KEBERADAAN Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud beserta rombongan di Bali untuk liburan pada 4-9 Maret 2017 diharapkan membuat industri wisata di pulau itu kian berkembang.
Dengan kunjungan Raja Salman, nama Pulau Bali diharapkan semakin terkenal, khususnya di kalangan publik Timur Tengah, dan terutama lagi di kalangan masyarakat negara-negara kaya di Teluk, termasuk Arab Saudi.
Menurut harian Al Sharq, sedikitnya 4,5 juta warga Arab Saudi berlibur ke luar negeri setiap tahun. Turis Arab Saud dikenal paling suka berbelanja.
Menurut Badan Urusan Pariwisata dan Khazanah Nasional Arab Saudi, turis negara itu menghabiskan sekitar 30 miliar dollar AS atau Rp 400 triliun pada 2015 untuk belanja wisata di luar negeri.
(BACA: Raja Salman Perpanjang Masa Liburan di Bali, Ini Tanggapan Menpar)
Momentum kedatangan Raja Salman di Bali sangat tepat pada saat sekarang karena negara-negara Arab Teluk sedang gencar merancang visi nasional era pasca-energi.
Salah satu pilar utamanya adalah pengembangan industri wisata dan maskapai penerbangan.
Karena itu, negara-negara Arab kini berlomba-lomba membangun industri penerbangan. Tujuannya, mengembangkan industri wisata mereka.
Visi 2030
Arab Saudi memiliki proyek Visi 2030, yang antara lain berupa pembangunan industri wisata serta penerbangan.
(BACA: 5 Destinasi Favorit di Nusa Dua, Tempat Raja Salman Menginap)
Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar sudah lebih dulu mengembangkan visi era pasca-energi. Dua negara ini telah berhasil membangun sektor wisata serta penerbangan mereka.
Kuwait, Bahrain, dan Kesultanan Oman juga sedang berbenah. Mereka mengikuti jejak Qatar dan UEA.
Dalam konteks tersebut, bagi Indonesia, digulirkannya visi era pasca-energi negara-negara Arab kaya itu merupakan momentum besar.
Selanjutnya, Indonesia bisa membujuk maskapai penerbangan besar Timur Tengah. Saudia Airlines, Qatar Airways, Etihad Airways, Emirates Airlines, dan Oman Airways diajak untuk mengoperasikan penerbangan langsung dari Jeddah, Doha, Abu Dhabi, Dubai, dan Muscat menuju Denpasar.
Maskapai besar Timur Tengah tersebut sedang menguasai pasar internasional.
Etihad Airways yang berbasis di Abu Dhabi, UEA, misalnya, berhasil mengangkut 18,5 juta penumpang pada 2016 dan memiliki 116 rute penerbangan di seluruh dunia.
Maskapai Etihad kini mempunyai 122 armada pesawat. Selain itu, sebanyak 11 penerbangan per minggu ke Maladewa telah dioperasikannya.
Saudia Airlines tidak mau kalah. Deputi Direktur Pemasaran Saudia Airlines Fahd al-Jarbou menyatakan, maskapai itu meletakkan program memiliki 206 pesawat hingga tahun 2020 dengan menambah sejumlah rute penerbangan sesuai Visi Arab Saudi 2030.
Saudia Airlines kini hanya memiliki 113 pesawat dengan rata-rata usia 9 tahun.
Adapun Qatar Airways mempunyai 192 pesawat. Maskapai ini mengoperasikan 145 rute penerbangan.
Di tengah kegairahan negara-negara Arab membangun visi pasca-energi, penerbangan langsung dari kota-kota di negara Arab ke Denpasar dipastikan akan menarik turis serta investor di negara itu untuk berkunjung ke Bali. (MUSTHAFA ABD RAHMAN, dari Kairo, Mesir)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Maret 2017, di halaman 10 dengan judul "Raja Salman, Wisata Bali, dan Penerbangan Langsung".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.