SAMBOJA, KOMPAS.com - Selain kaya dengan panorama keindahan alamnya, Indonesia memiliki berbagai satwa langka dunia, yang hanya ada di Indonesia atau endemik. Salah satunya orangutan yang memiliki beberapa tingkah laku unik mirip dengan manusia.
Menurut dokter hewan sekaligus Project Director Borneo Orangutan Survival (BOS) Samboja Lestari, Dr. Agus Irwanto bahwa orangutan memiliki 97.6 persen kesamaan DNA dengan manusia. Walaupun mayoritas memiliki kesamaan, tidak dengan nasib mereka yang cenderung tergusur oleh oknum manusia tak bertanggung jawab.
Jika Anda berkunjung ke salah satu kawasan konservasi yayasan BOS, Anda dapat melihat bahkan berinteraksi dengan orangutan yang sedang dalam masa sekolah. Mereka memiliki berbagai perilaku khas yang dapat ditemui dalam keseharian manusia, yaitu:
Peer Group (geng)
Lazimnya seorang perempuan remaja yang cenderung memilki kumpulan sesama jenis, sebagai teman sepermainan, begitu pun dengan orangutan.
“Betina orangutan sering berkumpul sesama jenis, biasanya dari satu darah. Misalnya kumpulan perempuan dari satu keluarga besar,” ujar Agus Irwanto saat kunjungan media dalam acara “Ecopia Peduli Orangutan”, Kamis (28/4/2016).
Memilih dan meminang pasangan
Lazimnya binatang yang berproses melestarikan keturunannya dengan bereproduksi dengan lawan jenis, orangutan pun melakukan hal tersebut. Namun uniknya orangutan, memiliki proses tertentu. Sang jantan berperan sebagai pemilih, bak laki-laki mapan yang siap melamar calon istrinya.
Sedangkan perempuan atau betina berhak dipilih dan berhak pula menolak pejantan yang melamarnya. Pernikahan tersebut terjadi berdasarkan kehendak perempuan yang mau meminang sang jantan tersebut.
Daur menstruasi hingga melahirkan
“Orangutan punya daur menstruasi yang mirip dengan manusia, dari waktu hingga perilaku sensitif ketika mereka menstruasi, mirip dengan manusia”, ujar Agus Irwanto.
Dalam usia beranjak dewasa, yaitu sekitar 12-15 tahun, orangutan betina mulai mengalami fase menstruasi. Lama fase menstruasi tersebut juga sama dengan rata-rata manusia normal, yaitu 21-35 hari. Pada hari pertama menstruasi, orangutan betina kerap terlihat kesakitan.
Agus mengatakan, sering terlihat kesakitan di hari pertama menstruasi, terlihat dari perilakunya yang murung, diam. Adapula yang menjerit bahkan hingga pingsan menahan haid. Pihaknya biasa menanganinya dengan memberi asupam makanan yang banyak dengan vitamin di usia awal fase dewasa.
Umur hidup dan kelahiran
Seperti layaknya manusia, rata-rata usia hidup orangutan berkisar 60-70 tahun, meski terkadang ada yang bisa hidup lebih lama. Selain menstruasi, fase hidup bayi, anak-anak, remaja, hingga orang tua pun mirip dengan manusia.
Agus mengatakan, di usia anak-anak, orangutan kerap memiliki sifat manja, sering meminta untuk digendong, bergelayutan pada manusia, hingga rewel tidak mau makan. Beranjak ke umur dewasa, skitar 13 hingga 17 tahun merupakan usia ter aktif.
“Remajanya orangutan juga bandel, tidak mau diam, sangat agresif, termasuk mencoba banyak hal,” ujar Agus Irwanto.
Jatuh cinta hingga cemburu
Romansa percintaan ternyata juga dialami oleh orangutan. Layaknya sepasang kekasih yang saling suka hingga cemburu dapat dialami oleh orangutan.
Orangutan jantan dapat mencintai lawan jenisnya hingga dapat mencemburui pejantan lain bahkan manusia laki-laki yang mendekati betinanya. Begitupun bagi orangutan betina, yang dapat mengetahui manusia perempuan yang sedang mendekati kekasih jantannya.
Uniknya, seperti anak-anak yang kadang menyukai pengasuhnya sejak kecil, orangutan pun dapat mencintai babysitter yang mengasuh hingga mengajarinya di sekolah. Tak jarang mereka hanya mau diberi makan, diobati, dan diatur oleh orang tertentu yang disukainya.
Oleh karena itu yayasan BOS pun menerapkan tidak ada pengasuh atau baby sitter tetap bagi setiap satu orangutan.
Sistem imun terhadap penyakit
Orangutan juga memiliki kekebalan tubuh sama seperti manusia. Beberapa penyakit yang lazim di derita orangutan seperti demam berdarah dapat diatasi oleh imun atau antibodi milik mereka.
Beberapa penyakit dari manusia yang menular ke orangutan dapat sembuh sementara dan kambuh kembali setelah dua tahun. Menurut Agus mengatakan, orangutan memiliki daya tahan layaknya manusia yang dapat sembuh dan kambuh selama dua tahun sekali.
“Bisa kambuh lagi, hanya pas kambuh manusia bisa pergi ke dokter atau beli obat, tapi orangutan yang di alam liar akan menderita saat penyakit itu kambuh,” ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.