Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balawista Batukaras, Jaga Wisatawan Aman

Kompas.com - 21/10/2016, 15:17 WIB

SEORANG wisatawan melambaikan tangan karena terseret gelombang Pantai Batukaras, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Dengan cekatan, Andri Sugianto (32), anggota Badan Penyelamat Wisata Tirta, mengayuh papan selancar menyelamatkan wisatawan itu agar tidak tersapu ombak yang berhenti di batu karang. Wisatawan itu pun selamat.

Peristiwa itu terjadi saat ribuan pengunjung memadati pantai wisata Batukaras, 40 kilometer barat Pantai Pangandaran, Juli lalu. Pantai yang bentuknya setengah melingkar sepanjang 500 meter itu sangat padat sehingga wisatawan berenang mendekati pantai yang terlarang untuk berenang. Batas pantai terlarang ditandai dengan bendera merah yang ditancapkan setinggi sekitar 3 meter.

Itulah kesiagaan petugas Balawista di sepanjang pantai wisata Pangandaran, terutama saat pengunjung ramai. Seperti liburan Lebaran lalu, kali ini puluhan ribu pengunjung memadati Pantai Batukaras yang sering disebut sebagai ”Bali kecil Pangandaran”. Relawan Balawista, yang jumlahnya 12 orang, termasuk Kapten Pos Batukaras, M Kasan (40), semakin siaga. Mereka dilengkapi peralatan alat penyelamatan.

Mereka terus memonitor pergerakan wisatawan dan mengingatkan mereka secara terus-menerus melalui pengeras suara jika ada perenang yang mendekati area bahaya. Para perenang biasanya tidak merasa, ketika mereka turun ke laut di sebelah timur, pelan-pelan mereka terseret arus arah ke barat. Tipologi ombak pantai itu berupa arus pinggir yang memutar ke arah batu karang di sebelah barat.

Kondisi ini membahayakan wisatawan yang biasanya ceroboh dan langsung berenang di pantai tanpa mengetahui pola arus laut. Sebelum tahun 2000, pernah terjadi wisatawan meninggal di tempat itu ketika bermain bola di pinggir pantai. Tiba-tiba bola tertendang ke tengah gelombang. Mereka mengejar bola sambil menerjang ombak. Namun, arus laut menyeret mereka ke arah barat dan akhirnya tak dapat diselamatkan.

Saat itu belum ada Balawista karena tim penyelamat pantai atau sering disebut life guard ini resmi dibentuk pada 2001. Sebenarnya, sejak 1995, sudah ada relawan Balawista di pantai utama Pangandaran, tetapi baik dari sisi kelembagaan, personel, maupun peralatan, masih terbatas.

Tim penyelamat pantai dibentuk dengan tugas menjaga dan mengingatkan wisatawan agar mereka tidak masuk arus bahaya. ”Sejak Balawista berdiri, alhamdulillah kecelakaan laut di Batukaras berkurang. Namun, selalu ada satu dua wisatawan yang pingsan saat mereka berenang,” tutur Kasan.

Sembrono

Di sela-sela memantau ribuan wisatawan, para relawan memunguti sampah yang biasanya dibuang sembarangan oleh wisatawan. Sampah-sampah dikumpulkan di pinggir pantai. Jika sudah terkumpul banyak, petugas kebersihan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran akan mengangkut sampahsampah itu ke tempat pembuangan. Kebersihan pantai juga merupakan tugas mereka agar pantai yang airnya masih bersih itu tetap terjaga.

Wisatawan membutuhkan keamanan dan kenyamanan selama berwisata di pantai, apalagi saat mereka berenang di laut. Sayangnya, menurut pengalaman relawan, sebagian besar wisatawan cenderung sembrono jika mendekati pantai. Wisatawan langsung bermain dan berenang tanpa mengetahui situasi dan kondisi arus lautnya.

Apalagi jika melihat sudah ada orang yang berenang, mereka langsung ikut menceburkan diri ke pantai. ”Padahal orang yang lebih dulu itu juga tidak pernah bertanya kepada kita bagaimana pola arusnya,” ujar Andri. Oleh karena itu, keberadaan Balawista sangat penting untuk mengamankan pengunjung dalam pengembangan wisata pantai.

Apalagi, kawasan pantai di Pangandaran hingga kini masih merupakan tujuan wisata primadona di Jawa Barat. Malah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran, yang saat ini mencapai Rp 64 miliar, 20-25 persen disumbang karcis masuk wisatawan ke kawasan pantai.

Komandan Balawista Pangandaran Dodo Taryana mengatakan, kini kelompok relawan yang dipimpinnya beranggotakan 30 orang dan ditempatkan di lima pos pantai utama Pangandaran. Satu pos lagi ada di pantai Batukaras yang dipimpin M Kasan. Para relawan rata-rata mendapat honor dari Dinas Pariwisata Pangandaran Rp 1,5 juta per bulan.

Untuk menjaga kondisi, baik fisik maupun kepiawaian dalam memberikan pertolongan, secara periodik anggota Balawista harus mengikuti pelatihan, pembekalan, dan kegiatan latihan rutin lainnya. ”Seminggu sekali, kami harus melatih kecepatan berenang di bawah 9 menit sampai ke titik korban,” ujar Andri.

Setahun sekali, secara bergiliran mereka wajib mengikuti life guard contest, biasanya berupa lomba lari dan berenang atau swim-run. Lomba kecepatan berenang dan lari di pantai itu biasanya digelar di Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, atau Pantai Kuta, Bali.

Diburu wisatawan

Pantai Batukaras diburu wisatawan yang sudah jenuh berenang di pantai utama Pangandaran. Pantai wisata rakyat yang terletak di Desa Batukaras, Kecamatan Pangandaran, ini memiki kelebihan dari induknya karena menawarkan ombak bagus bagi peselancar pemula dan menengah. ”Setiap liburan, selalu saja ada wisatawan asing berselancar di pantai ini,” ujar Kasan.

Jika Pantai Pangandaran bentuknya mirip Pantai Kuta, Bali, yang melekuk ke barat, Pantai Batukaras merupakan teluk kecil yang melekuk ke timur.

Di lekukan pantai ini ada arus yang mempermudah peselancar menuju lokasi gelombang terbaik tanpa mendayungnya. Di pantai ini juga tersedia penyewaan untuk menyewa perlengkapan berselancar, lengkap dengan instruktur yang andal.

Karena itu, Pantai Batukaras sering disebut salah satu surga peselancar sekaligus berenang. Batukaras tidak hanya menawarkan air yang bersih, tetapi juga ombak yang menantang. Di tempat tertentu, pantai relatif landai, terutama mendekati teluk kecil di sebelah timur. Di titik ini, peselancar tidak perlu mendayung terlalu jauh ke titik awal gelombang datang.

Ketika musim ramai, pantai di teluk ini tidak mampu menampung puluhan ribu pengunjung yang datang. Akibatnya, mereka sering meluber mendekati kawasan yang berbahaya untuk berenang. Karena itu, seluruh anggota Balawisata harus bersiaga penuh. (Dedi Muhtadi)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Oktober 2016, di halaman 23 dengan judul "Balawista Batukaras, Jaga Wisatawan Aman".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com