Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemeriahan Festival Bakcang dan Tradisi Mandi Peh Cun di Pontianak

Kompas.com - 09/06/2016, 21:05 WIB
Kontributor Pontianak, Yohanes Kurnia Irawan

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com – Ratusan masyarakat Tionghoa di Pontianak, Kalimantan Barat, tumpah ruah di Sungai Kapuas. Sejak pukul 11.00 WIB, Kamis (9/6/2016), masyarakat mulai berdatangan dan terpusat di belakang komplek Pasar Siantan.

Pasalnya, hari ini bertepatan dengan tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Imlek merupakan tradisi makan besar bersama keluarga, disertai dengan mandi tengah hari.

Beragam cara yang mereka lakukan untuk melaksanakan ritual ini. Mulai dari hanya sekadar mandi bersama keluarga, hingga perang lempar air menggunakan perahu bermesin.

Sejumlah pompa pemadam kebakaran juga terlihat turut menyemprotkan air di tengah kerumunan masyarakat.

KOMPAS.COM/YOHANES KURNIA IRAWAN Seorang Gege (Keke/Koko) terlihat sedang membagikan Kicang (Bakcang tanpa isi) kepada masyarakat dalam perayaan tradisi mandi Peh Cun dan Festiva Bakcang di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (9/6/2016).
Tradisi turun temurun tahun ini juga turut dimeriahkan oleh Gege Meimei (Koko Meme) Kalimantan Barat.

Mereka mempersiapkan perahu wisata yang dihias dengan aneka pernak pernik khas untuk memeriahkan suasana.

Salah satu Meimei Kalbar, Jesselyn menuturkan asal muasal tradisi yang masih berlangsung hingga saat ini. Bakcang, yang menjadi penganan khas dalam tradisi ini mengawalinya bercerita.

Konon dikisahkan, pada zaman dahulu ada seorang ksatria di sebuah kerajaan yang sangat berjiwa nasionalis. Pada masa itu, ada sekelompok pejabat kerajaan yang ingin berbuat kejahatan dengan melakukan korupsi.

KOMPAS.COM/YOHANES KURNIA IRAWAN Suasana tradisi mandi Peh Cun dan Festival Bakcang di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (9/6/2016).
Sang ksatria pun berusaha memperingati Sang Raja untuk selalu berjaga-jaga mengantisipasi hancurnya kerajaan akibat perbuatan para pejabat korup tersebut.

Namun, upaya Sang Ksatria memperingati Rajanya tak berhasil. Ia pun gagal mengabarkan kepada Raja tentang ancaman itu.

Akibatnya kerajaan pun perlahan hancur dan Sang Ksatria merasa sangat bersalah karena tidak berhasil mengingatkan Raja.

Saking cinta kepada negaranya, ia pun mengorbankan dirinya dengan terjun ke sungai, sebagai bentuk bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada negaranya.

Ketika ia melompat ke sungai, banyak masyarakat melihat peristiwa itu. Masyarakat pun berusaha menemukannya. Namun sayang, Sang Ksatria sudah tenggelam dan tak pernah ditemukan.

KOMPAS.COM/YOHANES KURNIA IRAWAN Suasana tradisi mandi Peh Cun dan Festival Bakcang di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (9/6/2016).
Supaya jasad Sang Ksatria tidak dimakan ikan, masyarakat kemudian memikirkan berbagai macam cara, termasuk melempar bungkusan berisi nasi (bakcang) dengan harapan ikan-ikan itu memakannya.

Ada juga masyarakat yang masih berupaya mencari dengan menggunakan perahu dayung. Namun, upaya tersebut juga tidak membuahkan hasil.

Berawal dari kisah tersebut, maka muncul tradisi dari masyarakat sebagai penghormatan kepada Sang Ksatria tersebut, yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Kisah tersebut mengalir seperti air ketika dituturkan oleh Jesselyn yang saat ini masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Atas.

Sebagai generasi muda Tionghoa, Jesselyn pun merasa wajib untuk mempertahankan tradisi ini.

KOMPAS.COM/YOHANES KURNIA IRAWAN Suasana tradisi mandi Peh Cun dan Festival Bakcang di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (9/6/2016).
“Sebagai manusia yang berakal budi, kita harus punya (mengetahui) asal usul, dan tentu saja menghargai dari mana asal kita. Budaya ini memiliki arti dan filosofi tersendiri bagi masyarakat Tionghoa, untuk tetap mempertahankan loyalitas dan kesetiaan,” tutur Jesselyn kepada KompasTravel.

Tradisi mandi di siang hari dipercaya bisa membuang sial dan mengusir berbagai macam penyakit bagi mereka yang percaya pada mitos tersebut.

Sedangkan tradisi makan Bakcang sendiri saat ini lebih memiliki makna untuk berkumpul bersama keluarga sambil makan dan bertukar bakcang.

Dua tradisi tersebut sebenarnya memiliki asal-usul yang berbeda. Namun bagi sebagian masyarakat Tionghoa menjalankan keduanya secara bersamaan.

Suguhan atraksi tersebut, bisa dinikmati masyarakat umum menggunakan kapal wisata atau menyewa perahu bermesin. Masyarakat juga bisa ikut larut saling melempar air menggunakan kantung plastik dan media lain yang bisa digunakan.

KOMPAS.COM/YOHANES KURNIA IRAWAN Suasana tradisi mandi Peh Cun dan Festival Bakcang di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (9/6/2016).
Tokoh masyarakat Tionghoa, Sugioto atau yang biasa disapa Rico mengungkapkan, Festival Bakcang ini untuk ke depan harus dikemas lebih baik sebagai salah satu daya tarik dan tujuan wisata. Tujuannya agar wisatawan tertarik menyaksikan festival tersebut, dan bisa leluasa menikmati tradisi ini.

“Tradisi seperti ini tidak semua daerah di Indonesia melaksanakannya. Tentu ini menjadi daya tarik dan tujuan wisata, khususnya di Pontianak, sehingga pada tahun mendatang bisa di kemas lebih baik lagi dan bisa mendatangkan wisatawan,” ujar Rico.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com