DENPASAR, KOMPAS.com - Beberapa warga negara asing menarik perhatian pengunjung acara Mabesikan Festival di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Bali, Sabtu (22/10/2016).
Pasalnya, beberapa warga negara asing yang ikut membatik sangat antusias dan bergembira mengikuti prosesi membatik dari membuat pola gambar hingga membatik dengan alat canting.
Seperti yang diungkapkan salah satu warga asing bernama Summa asal Australia. Summa sudah empat tahun tinggal di Bali dan juga mengaku sering berburu kain dan baju batik di Solo dan Yogyakarta.
"Saya suka sekali batik. Yang saya suka motif natural, suka sekali. Saya sampai ke Solo, ke Jogja untuk beli batik. Di sini (acara Mabesikan Festival) ada yang belajar membatik, saya suka sekali, saya ikut. Cantik batik," kata Summa.
(BACA: Ini Dia 5 Wisata Batik yang Bisa Anda Kunjungi)
Ketertarikan orang asing terhadap batik dinilai wajar oleh Giyanto Martoredjo, seniman batik yang tergabung dalam Lingkara Photocoffe, menyampaikan bahwa batik sudah diakui dunia.
Batik dan Perkembangannya
Giyanto Martoredjo adalah seniman batik yang sudah melanglang buana. Hampir 25 tahun waktunya dihabiskan di Australia untuk mengajar membatik. Kecintaannya dengan batik ini menjadikan dirinya rela berbagi ilmu dan mau mengajari yang ingin bisa membatik.
Giyanto menjelaskan bahwa batik adalah karya seni tinggi dan sarat dengan makna filosofi, dan simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya.
"Dulu batik itu seolah-olah dipandang sebelah mata. Nyatanya sekarang banyak peminatnya. Banyak yang pakai, banyak yang belajar batik, karena batik memang sarat filosofi," ujar Giyanto.
Ada beberapa tips yang disampaikan oleh Giyanto terkait pembuatan batik menggunakan canting.
1. Sebelum proses membatik, kain harus dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan lapisan tepung kanji di kain agar tidak mengganggu proses pewarnaan.
3. Setelah mendapatkan ide tentang gambar batik yang ingin kita buat, maka terlebih dahulu membuat sket pada kertas dengan pensil. Setelah kita yakini maka buat sketsa di atas kain.
4. Setelah sketsa selesai dibuat di atas kain dilanjutkan menggambar sketsa dengan malam atau lilin. Malam atau lilin dipanaskan dengan api yang konsisten sehingga malam tidak terbakar.
5. Setelah malam dipanaskan, lalu menggambar dengan malam menggunakan canting. Malam digunakan untuk menutup bagian kain yang tidak ingin diwarnai.
6. Proses pewarnaan dilakukan terhadap warna yang paling muda, lalu dilanjutkan ke warna yang lebih tua. Pewarnaan dilakukan dengan mencelupkan kain ke dalam warna yang sudah dilarutkan ke air (natural) atau ke HCl (pewarna sintetis).
8. Setelah proses pewarnaan selesai dan mendapatkan warna yang diinginkan, selanjutnya adalah proses "ngelorot" atau penghilangan malam (lilin) pada kain dengan mencelupkan kain ke air mendidih dan menuangkan soda api untuk membantu proses menghilangkan malam (lilin).
Sebagai seniman batik, Giyanto menegaskan bahwa warisan leluhur ini harus tetap dilestarikan, terutama bagi generasi muda. "Batik adalah kebanggaan bangsa Indonesia dan dunia sudah mengakuinya," tambah Giyanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.