Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Somba Opu, Ikon Tua yang Berkilau

Kompas.com - 17/11/2016, 17:03 WIB

Ridwan Sucipto (28), pemilik Toko Emas Remaja, mengatakan, pembeli dari luar negeri, terutama di luar Asia, kebanyakan berburu emas putih dan emas muda. Akan tetapi, pembeli lokal atau dari kota lain di luar Sulsel lebih memilih emas tua yang warnanya lebih kuning dengan desain klasik atau bunga.

”Kalau perhiasan buatan tangan, umumnya dikerjakan perajin di sini. Akan tetapi, kalau buatan pabrik, dari Surabaya. Namun, umumnya yang dicari adalah emas buatan tangan perajin di sini,” katanya.

Tak hanya terkenal sebagai tempat membeli emas, kawasan ini juga menjadi tempat tujuan menjual emas. Malik (40), salah satu pattimbang, mengatakan, dalam sebulan, ia rata-rata bisa membeli emas dengan berat total 100-200 gram. Dari setiap gram, keuntungannya berkisar Rp 5.000 hingga Rp 10.000.

Katanya, ada waktu-waktu tertentu saat orang ramai menjual emas, yakni pada musim tahun ajaran baru sekolah atau menjelang Ramadhan.

”Kalau hari-hari biasa, sering juga 2-3 hari kosong sama sekali tidak ada pelanggan. Kalau dulu ramai. Bahkan, saat krisis moneter tahun 1997-1998, saya pernah membeli emas sampai 300 gram dalam satu hari karena banyak orang yang menjual simpanan emasnya,” katanya

Sejak 1970

Somba Opu sebagai kawasan penjualan emas dibuka pada tahun 1970, pada era Wali Kota HM Dg Patompo. Melalui program masuk kampung dan mengisi kawasan-kawasan yang kosong, Patompo membuka sejumlah tempat sebagai kawasan perbelanjaan dan permukiman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com