RAJA AMPAT, KOMPAS.com - "Perjalanan ini adalah tafakur alam buat saya. Perjalanan ini menambah wawasan dan mempertebal iman," ujar peserta paket wisata bahari Let's Go Raja Ampat asal Bandung, Sri Endah Setiawati (39) beberapa waktu lalu. Ia adalah salah satu peserta yang terbilang 'beda' dibandingkan peserta lain. Mengapa demikian?
Peserta lain umumnya pergi ke meeting point yakni di Sorong menggunakan pesawat. Namun, lain halnya dengan Endah. Ia pergi seorang diri menggunakan kapal laut dari Surabaya, Jawa Timur sampai Sorong, Papua.
Sejak Senin (24/10/2016) pukul 16.45 ia telah bertolak meninggalkan Bandung. Endah menggunakan kereta api Mutiara Selatan menuju Surabaya, titik awal keberangkatan kapal laut yang ia pilih yakni KM Ciremai. Demi Raja Ampat, ia berlayar mengarungi laut menuju Sorong.
"Ini pertama kali saya ke Raja Ampat. Semua orang bilang Raja Ampat itu 'surga'," ujarnya.
Perjalanan liburan naik kapal laut sebenarnya bukan hal baru untuk Endah. Sebelumnya ia pernah berwisata ke Belitung, Batam, dan Makassar menggunakan kapal laut. Trauma naik pesawat udaralah yang melatarbelakangi Endah menggunakan kapal laut.
"Saya pulang sendiri naik pesawat bawa bayi umur dua bulan. Dulu transit, dari Ujung Pandang ke Bandung itu harus transit dua kali di Bali dan Surabaya. Dari Ujung Pandang ke Bali aman, tapi dari Surabaya-Bandung itu ada turbulensi. Buat saya itu turbulensi sangat hebat. Pesawat sudah terbang selama 15 menit," cerita Endah.
Saat itu ia tak sedang memakai sabuk pengaman. Pada saat kejadian itu tak ada tanda-tanda turbulensi. Tiba-tiba pesawat yang ia tumpangi anjlok.
"Ada penumpang yang kepalanya kena kabin dan jatuh. Sampai ada yang teriak takbir di pesawat," tambah perempuan yang pernah bekerja sebagai perawat itu.
Sekarang, Endah rela kelelahan naik kapal laut dibandingkan mengalami tekanan dari trauma naik pesawat. Saat menuju Sorong, ia harus menempuh lima hari perjalanan. Padahal, jika pergi ke Sorong menggunakan pesawat dari Jakarta hanya membutuhkan waktu paling cepat tujuh jam penerbangan.
KM Ciremai tiba di Makassar pada Rabu (26/10/2016) dan transit sekitar empat jam. Ia mesti mengikuti jadwal kapal tanpa pengecualian. Saat menunggu, Endah pergi berkeliling Makassar dan mampir ke Pantai Losari.
"Kemudian dari Makassar, sandar di Bau-Bau. Kalau tidak naik kapal, saya pikir untuk apa saya ke Bau-Bau. Tapi kan saya jadi tahu Kota Bau-Bau seperti apa. Walaupun hanya sekitar dua jam di Bau-Bau, saya menikmati apa yang ada di Bau-Bau seperti kulineran dan kenalan sama orang Bau-Bau," ungkapnya.
Kamis (27/10/2016) sore, kapal kembali membelah laut. Ia terlelap dan tiba keesokan harinya di Sorong. Ia kemudian menginap di Sorong sebelum bertemu dengan rombongan yang lain untuk naik ke KM Tatamailau.
"Takut sih pasti ada. Ngatasin rasa takutnya? Di kapal itu takutnya sama orang ya. Kalau naik pesawat, kan takut alam dari bawah sadar. Takutnya kejahatan tapi aman alhamdulillah. Saya percaya kalau orang baik pasti ketemu orang baik," jelas perempuan berjilbab tu.
Meski demikian, ia pun tetap mengalami pelecehan di atas kapal. Ia sempat dipandangi dan dimintai nomor telepon oleh laki-laki di kapal. Padahal, ia sudah mengantisipasi dengan menggunakan mukena dan penutup wajah.
Selain ketakutan, kebosanan pun menyergap Endah saat menuju Sorong. Ia pun menghabiskan waktu saat bosan dengan menonton film kesukaan yakni film drama Korea. Ia menyempatkan mengunggah lima buah film Korea sebelum berangkat dari Bandung.
Makanan yang tersedia pun tak selalu sesuai selera Endah. Secara fisik, ia sudah mengalami kelelahan dalam perjalanan. Ia sempat sakit.
Perjuangan Endah menuju Raja Ampat bukan hanya perjalanan. Untuk menyiapkan transportasi kapal laut yang ia tumpangi juga terbilang sulit. Pasalnya, ia kesulitan untuk mendapatkan jadwal kapal menuju Sorong yang sesuai dengan jadwal paket wisata bahari Raja Ampat PT Pelni.
Paket wisata bahari PT Pelni sendiri dimulai pada Minggu (30/10/2016) hingga Rabu (2/11/2016). Dalam kesulitan mencari kapal yang akan ditumpangi, ia sempat berpikir untuk menggagalkan rencananya.
"Ada info kapal tanggal 21 Oktober berangkat dan sampai Sorong tanggal 25 Oktober. Sedangkan acara tanggal 30 Oktober. Kan terlalu lama di Sorong. Pulang tanggal 9 ada. Nah lalu dari tanggal 2 November sampai tanggal 9, saya harus tinggal di mana dan mau apa. Biaya hotel kan tak murah, biaya makan (di Sorong) juga orang bilang mahal," ucapnya.
Masih belum selesai perjuangan Endah. Ia pun tak mendapat kepastian waktu KM Tatamailau tiba kembali di Sorong. Fasilitas call center dan surat elektronik yang ia terima belum bisa memuaskan naluri bertanyanya.
"Akhirnya saya datang ke Gajah Mada, ke kantor pusat Pelni. Saya cari bagian pemasaran paket wisata ini. Saya akhirnya bisa ketemu Pak Rama dan Pak Gatot. Sambutan PT Pelni hebat sekali," ungkapnya.
"Bahkan Pak Gatot acungi saya jempol dan bilang 'Baru ada bu, orang seperti ibu'. Karena buat saya yang trauma pesawat, Pelni ini adalah angkutan yang sangat berarti bagi saya," ucap perempuan beranak tiga ini.
Tabungan yang telah ia kumpulkan sejak tahun lalu kini berbuah manis. Setelah mendapatkan kepastian jadwal KM Ciremai dua minggu sebelum keberangkatan, ia langsung membeli tiket kereta api menuju Surabaya. Lalu, perjalanan liburan ke pintu gerbang Raja Ampat pun dimulainya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.