Lutfi menambahkan, studi dampak publikasi Gunung Padang yang berlebihan belum menjadi perhatian selama ini.
Bahkan, penelitian yang sempat dilakukan justru mempercepat kerusakan Gunung Padang, antara lain dengan membabat semak belukar lalu mengupas habis tanah di sekeliling situs yang memicu potensi kerawanan longsor.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Junus Satrio Atmodjo pernah mengingatkan, aktivitas ekskavasi sekaligus ledakan kunjungan wisatawan di situs Gunung Padang dikhawatirkan merusak kawasan cagar budaya tersebut.
Kedatangan puluhan ribu wisatawan turut memperparah kerusakan situs karena banyaknya sampah, aksi coret-coret, dan bebatuan yang tergeser.
Awasi terus-menerus
Menanggapi kondisi Gunung Padang, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten Saiful Mujahid menjelaskan, pihaknya terus-menerus berkoordinasi dengan Balai Arkeologi Jabar untuk memantau situasi Gunung Padang. Wilayah tugas Saiful mencakup hingga ke Cianjur.
”Kami telah menempatkan juru pelihara di situs Gunung Padang. Kami telah menginstruksikan kepada juru pelihara agar selalu mengomunikasikan kondisi terkini Gunung Padang. Juru pelihara adalah ujung tombak di lapangan,” paparnya.
TTRM mengklaim beberapa temuan baru, seperti adanya koin logam, semen purba, batu bulat (rolling stone), dan ”kujang” Gunung Padang. Namun, temuan-temuan itu masih menuai kontroversi karena banyak arkeolog dan geolog membantahnya. (ABK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.