KOMPAS.com – Tantangan. Dari sekian kata di kamus bahasa, inilah yang barangkali paling mewakili cerita dan kegelisahan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo soal pengembangan pariwisata di provinsinya. Ada apa?
“Apa yang tak ada di Jawa Tengah? Dari wisata alam, religi, budaya, sampai tematik, semua ada,” ujar Ganjar saat berbincang dengan Kompas.com pada medio Juli 2015.
Setahun berlalu, dalam momen yang hampir mirip, Ganjar kembali menyinggung hal tersebut. “Tahu tidak, (tanaman bunga) tulip saja yang orang kira hanya ada di Belanda, itu juga ada di Jawa Tengah, ada di Dieng!” ungkap dia.
Menurut Ganjar, satu saja yang belum juga kunjung tersedia di provinsinya. “Paket wisata yang membuat orang tahu benar apa saja isi Jawa Tengah, yang terorganisir dengan bagus, memberi kepastian bagi wisatawan datang,” papar dia.
(Baca juga: Yakin Sudah Tahu Banyak soal Borobudur?)
Ganjar pun berpendapat, wisatawan terutama dari mancanegara pada dasarnya butuh paket yang membuat mereka bisa memperhitungkan waktu perjalanan, menerima fasilitas seperti penginapan yang sesuai perkiraan, dan atraksi yang memang layak disambangi jauh-jauh.
Permintaan itu bisa saja terdengar sederhana. “Tapi ya itu tantangannya. Ada atau tidak yang bisa menyediakan dan mengelola perjalanan wisata seperti itu secara rutin, berkelas, dan memberikan kepastian?” tanya dia.
“Semua tinggal pengemasannya. Iya, pengemasan untuk potensi wisata Jawa Tengah. Itu tak bisa hanya dari pemerintah apalagi pemerintah daerah. Ayo, siapa punya ide? Konkret ya. Datang ke saya, kita bahas dan siapkan eksekusinya,” ujar dia.
Terlebih lagi, imbuh Ganjar, Jawa Tengah punya Candi Borobudur di Kabupaten Magelang. Harusnya, ujar dia, ini jadi modal awal untuk menata potensi lain pariwisata di sini.
Menjawab tantangan
Candi Borobudur merupakan episentrum dari lingkaran kawasan wisata yang membentang dari Semarang hingga Yogyakarta. Tak terbilang pesona wisata ada di radius tersebut. Itu belum menghitung kawasan pesisir utara Jawa Tengah, dengan pesona yang berbeda lagi.
Sebagai satu dari 10 destinasi prioritas, Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya punya radius pesona yang merambah Semarang, Salatiga, Boyolali, Klaten, Yogyakarta, Magelang, dan area Dieng. Targetnya, dua juta wisatawan mancanegara bakal bertandang ke kawasan ini pada 2019.
Dengan target jumlah kunjungan tersebut, harapannya ada devisa 2 miliar dollar AS masuk dari kawasan ini. Sebelumnya terdata hanya 250.000-300.000 wisatawan mancanegara tiba di Candi Borobudur dan sekitarnya.
(Baca juga: Rp 20 Triliun untuk Candi Borobudur)
Kajian Kementerian Pariwisata mendapati, setidaknya juga ada tiga kategori wisata yang masih dapat dikembangkan lebih jauh di kawasan ini.
“Promosi dan pengembangan potensi pariwisata seperti ini tak bisa hanya mengandalkan satu atau dua stakeholder. Semua kalangan harus ikut berkiprah, kalau hasilnya juga mau terlihat segera nyata,” kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman, saat berbincang dengan Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Penggarapan destinasi, lanjut Dadang, juga butuh keterlibatan banyak pihak. “Termasuk untuk pengembangan potensi bisnis dan industri pariwisata,” ujar dia.
(Baca juga: Buat Apa “Ngurusin” Pariwisata)
Kabar baiknya, apa yang diminta kepada Ganjar soal akses langsung ke beragam lokasi wisata di radius destinasi prioritas Candi Borobudur sudah bertambah. Akses untuk menikmati pesona Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya , misalnya, semakin beragam.
Pembenahan infrastruktur gencar dilakukan untuk mendukung destinasi prioritas ini. Bandara, tak akan lagi hanya mengandalkan Bandara Adisutjipto di Yogyakarta.
Ada lagi. Jalur kereta yang menghubungkan tiga bandara tersebut juga akan diaktifkan kembali, menyambung rute yang sudah ada dari Jakarta ke Surabaya. Rencananya, akan ada pula aktivasi jalur kereta dari Yogyakarta ke Magelang.
"Jalur kereta itu kan sangat baik kalau dikoneksikan dengan jalan kereta yang ada, Jakarta-Yogyakarta-Solo-Surabaya. Jadi bisa dibayangkan nanti orang dari Jakarta mau ke Borobudur bisa langsung," ungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, seperti dikutip Kompas.com, Kamis (10/11/2016).
Budi berkeyakinan, rencana ini akan mewujudkan transportasi terintegrasi, cepat, dan efisien, untuk mendukung pengembangan destinasi prioritas Candi Borobudur dan kawasan di sekitarnya.
Masyarakat bisa punya saham
Menteri Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menambahkan, upaya memperluas akses menuju destinasi prioritas ini akan menghadirkan pula rencana pembangunan jalan tol dan pembenahan jalan nasional.
(Baca juga: Jalur Kereta dan Jalan Dikembangkan untuk Akses ke Borobudur)
Transportasi darat dari arah Semarang, bagaimana pun tak bisa dinafikan, setidaknya merujuk pada riset Kementerian Pariwisata. Di situ disebutkan, sebagian pengunjung Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya pun kerap datang melalui Semarang.
Di Semarang ada Stasiun Tawang dan Poncol, yang dilalui kereta api dari Jakarta, lewat jalur pantai utara Jawa. Kota ini punya pula Bandara Ahmad Yani, yang melayani pula penerbangan langsung dari Jakarta.
Ada pula di sini, Pelabuhan Tanjung Emas, akses jalur laut terdekat menuju Candi Borobudur dan sekitarnya.
Wisatawan itu rata-rata turun di Pelabuhan Tanjung Emas dan melanjutkan perjalanan darat ke Candi Borobudur. Namun, lanjut riset itu, mereka hanya punya waktu satu hari untuk segera kembali ke pelabuhan dan berlayar lagi.
Untuk semua rencana pengembangan tersebut, anggaran senilai Rp 20 triliun disiapkan. Separuh nilainya berasal dari kas negara dan selebihnya ditawarkan kepada investor.
”Anggaran Rp 20 triliun tersebut nantinya akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur di areal seluas 5.000 hektar di kawasan menuju Candi Borobudur,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya, dalam jumpa pers seusai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo di Taman Wisata Candi Borobudur, Jumat (29/1/2016).
Infrastruktur dasar yang akan dibangun, sebut Arief, antara lain jalan, listrik, dan penyediaan air bersih. Rapat tersebut diikuti pula oleh Ganjar, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, dan Bupati Magelang Zaenal Arifin.
Menurut Arief, pengelolaan dan pengembangan kawasan Candi Borobudur akan dilakukan secara terintegrasi oleh Badan Otorita Borobudur. Badan ini mencakup pemerintah; PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko; serta masyarakat.
”Masyarakat nantinya berkesempatan memiliki golden share. Mereka bisa memiliki saham tanpa ada kewajiban menyetor,” ujar Arief.
Kalaupun belum tertantang atau berminat untuk kedua hal itu, Anda yang gemar berwisata pun tetap bisa ikut membantu mengenalkan destinasi prioritas Indonesia. Caranya, bagikan saja cerita Anda lewat media sosial.
Dalam setiap unggahan di media sosial, cantumkan tanda pagar (tagar) atau hashtag #ceritadestinasi. Untuk Twitter dan Instagram, sebutkan pula @ceritadestinasi ketika mengunggah cerita atau foto. Cerita panjang Anda bisa pula diunggah di Facebook lewat fan page Cerita Destinasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.