Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eureka... Niat Traveling Malah "Nemu" Emas!

Kompas.com - 23/09/2016, 16:03 WIB
Anne Anggraeni Fathana

Penulis


KOMPAS.com - Eureka! Teriak penambang di wilayah Sovereign Hill ketika menemukan emas untuk pertama kalinya pada 1851. Kata itu kemudian berlanjut menjadi ekspresi syukur dan kegembiraan mereka.

Wilayah tambang Sovereign Hill menceritakan kisah perburuan emas pertama di sub-urban Ballarat, Victoria, Australia. Meski telah lama ditutup, emas masih bisa ditemukan oleh pengunjung sampai hari ini.

Red Hill Creek, nama tempat itu, merupakan kawasan aliran air. Di situlah wisatawan bisa menggali dan mengayak batu pasir sambil berharap mendapatkan serpihan emas.

Pekikan gembira dari para wisatawan terdengar bersaut-sautan saat menemukan serpihan emas dalam panci mereka. Dalam kunjungannya pada Kamis (22/9/2016), Kompas.com pun cukup beruntung dan membawa pulang dua serpih emas.

Pihak museum menyediakan botol seharga 1 dolar Australi atau sekitar Rp 9.900 untuk menaruh emas. Botol diisi air agar serpihan mudah terlihat dan tidak terbang ketika tutup dibuka.

Kompas.com/Anne Anggraeni Fathana Teriakan gembira dari para wisatawan terdengar bersaut-sautan ketika menemukan serpihan emas.

Kota "gold digger"

Museum Sovereign Hill dirancang serupa dengan Kota Ballarat di masa lalu. Seperti keluar dari mesin waktu, langkah pertama akan membawa pengunjung pada kehidupan para penambang emas ribuan di sana.

Arsitekur bangunan bernuansa film Wild Wild West segera menyambut, mulai dari kantor pos, restoran, hingga gedung pemerintahan. Para staf di sana pun berdandan ala masyarakat koboi.

"Kami mencari seseorang!" Mendadak terdengar teriakan seorang pegawai museum di dalam restoran. Hari itu, ia berperan sebagai sheriff.

Ia kemudian membuka gulungan kertas pengumuman ala koboi dan membacakan nama orang incarannya. Hadiah bernominal besar pun tak lupa ia sebutkan.

Lakon para staf didukung oleh antusias wisatawan membuat suasana restoran begitu hidup. Mereka berlagak seolah penjahat tersebut benar-benar ada dan serius mencari.

Tak hanya di restoran, para pegawai juga melancarkan akting seperti itu di sepanjang jalan "kota" Sovereign Hill. Sikap mereka persis menggambarkan tingkah polah masyarakat penggali emas zaman di Ballarat masa lampau.

(Baca Juga: Cukup Rp 7 Juta-an Pergi Pulang ke Australia Pakai Garuda)

Kompas.com/Anne Anggraeni Fathana Museum Sovereign Hill dirancang sebagai kota "gold digger" di masa lalu.

Pengenalan budaya

Museum Sovereign Hill menjadi tur singkat pengenalan budaya pertambangan emas di Australia. Pada masa itu, wilayah ini menjadi tempat bercampurannya penambang dari seluruh dunia.

Warga dari berbagai negara, misalnya Irlandia dan China, datang mengadu nasib di sana kala itu. Kisah mereka tertuang dalam film pendek yang bisa disaksikan di sana.

Untuk menontonnnya, wisatawan akan diajak menaiki kereta menuruni Sovereign QMC, Gold Mine Tour menuju kedalaman bawah tanah. Tempat itu adalah bekas lokasi pertambangan asli.

Proses pengenceran emas pun diperkenalkan lewat pertunjukkan Gold Pour yang berlangsung tujuh kali sehari. Emas seberat 3 kilogram diencerkan dan dicetak dalam bentuk batangan.

Selain itu, wisatawan dipersilakan menikmati berbagai pertunjukan lainnya, seperti Prajurit Berbaju Merah, dan teater jalanan, lalu mengelilingi di bekas lokasi penambangan Sovereign Hill memiliki luas 25 hektar.

Pihak museum menyediakan pemandu wisata untuk menjelaskan keragaman koleksi warisan serta cerita penambangan dalam berbagai bahasa. Ada juga peta panduan yang menjelaskan waktu dan nama pertunjukan setiap harinya. Nah, siap bertualang?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com