Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Penjaga Pulau dan Eksotisme Utara Belitung

Kompas.com - 15/05/2016, 11:08 WIB

TEPAT di ujung utara pulau Beliltung berdiri dengan megah Mercusuar buatan tahun 1882. Bangunan putih setinggi 70 meter itu menambah apik paduan biru laut dan hijau pepohonan yang tumbuh di Pulau Lengkuas.

Tak banyak jejak sejarah yang tertinggal untuk meceritakan bangunan yang kabarnya juga merupakan tempat menyimpan tahanan di masa lampau. ‘Vervaardigd Door L.I. Enthoven & Co Fabrikanten Te Gravenhage’ begitulah yang tertera di sisi luar Mercusuar.

Jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia bisa memberikan arti bahwa menara ini dibangun oleh L.I. Enthoven & Co, sebuah perusahaan yang bertempat di Den Haag, Belanda.

Keindahan pulau ini telah termahsyur ditambah dengan pemberitaan berbagai media yang menyorot tempat ini sebagai primadona wisata negeri laskar pelangi.

Dari ketinggian 70 meter, sejauh mata memandang kita dapat menikmati pemandangan hamparan bebatuan granit khas pantai di kawasan Bangka-Belitung. Semakin terkenal tempat ini membuat dilema muncul di pulau penjaga.

Pulau Lengkuas yang digandrungi para wisatawan ini merupakan daerah kerja Direktorat Navigasi, Direktorat Jenderal Perhubungan laut, Kementerian Perhubungan.

Mercusuar yang berdiri di atasnya tak hanya menjadi ikon pariwisata semata tetapi hingga kini bangunan tersebut masih mengemban tugas mulia memandu kapal-kapal yang lewat diperairan Belitung kala malam.

Menurut Soleh, pria asal Bogor yang bertugas menjaga mercusuar, pihaknya kadang merasa serba salah dengan tingginya permintaan wisatawan untuk naik ke atas bangunan 18 lantai tersebut. Tak jarang pula pihak pemandu wisata yang ikut merajuk.

Setidaknya ada dua hingga tiga orang yang bertugas menjaga Pulau Lengkuas, mereka adalah para petugas Kementerian Perhubungan yang memastikan kelangsungan fungsi menara pemandu dan bertanggungjawab atas kebersihan area pulau.

Suherman yang merupakan rekan sejawat Soleh pun sempat mengeluhkan kebiasaan para wisatawan yang sering kali meninggalkan jejak berupa sampah di sekitar pulau yang menjadi area tugas mereka.

Pria yang telah 6 kali bertugas di mercusuar Pulau Lengkuas ini menyayangkan kebiasaan buruk tersebut, bahkan beberapa kali ia bersitegang karena merasa lelah dengan sampah yang berserakan.

Dilema pulau penjaga ini ternyata telah menjadi masalah lama. Pemerintah daerah Kabupaten Belitung melalui Dinas Pariwisata telah melakukan berbagai rekonsiliasi mengenai pemanfaatan Pulau Lengkuas sebagai salah satu obyek wisata.

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Mercusuar di Pulau Lengkuas,Belitung.
“Kami sudah melakukan pendekatan, salah satunya adalah dengan memfasilitasi penyampaikan aspirasi-aspirasi masyarakat Belitung melalui kunjungan dewan ke Pulau Lengkuas,” ungkap Hermanto, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung, kepada National Geographic Traveler

Hermanto pun menyadari, perlu adanya koordinasi lintas sektor di tingkat pusat untuk mengakhiri dilema yang terjadi di pulau yang menjadi primadona wisata sekaligus kawasan kerja keselamatan pelayaran itu.

Pihaknya pun makin optimis mengembangkan pariwisata Belitung dengan adanya Perpres Nomor 64 Tahun 2014 mengenai dukungan lintas sektor untuk pembangunan kepariwisaan.

Nama lengkuas sekilas sama dengan sebutan tanaman dengan nama latin Alpinia Galanga. Siapa sangka ternyata nama Pulau Lengkuas tak ada kaitannya dengan jenis tanaman rimpang tersebut. Long House, dari kata tersebutlah nama lengkuas muncul.

Long House merujuk pada bangunan panjang yang ada disekitar mercusuar, bangunan tersebut kini digunakan sebagai tempat tinggal para pengaja mercusuar. Lidah masyarakat lokal yang tak bisa melafalkan sebutan “Long House” lah yang kemudian menyebutnya dengan kata “lengkuas”.

Keindahan Pulau Lengkuas memang tak hanya ada pada ujung mercusuar saja, daratan di sekitarnya pun tak kalah memukau. Tak ayal, banyak wisatawan yang menghabiskan waktu berfoto dengan menara dari kawasan pantai maupun sekedar bermain air.

Perairan dangkal di sekitar Pulau Lengkuas memiliki menyimpan keindahan bawah laut yang memukau. Tak perlu menyelam dalam untuk mengintip kehidupan bawah air, pemandangan aneka ikan yang berseliweran tak jauh dari bibir pantai bisa dinikmati melalui kegiatan snorkling.

Diperkirakan luas Pulau Lengkuas hanya mencapai 1 hektar saja, mengelilinginya pun tak perlu waktu lama. Selain memikat dari bawah permukaan laut dan di sekitar kawasan pantai, pulau ini juga ditumbuhi pepohonan rindang dan hutan kecil yang menambah lengkap keindahan lanskapnya.

Pulau-pulau sekitar Lengkuas

Pulau Lengkuas dapat digapai menggunakan sarana trasportasi kapal yang banyak disewakan di Pelabuhan Tanjung Kelayang maupun dermaga Tanjung Binga. Diperlukan waktu sekitar 25-20 menit dari Pelabuhan Tanjung Kelayang untuk bersandar ke pulau ini.

Jika ingin melakukan island hopping, usahakan untuk memulainya dari pagi karena akan ada banyak titik yang akan dikunjungi, tak ada salahnya pula mengejar matahari terbit di Tanjung Kelayang sebelum berlayar.

Jika sudah menyewa kapal tak lengkap rasanya jika tidak singgah ke banyak pulau eksotis yang terdapat di utara Belitung. Umumnya dalam satu hari, wisatawan bisa singgah di 4-5 pulau yang tersebar seperti pulau burung, pulau kepayang atau pulau babi kecil.

Pulau Burung merupakan pulau tak berpenghuni, tak sulit mengidentifikasinya karena terdapat susunan bebatuan yang menyerupai bentuk burung disekitarnya. Pulau ini juga merupakan pulau transit bagi burung-burung yang bermigrasi. Jika beruntung, sambil bermain air di pulau ini wisatawan bisa menjumpai kawanan burung dalam jumlah besar.

Pulau Kepayang cocok bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu menikmati pemandangan laut Belitung. Pulau ini merupakan pulau paling dekat dengan daratan Belitung, pun menjadi pulau dengan fasilitas wisata paling lengkap.

KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Pulau Burung, Batu-batu granit tersusun unik menyerupai kepala burung, Sabtu (07/06/2014)
Orang-orang asli Tanjung Kelayang menyebutnya pulau besar sedangkan dahulu pulau ini lebih dikenal sebagai pulau Babi Besar. Kondisi alam yang memukau ditambah fasilitas yang lengkap membuat pulau ini layak untuk disinggahi.

Bila terlampau terpukau dengan kondisi alamnya yang masih asli, wisatawan dapat bermalam di pulau ini dengan membangun tenda ataupun menyewa penginapan yang telah dikelola secara profesional.

Tak ada salahnya pula menghabiskan waktu makan siang di pulau ini setelah lelah berenang dan snorkling di perairan dangkal disekitarnya. Sebuah rumah makan berdiri di pinggir pantai dengan fasilitas penyewaan alat snorkling memudahkan wisatawan untuk menikmati pulau ini.

Sebuah penangkaran penyu juga berdiri di pulau ini, tukik atau bayi penyu diselamatkan dari tangan-tangan jahil dan pemangsa alami mereka. Beberapa kolam terlihat menampung puluhan bahkan ratusan anak penyu yang disortir berdasarkan ukuran tubuh mereka.

Pengunjung bisa melihat dari dekat bagaimana anak-anak penyu ini bermain namun tentu pengunjung tak diperkenankan untuk memegang dan mengganggu mereka bahkan pengunjung diperingatkan untuk tidak mengabadikan gambar mereka menggunakan lampu blitz.

Pulau lain yang menjadi primadona adalah pulau babi kecil atau yanng dulu dikenal oleh masyarakat lokal sebagai pulau kecil. Pulai ini merupakan pasangan dari pulau Kepayang atau Pulau babi besar atau pulau besar, letaknya pun bersebrangan dan berdekatan.

Wisatawan gemar berkunjung ke pulau ini karena lanskapnya yang unik dan akan menunjukan gambar indah jika diabadikan dalam 1 bingkai foto. Wisatawan juga dapat bermain di hamparan pasir putih dan bebatuan yang tersebar disekitarnya. Wisatawan diharapkan berhati-hati saat bermain diantara bebatuan tersebut.

Sebenarnya masih banyak pulau di utara Belitung yang bisa dieksplorasi seperti, pulau batu berlayar dengan susunan batu granit berukuran raksasa yang menyerupai layar atau keunikan pulau pasir yang hanya muncul saat air surut dan hilang saat air pasang.

Jauh di ujung utara pun ada Pulau Palang yang dipercaya akan menghalangi Belitung dari tsunami, bertugas menjadi palang pintu sebelum masuk ke gugusan pulau elok nan eksotis (National Geoprahic Traveler/Yushanti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com