Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harum Kopi di Tengah Pasar

Kompas.com - 03/03/2017, 05:28 WIB

WARUNG Kopi Lawoek ibarat oase kecil di tengah keriuhan Pasar Kliwon, Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

Sembari mengistirahatkan badan setelah menembus keramaian orang ataupun usai berbelanja, kita bisa tenang memesan, menyeruput, sekaligus menghirup wangi dari cappucino, macchiato, vietnam drip, atau sekedar hot chocolate.

Warung Kopi Lawoek adalah warung kopi sederhana, los mungil berukuran 1 x 2,5 meter di sudut pasar. Menyajikan minuman kopi dan cokelat ala kafe, warung ini tidak terlihat mewah atau mencolok.

Sebaliknya, terlihat biasa saja, ”bertetangga” dengan los tahu yang tepat berada di samping dan los ikan asin yang tepat berada di depannya.

Dengan lokasinya tersebut, tak heran beragam aroma dari tetangga tersebut sesekali menghambur ke hidung, ”meramaikan” aroma dari kopi atau cokelat yang terhidang.

Sama seperti los-los lainnya, bagian depannya hanya merupakan petak berlapis keramik berwarna hijau, yang kemudian padat diisi dengan deretan toples plastik dan kaca berisi kopi bubuk dan roasted beans coffee.

Hanya ada dua kursi kayu yang disediakan untuk pelanggan. Jika ada pengunjung berlebih, kursi-kursi lain bisa ”dikerahkan” dengan meminjam dari los tetangga.

Dengan kesederhanaannya, ngafe di warung ini terasa berbeda.

Bukan dipadati anak-anak gaul atau pebisnis, di warung ini kita bisa ngopi bersebelahan dengan pedagang, pegawai kelurahan, ibu rumah tangga, atau tukang kredit.

Sesekali, cangkir-cangkir pun berseliweran ke luar warung, berisi kopi pesanan dari pedagang-pedagang lainnya. Di sana, ngopi ala kafe bisa dilakukan oleh siapa saja.

Ngopi di tempat itu juga bisa dilakukan dengan mudah sebagai selingan di antara aktivitas keseharian berdagang atau berbelanja.

Bambang Sujatmiko (46) adalah salah satu yang melakukannya. Pria yang sehari-hari bekerja di Tabalong, Kalimantan Selatan, itu mengatakan, Warung Kopi Lawoek ”ditemukannya” saat dirinya menemani istrinya berbelanja ke pasar.

Belakangan, kebiasaan ngopi di pasar selalu diulangnya setiap kali dia cuti bekerja dan pulang ke Temanggung.

Aktivitas di pasar yang riuh rendah berikut beragam aroma ”khas” di pasar jadi tambahan sensasi tersendiri saat ngopi.

Ayu (24), pelanggan lainnya, merasa bersyukur ada Warung Kopi Lawoek yang berlokasi di tengah pasar.

Di warung itu, dia bisa sejenak merasakan me time, sesaat sebelum akhirnya pulang ke rumah sembari membawa belanjaan dan melakukan beragam tugas rumah tangga di rumah. ”Biasanya saya ngopi di sini sendiri saja,” ujarnya.

Untuk membagi kenikmatan kopi yang dirasakannya, sesekali dia membeli beberapa bungkus kopi bubuk untuk dibawa pulang yang kemudian akan dibuat menjadi beberapa cangkir kopi untuk sang suami.

Di luar orang yang wara-wiri di pasar, para penikmat kopi di Warung Kopi Lawoek pun bisa menciptakan keriuhannya sendiri.

Ayu, misalnya, biasa akan bertanya tentang aneka jenis kopi dan sesekali juga bertukar info, atau mendengarkan kabar tentang harga bahan pangan apa yang sedang mahal.

Indah, seorang tukang kredit pakaian dan aksesori, juga terbiasa menciptakan keriuhan sendiri dengan mendata barang dagangan serta menarik cicilan dari para pelanggannya, yang notabene adalah para pedagang di pasar.

Semua kesibukan itu dilakukan sembari menyeruput hot chocolate atau chocolate macchiato dan mengistirahatkan kakinya sejenak.

KOMPAS/REGINA RUKMORINI Seorang pelanggan mengobrol dengan Iis Siti Robiatun (23), pemilik Warung Kopi Lawoek, warung kopi yang berlokasi di tengah Pasar Kliwon, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Dia tidak pernah mengetahui tentang nama minumannya yang ingin disesapnya. Karena itu, ketika memesan hanya menyebutkan ciri minuman yang dimau.

”Biasanya saya cuma menyebutkan minuman seperti kemarin, atau minuman yang ada busa putihnya di bagian atas,” ujarnya.

Memulai setahun

Jika para pelanggan sibuk dengan aktivitasnya sendiri, I’is Siti Robiatun (23), si pemilik warung, biasanya juga akan sibuk dengan ”laboratorium kecilnya”, sepetak ruang yang tersisa di antara boks-boks dan kaleng kopi di warung.

Di petak kecil itu berkutat dengan moka pot, grinder, vrinchpress, demi menciptakan beragam minuman, mulai dari kopi tubruk hingga kopi atau cokelat ala kafe.

Memulai membuka warung sejak setahun lalu, I’is kini telah memiliki 10 jenis minuman dalam daftar menunya.

Khusus untuk minuman kopi atau cokelat ala kafe, dia belajar meraciknya dengan melihat resep, cara pengolahan yang ada internet.

”Setiap resep minuman baru yang berhasil dibuat, saya selalu memanggil beberapa teman atau pelanggan untuk menjadi kelinci percobaan,” ujarnya tergelak.

KOMPAS/REGINA RUKMORINI Kopi di Warung Kopi Lawoek biasa dinikmati dengan aneka jajanan yang ada di pasar seperti jenang, tahu asin, atau tahu bakso.

Dengan berdasar saran dan kritik dari merekalah, dia kemudian memperbaiki resep yang telah dibuatnya.

Hingga saat ini, I’is mengatakan, dirinya memang tidak memiliki menu hidangan pendamping ngopi.

Namun, sesuai dengan permintaan dari pelanggan, dia pun bisa dengan cepat menghidangkan beragam cemilan, seperti tahu bakso, berbagai macam bubur manis—atau yang di Temanggung disebut dengan jenang—seperti bubur ketan hitam, bubur ketela, atau bubur sumsum.

”Belum bisa menyiapkan sendiri, jadi untuk sementara jajanannya masih impor dari los sebelah,” ujarnya, sembari tertawa.

Los sebelah yang dimaksud adalah los milik ibunya yang memang berdekatan dengan Warung Kopi Lawoek.

Sebagai warung yang terbilang baru, I’is mengatakan, saat ini dirinya masih terus berupaya menarik lebih banyak pelanggan untuk datang.

KOMPAS/REGINA RUKMORINI Pelanggan duduk bersiap menikmati sajian chocolate macchiato di Warung Kopi Lawoek di tengah Pasar Kliwon, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Hanya berupa los sederhana di tengah pasar, Warung Kopi Lawoek meyajikan aneka minuman kopi dan coklat ala kafe bagi para pelanggannya.
Selain dengan terus mencoba mengembangkan resep-resep baru, di warung dia pun tak segan untuk sok akrab, sedikit berteriak, mengajak siapa pun yang lewat untuk mencicip kopi di warungnya.

”Ayo Mbak, Mas, Pak, Bu, monggo mampir, ngopi dulu,” teriaknya siang itu.

Bahan baku segar

Semua bahan baku kopi yang dipakai di Warung Kopi Lawoek adalah bahan baku segar dari lahan keluarga seluas 2 hektar di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung.

Tanaman kopi yang ditanam di lereng Sindoro, termasuk di Desa Tlahab, ditanam berselang-seling dengan tanaman tembakau.

Suami I’is, Setyo Wuwuh, mengatakan, dari lahan yang ditumbuhi sekitar 800 batang kopi arabikatersebut, mampu dipetik 3-4 ton bijih kopi segar per tahun.

Setelah dipanen, barulah bijih kopi tersebut diproses oleh keluarga menjadi kopi bubuk dan roasted beans.

Sekitar 50 persen dari hasil panen tersebut digunakan sebagai bahan baku di Warung Kopi Lawoek, dan 50 persen lainnya dikemas, dan dijual kepada para pelanggan yang tersebar di Salatiga, Yogyakarta, dan sejumlah kota di Nusa Tenggara Timur, serta Bali.

Bergantian dengan istrinya, Setyo pun ikut menjaga warung.

Sebagai orang yang terlibat dari proses petik panen, dia sesekali harus memberikan layanan ”ekstra”, menjelaskan tentang kegiatan panen, hingga penanganan pasca produksi yang akhirnya menghasilkan kopi dengan beragam cita rasa, aroma, dan warna berbeda seperti natural coffee yang dengan rasa alami dan khas, bercampur dengan aroma tembakau, ataupun fullwashed coffee yang memiliki cita rasa asam yang kuat.

Kopi menjadi salah satu potensi unggulan di Kabupaten Temanggung. Hal ini bahkan dipertegas dengan dipakainya tanaman kopi dala, lambang Kabupaten Temanggung, berdampingan dengan tembakau dan vanili.

Berdasarkan data terakhir yang dihimpun Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung tahun 2015, luas areal tanaman kopi di Kabupaten Temanggung terdata mencapai 10.993 hektar, yang terdiri dari tanaman kopi robusta seluas 9.280 hektar dan tanaman kopi arabika 1.713 hektar.

Kopi robusta telah ditanam sejak masa penjajahan Belanda, sedangkan kopi arabika baru mulai tahun 2000. (REGINA RUKMORINI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Februari 2017, di halaman 31 dengan judul "Harum Kopi di Tengah Pasar".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com