Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yoni Kuno di Bawen Gagal Dipindahkan ke Museum

Kompas.com - 16/04/2017, 20:14 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Sebuah Yoni diperkirakan peninggalan Mataram Kuno berhasil dipindahkan dari lokasi proyek pembangunan sebuah perumahan di lingkungan Gandekan, Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Sabtu (15/4/2017).

Rencananya Yoni yang wujudnya sudah tidak utuh lagi ini akan dipindahkan ke kompleks eks kawedanan Tuntang yang rencananya akan akan dibangun menjadi sebuah museum oleh Pemkab Semarang.

Namun karena ada penolakan dari warga, Yoni tersebut akhirnya oleh petugas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang dipindahkan ke kantor Kelurahan Harjosari yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi awal.

"Yoni ini adalah Tindih (pokok) dari kampung Gandekan ini. Kami keberatan kalau dibawa keluar desa," ungkap Sutrisno Ketua RW 6 Lingkungan Gandekan.

Menurut Sutrisno, rencana pemindahan Yoni ke Tuntang tersebut sudah disampaikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kepada pengurus RW. Selanjutnya pengurus RW, tokoh masyarakat dan warga menggelar musyawarah terkait rencana tersebut.

Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Yoni akan dipindahkan ke kompleks makam Kiai Gandek dan Nyai Gandek, yang merupakan cika-bakal perkampungan tersebut.

KOMPAS.COM/SYAHRUL MUNIR Proses pemindahan sebuah Yoni dari lokasi proyek pembangunan sebuah perumahan di lingkungan Gandekan, Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/4/2017).
"Tapi karena aksesnya susah, kami sepakat memindahkannya ke kantor kelurahan untuk sementara. Tapi kalau pemerintah memaksa dibawa ke Tuntang ya monggo, mudah-mudahan tidak ada apa-apa," ujarnya.

Proses pemindahan Yoni berukuran 80x80 sentimeter tersebut disaksikan oleh petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Lurah Harjosari, Babinsa, dan perwakilan warga.

Pengangkatan Yoni dengan sebuah crane diawali dengan doa. Sesepuh warga juga membakar kemenyan dan menyediakan sesaji berupa kembang setaman serta beberapa butir telur ayam kampung di sekitar Yoni.

Petugas BPCB Jawa Tengah Bagian Perlindungan, Ngatno mengatakan, Yoni tersebut merupakan perwujudan dari Dewi Parwati, istri Dewa Siwa. Biasanya benda-benda lainnya, seperti Nandi (patung sapi) dan bebatuan alas candi ditemukan dalam satu paket Yoni sebagai tempat persembahyangan.

"Nandi dan batu-batu dudukan candi biasanya ada, tapi di sini tidak ada. Yoni ini pun sudah ada pecahannya," kata Ngatno.

Menurut Ngatno, wilayah Kabupaten Semarang merupakan salah satu persebaran benda-benda cagar budaya peningalan masa Hindu-Buddha. Hampir di tiap desa atau kecamatan ditemukan adanya benda-benda purbakala ini.

KOMPAS.COM/SYAHRUL MUNIR Proses pemindahan sebuah Yoni dari lokasi proyek pembangunan sebuah perumahan di lingkungan Gandekan, Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/4/2017).
"Sebaiknya memang ada tempat penyimpanan khusus. Tapi nanti kita lihat bagaimana keputusan Dinas Kebudayaan dengan pemindahan Yoni ini," katanya.

Ia menambahkan, Yoni yang ditemukan di Gandekan, Bawen ini diperkirakan dari abad ke 9 atau ke 10 pada masa Mataram Kuno.

Sekadar diketahui, keberadaan Yoni di lingkungan Gandekan, Harjosari Bawen ini sebenarnya sejak tahun 2014 ramai diperbincangkan setelah sebuah proyek pembangunan sebuah gudang, menguruk lokasi Yoni tersebut. Oleh pihak kontraktor, Yoni tersebut kemudian diangkat ke permukaan, di atas lokasi yang diuruk tanah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com