Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiong Ohang, Kala Alam dan Budayanya Menyapa dari Pedalaman

Kompas.com - 08/11/2016, 05:12 WIB

Tim Redaksi

Motif ukiran yang menyiratkan penghormatan terhadap alam. Lalu kami pun mendatangi dan menyapa para generasi terakhir pewaris cuping telinga panjang. Sebuah tradisi yang menyimbolkan kecantikan para perempuan dan status sosial masa lalu, dengan memasang puluhan hisang (anting bulat) di cuping telinga yang dilubangi.

Tradisi yang dimulai sejak bayi ini, dan menambahkan anting yang lumayan berat secara berkala, membuat cuping telinga perempuan berhisang menjadi memanjang, bahkan hingga melewati dada.

Sayang, tradisi unik yang hanya ada pada beberapa Suku Dayak ini kini berada di ujung kepunahan. Generasi sekarang memilih tidak lagi meneruskan salah satu kekayaan budaya Nusantara ini. Berbagai alasan dikemukakan, salah satunya karena malu.

"Keprihatinan akan ancaman kepunahan tradisi kuping panjang ini, membawa saya mendatangi pedalaman Mahakam Hulu. Dalam waktu dekat, saya akan menerbitkan buku Telinga Panjang sebagai bagian dari usaha mendokumentasikan warisan budaya yang sebentar lagi akan punah ini," ujar Ati Bachtiar, penulis buku yang juga ikut dalam rombongan kami.

Tiong Ohang adalah sebuah bagian dari episode menjelajahi Indonesia yang kaya dengan pesona alam dan budayanya. Sejatinya, pesona itu menjadi bagian dari kebanggaan kita sebagai sebuah bangsa.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com