Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Kalong di Tepi Teluk Tomini

Kompas.com - 03/11/2016, 08:19 WIB

Kepala Desa Tomoli Akib Halama mengatakan, dirinya mengantongi nama-nama pemburu atau penangkap kalong. Jumlahnya sekitar 10 orang.

”Saya sudah dekati secara pribadi agar mereka mencabut tiang dan alat tangkap lainnya di sekitar hutan mangrove. Kalau cara lunak ini tidak diindahkan, saya akan panggil polisi untuk memasukkan mereka ke sel,” katanya.

Bagi pengunjung seperti Riko Henriko (26), kalong harus dijaga kelestariannya. ”Kalong di tempat ini istimewa. Gampang dijangkau dan unik karena hidup di hutan mangrove,” katanya.

Untuk menjaga kelestarian kalong dan habitat kalong, warga setempat menanam 16.000 bibit mangrove di pantai kawasan habitat kalong. Bibit mangrove tersebut diberikan oleh pemerintah pusat.

Selain untuk menjaga populasi ikan dan ancaman abrasi, mangrove tersebut diharapkan menjadi ”jaminan” bagi kalong untuk terus menetap di sana. Dengan catatan besar, warga berhenti memburu atau menangkap kalong.

Keberadaan kalong di Tomili menjadi daya tarik wisata karena kalong jarang berhabitat di mangrove seperti di Tomoli. Keberadaan kalong juga penanda masih utuhnya hutan bakau yang melindungi permukiman warga. (Videlis Jemali)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 November 2016, di halaman 22 dengan judul "Melestarikan Kalong di Tepi Teluk Tomini".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com