jam.
”Dari rute itu biasanya, kan, ada spot untuk diving. Nah, biasanya mereka banyak juga yang diving. Kalau di sekitar Pulau Komodo, lokasinya di utara Gili rawa darat, atau di karang makassar, dan Pink Beach,” ujarnya.
Wisatawan tak perlu repot membawa peralatan diving karena semua peralatan sudah tersedia.
Di luar itu, apabila wisatawan menginginkan rute perjalanan lain pun tak masalah. Intinya, wisatawan dibebaskan menentukan rute perjalanan yang ingin mereka lakukan dengan pinisi. Apakah mengikuti program yang ditawarkan atau punya rencana sendiri.
Perahu melintas, Selasa (19/1/2016), di dekat Pulau Bidadari, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Apabila menyewa lebih dari satu hari, selama berlayar menggunakan pinisi, para wisatawan akan mendapat pengalaman liveaboard, tinggal di dalam kapal yang berlayar, termasuk tidur dan beraktivitas lainnya. Di kapal berukuran panjang 16 meter itu tersedia enam tempat tidur yang cukup nyaman untuk beristirahat. Ada juga fasilitas air panas dan air dingin untuk membersihkan badan.
Setelah habis-habisan mengeksplorasi keindahan alam Labuan Bajo, pada malam hari wisatawan bisa tidur nyenyak dibuai ayunan ombak, berteman cahaya bintang dan bulan yang gemerlap. Sungguh kesunyian yang nikmat dan layak untuk dibayar mahal.
Tak mengherankan apabila aktris Gwyneth Paltrow yang tahun lalu bertandang ke Indonesia dan menjajal petualangan dengan pinisi Silolona itu pun mengungkapkan kekagumannya atas pengalaman indah itu. Dia bahkan menyebut pengalamannya di Indonesia itu sebagai pengalaman tak terlupakan.
Saat itu, Gwyneth yang berlayar menikmati keindahan Pulau Komodo melakukan berbagai hal menarik. Mulai dari melihat komodo, berenang bersama penyu, hingga trekking di sekitar pulau.
Soal makanan tidak perlu cemas. Selama berlayar bersama pinisi, wisatawan bisa memesan makanan apa saja sesuai dengan keinginan mereka.
”Pada dasarnya kami bisa memasak apa saja, mulai dari menu Eropa, continental, hingga Indonesia. Tergantung dari permintaan customer saja,” ujar Chef Vency, yang hari itu bertugas menjamu kami di pinisi.
”Mereka, sih, makan apa aja. Ayam, ikan, karena dimasak apa aja bisa,” kata Chef Vency.
Hari itu menu makan siang kami pun luar biasa. Ayam bumbu pedas, ikan goreng tepung, ikan bumbu pedas, kentang panggang, salad buah asam manis, dan masih banyak lagi.
Setiap suap makanan terasa makin nikmat sembari memandang hamparan laut biru Labuan Bajo. Ini benar-benar sepenggal siang yang sungguh berarti. (DWI AS SETIANINGSIH)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.