SALATIGA, KOMPAS.com - Kapan anda terakhir kali mendengar tembang Macapat? Tembang macapat adalah puisi tradisional Jawa yang dilagukan.
Jika Anda ada di Semarang dan belum punya rencana di akhir pekan ini, tak ada ruginya Anda menyaksikan pementasan Macapat di Joglo Ki Penjawi, Salatiga, Sabtu (30/4/2016) malam.
"Pementasan yang akan kami angkat adalah Macapat Megatruh. Untuk mementaskan itu, kami serahkan kepada Prawoto Susilo Aji (tokoh seniman asal Banyubiru, Kabupaten Semarang) bersama timnya," kata Gunawan Herdiwanto, pemilik Joglo Ki Penjawi, Salatiga, Kamis (28/4/2016).
Tembang Macapat Megatruh merupakan salah satu tembang macapat yang menggambarkan tentang kondisi manusia di saat sakratul maut.
Kata "megatruh" sendiri dipercaya berasal dari kata "megat" atau "pegat" dan "ruh", yang artinya berpisahnya antara jiwa dan raga.
Pentas Macapat Megatruh ini terbilang istimewa sebab pementasannya akan dikolaborasikan dengan pertunjukan teatrikal.
Terlebih lagi, lokasi pementasannya sendiri, bernuansa kuno dengan suasana joglo tahun 1900-an dari berbagai daerah di Jawa. Mulai dari daerah Ambarawa, Pati, Kudus, dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi, Merbabu dan Gunung Telomoyo.
Menurut Iwan, sapaan akrab Gunawan Herdiwanto, dengan mementaskan Macapat Megatruh ini dirinya ingin mengajak warga di Kota Salatiga agar senantiasa eling lan waspada dalam menjalani kehidupan.
Lirik dari tembang Megatruh yang mengelu-elukan kedatangan malaikat, di mana saat jiwa akan diangkat, di mana raga ditinggalkan untuk dirawat oleh sekalian keluarga dan kerabat diharapkan mengingatkan kita semua tentang alam yang kekal, yakni di akhirat kelak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.