Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sejarah Bangsa Korea Lewat Museum

Kompas.com - 09/05/2016, 21:54 WIB

MUSEUM Nasional Sejarah Korea Kontemporer yang didirikan pada 2012 menampilkan sejarah peradaban bangsa itu dari abad ke-19 hingga sekarang.

Di dalam museum yang memiliki luas sekitar 10.000 meter persegi itu, berbagai koleksi ditampilkan secara simpel dan unik. Museum ini pun menjadi pusat informasi dan edukasi bagi semua orang yang ingin mengenal Korea.

Datang ke museum yang terletak di jantung kota Seoul, Korea Selatan, tersebut, orang akan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Penyampaian informasi disajikan dalam dua bahasa, yakni Korea dan Inggris. Museum Nasional Korea juga menyediakan pemandu yang dapat berbicara dalam bahasa Inggris, Jepang, dan Tiongkok.

Gedung museum terdiri atas delapan lantai. Ada kafe bagi mereka yang hendak nongkrong sambil mimum kopi. Ada pula ruang pertemuan luas untuk tempat penyelenggaraan seminar.

Kepada 27 peserta kegiatan ASEAN Next-Generation Leaders Visit Korea 2016, dua pekan silam, pemandu wisata Im Hee-soo memberi penjelasan mengenai berbagai koleksi yang dipamerkan di museum. Para peserta yang berasal dari 10 negara ASEAN bisa mendapatkan gambaran mengenai perjalanan sejarah bangsa Korea.       

Interior museum didesain seperti lorong-lorong yang melingkar. Koleksi-koleksi dipajang di kanan dan kiri dinding, dalam etalase kaca.

Sejumlah koleksi yang besar dan membutuhkan ruang luas diletakkan di beberapa sudut, misalnya koleksi mobil Sibal yang pertama diproduksi pada tahun 1955. Sibal merupakan modifikasi dari jip Willys milik militer Amerika Serikat.

Pembagian sejarah

‎Penataan koleksi didasarkan pada urutan sejarah. Ruang pamer pertama memajang koleksi yang menggambarkan sejarah pada 1876 hingga 1945. Pada kurun waktu tersebut, bangsa Korea mulai membuka pelabuhan bagi orang asing, mengalami penderitaan akibat Perang Dunia II, dan akhirnya terbebas dari pendudukan kolonial Jepang.

Lagu kebangsaan Korea menggema di ruangan ini. Pada masa penjajahan itu, semenanjung Korea bersatu padu menentang Jepang.

Pada ruang pamer kedua ditampilkan antara lain sejarah Perang Korea. ‎Kisah perang ini mendapat porsi paling besar di museum karena merupakan asal muasal wajah bangsa Korea menjadi seperti sekarang, yakni terbagi dalam dua entitas politik, negara Korea Selatan dan Korea Utara.

Salah satu koleksi yang menarik adalah replika miniatur kapal SS Meredith Victory. Pada 1950, SS Meredith Victory digunakan untuk mengevakuasi para pengungsi Heungnam. Ada 14.000 orang yang diangkut kapal itu menuju pelabuhan Jangseungpo.

”Tiga hari tiga malam, dalam cuaca dingin dan sedikit makanan, banyak pengungsi yang meninggal,” kata Hee-soo Im.

Ia melanjutkan, ”Uniknya, lahir lima bayi di dalam kapal. Kru kapal dari Amerika Serikat menamai bayi-bayi itu dengan Kimchi 1, Kimchi 2, sampai Kimchi 5 berdasarkan urutan lahir.”

KOMPAS/SUSI IVVATY Miniatur yang menggambarkan suasana di kapal SS Meredith Victory saat mengangkut 14.000 pengungsi asal Heungnam, Korea Utara, menuju Jangseungpo, Korea Selatan, dalam Perang Korea.
Pembangunan

Ruang pamer ketiga berisi koleksi pada masa-masa awal Korea Selatan melakukan pembangunan ekonomi, yakni tahun 1960-1980-an. Diceritakan mengenai kisah orang-orang Korea yang mencukur rambut dan memanfaatkannya untuk membuat wig atau rambut palsu. Wig lantas diekspor ke AS sehingga menghasilkan pemasukan yang berguna bagi negara untuk mengatasi problem kemiskinan.

Koleksi ‎museum berupa naskah asli drama seri radio Blue Thread, Red Thread menarik untuk dibahas. Drama yang disutradarai Lee Sang-hun dan naskahnya ditulis Jo Nam-sa itu merupakan drama seri pertama di Korea yang diudarakan setiap pekan.

Drama disiarkan di radio Korean Broadcasting System (KBS) pada 1956-1957 sebanyak 30 episode. Kisahnya mengenai masa-masa sulit para remaja yang tengah memadu kasih.

”Drama ini adalah drama pertama yang menggunakan iringan musik dan lagu. ‎Drama ini menandai kelahiran drama Korea dewasa dan penulis skenarionya tercatat sebagai peletak dasar drama Korea,” kata Im Hee-soo.

Kunjungan ke Museum Nasional Sejarah Korea Kontemporer mengingatkan pada Museum Nasional Indonesia dan museum-museum lain di Tanah Air yang memuat koleksi bersejarah.

Kekayaan koleksi di museum Indonesia, misalnya Museum Manusia Purba Sangiran, Jawa Tengah, jauh melebihi museum di Korea. Hal yang membuat iri adalah bagaimana koleksi museum di Korea ditata sehingga menjadi begitu menarik. (Susi Ivvaty dari Seoul, Korea Selatan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com