Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Pulang dari Darwin Tanpa Lihat Buaya

Kompas.com - 04/08/2016, 07:10 WIB
Caroline Damanik

Penulis

"Kulit buaya dari Australia merupakan yang terbaik. Perusahaan fesyen dunia selalu menginginkan kulit buaya dari sini," ungkapnya.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Daging buaya mentah dijual di Crocodylus Park di Darwin, Northern Territory, Australia.
Giovanna lalu melanjutkan, daging buaya lalu dijual untuk diolah menjadi kuliner khas Northern Territory. Di kafetaria di taman buaya ini, sejumlah menu berbahan dasar daging buaya dijual, sebut saja crocodile burger yang dibanderol dengan harga 9,5 dollar Australia hingga Croc dogs – semacam hotdog – seharga 7,5 dollar Australia.

Sayang, siang itu, semua kuliner dari daging buaya sudah ludes terjual. Yang tersisa hanya daging mentah buaya siap jual di lemari pendingin. Tinggal pilih, ada tail fillte, ribs, eye fillet, hingga sudah berbentuk daging burger atau sosis.

“Teksturnya kurang lebih seperti daging ayam,” kata Giovanna.

Indonesia dipuji

Saat masuk atau keluar Crocodylus Park, para pengunjung selalu melewati toko suvenir berbahan dasar kulit buaya dan kafetaria di sebelahnya. Ada tas, dompet, ikat pinggang dan produk fesyen lainnya. Ada yang digantung di tempat terbuka, biasanya yang berharga murah, ada pula yang dipajang di lemari kaca.

Tas dan dompet mendominasi barang-barang yang disimpan di dalam kaca. Harganya mulai 100 dollar Australia hingga ribuan dollar Australia.

Giovanna mengatakan bahwa sejumlah partner bisnis kulit buaya di Australia yang ingin menghasilkan produk jadi telah bekerja sama dengan para perajin dari Indonesia, sebagian besar perajin dari Bandung, Jawa Barat.

KOMPAS.com/Caroline Damanik Giovanna Webb, pengelola Crocodylus Park and Zoo di Darwin, Northern Territory, Australia, menunjukkan produk fesyen dari kulit buaya.
Salah satu tas yang dipegang Giovanna siang itu adalah salah satu contoh karya perajin asal Bandung.

"Kami memiliki hubungan yang dekat dengan perajin dari Indonesia. Kami biasanya mengirim kulit buaya ke Indonesia untuk diolah dan dibuat menjadi produk jadi, seperti tas, sepatu dan barang-barang menarik lainnya,” ujarnya.

Giovanna mengatakan, dalam beberapa waktu kerja sama, hasil pengolahan para perajin dari Indonesia menunjukkan kemajuan, meski masih belum sebagus hasil olahan perusahaan fesyen dunia yang memerhatikan detail dan pengolahan yang rumit.

Namun demikian, lanjut Giovanna, para perajin dari Indonesia menawarkan harga yang jauh lebih murah. Dia enggan menyebutkan harga dasar dari perajin Indonesia, tetapi tas tangan berukuran sedang yang dijualnya, misalnya, dibanderol dengan harga 1.500 dollar Australia atau sekitar Rp 15 juta.

"Perajin Indonesia sangat memuaskan karena kualitas produknya yang sangat bagus. Biaya produksi di Indonesia lebih murah, tetapi kualitasnya tetap terjaga," kata Giovanna.

“Dengan harga yang lebih murah karena diproduksi di Indonesia, kami bisa mendapatkan produk kulit buaya dengan kualitas tinggi dan bagus sehingga bisa memberikan banyak pilihan kepada para pembeli," ungkapnya kemudian.

 

KOMPAS.com/Caroline Damanik Pintu masuk Crocodylus Park and Zoo di Darwin, Northern Territory, Australia.

 

(Tulisan ini merupakan bagian dari program "Jelajah Australia 2016". Kompas.com telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Di luar tulisan ini, masih ada artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terbit pada Juli hingga akhir Agustus 2016. Anda bisa mengikuti artikel lainnya di Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016".)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com