Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/04/2017, 08:05 WIB
I Made Asdhiana

Editor

KOMPAS.com - "Anda dari atas? Wow ke Jayu Park?" tanya Jinny Yang, pemandu turis. Jinny dan rekan-rekannya sesama pemandu turis heran saat kami turun dari arah bukit di Pecinan Incheon awal April 2017.

Mendaki daratan di Pecinan Korea Selatan, bukan hal populer bagi pelancong yang mengunjungi kawasan ekonomi khusus Incheon.

Meski pemandangannya bagus dengan pohon cherry yang menampakkan bunganya, tak ada wajah orang asing di atas bukit yang kental dengan patung dan tulisan dengan filosofi Konfusius.

Karena dengan sudut kemiringan hingga 45 derajat, jalan menuju ke Jayu Park bisa memakan waktu sampai 20 menit.  

Taman Jayu, Incheon, Korea Selatan.KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN Taman Jayu, Incheon, Korea Selatan.
Incheon, sebuah kawasan ekonomi khusus yang diberi nama Incheon Free Economic Zone, lebih terkenal sebagai bandar udara internasional di Korea Selatan.

(BACA: Apa Kata Orang Korea tentang Turis Indonesia?)

Letaknya 65 kilometer dari ibu kota Korea Selatan, Seoul, dan sekitar 45 menit hingga satu jam berkendara ke kota besar itu.

Kawasan ini baru berkembang dalam 15 tahun terakhir, sejak bandara dibangun sebagai salah satu penggerak ekonomi di wilayah yang memiliki wewenang khusus dalam membuat kesepakatan ekonomi dengan negeri lain.

Gedung perusahaan pembuat baja Posco yang kembar menjadi jaminan kehidupan malam di Incheon akan tetap menggeliat hingga larut malam. Pencakar langit dibangun dengan rapi di Songdo, kawasan bisnis baru Korea Selatan.

Patung Jenderal Douglas MacArthur di Taman Jayu, Incheon, Korea Selatan. Sekitar patung terdapat taman dengan bunga beraneka warna.KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN Patung Jenderal Douglas MacArthur di Taman Jayu, Incheon, Korea Selatan. Sekitar patung terdapat taman dengan bunga beraneka warna.
Semua itu adalah daerah hasil reklamasi sejak 1994. Setelah reklamasi pada 2004, Seoul membentuk badan yang mengontrol badan usaha milik negara dan swasta untuk membangun kawasan baru.

(BACA: Inilah Tempat Terbaik di Korea untuk Melihat Bunga Sakura)

Pembatas daerah reklamasi dan "daratan asli" adalah jalan raya yang menempel pada kawasan Pecinan. "Garis batasnya di sana," kata Jinny saat memandu rombongan peserta World Journalist Conference 2017 di ujung batas kawasan Pecinan.

Garis batas yang dimaksud adalah tempat awal Jenderal Douglas MacArthur mendaratkan pasukan amfibi, gabungan 16 negara membantu tentara Korea Selatan.

Di garis batas itu pula, jauh sebelum MacArthur datang, pelabuhan tempat perdagangan Kerajaan Korea dengan bangsa China berlangsung. Hingga akhirnya para pedagang dari China membentuk wilayah yang kini menjadi Pecinan di Incheon.

Jangkar di Taman Jayu, Incheon, Korea Selatan.KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN Jangkar di Taman Jayu, Incheon, Korea Selatan.
Meski Jenderal MacArthur kurang dianggap berhasil oleh Presiden Harry Truman, memimpin pasukan gabungan PBB memenangi Korea, rakyat Korea Selatan berterima kasih kepadanya.

Pada 3 Oktober 1957, patung jenderal yang terkenal saat Perang Dunia II merebut kembali Filipina dari Jepang, diresmikan di Taman Jayu atau Taman Pembebasan.

Tanah di Semenanjung Korea terbagi menjadi Selatan dan Utara, sejak pendudukan Jepang berakhir pada akhir Perang Dunia II.

Semenanjung Korea terbagi setelah Amerika Serikat dan Rusia yang masih menjadi satu sebagai Sekutu menang Perang Dunia II pada 1945 bersepakat membagi tanah Korea menjadi Utara dan Selatan dengan pemisah garis paralel lintang 38 derajat.

Bunga beraneka warna di Taman Jayu, Incheon, Korsel.KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN Bunga beraneka warna di Taman Jayu, Incheon, Korsel.
Pemisah ini disetujui Dewan Keamanan PBB pada 1945 tanpa melibatkan China karena saat itu Taiwan yang dianggap sebagai China.

Tak lama tanah Korea lepas dari perang, karena pada 1950-1953 perang saudara yang berasal dari satu kerajaan itu  meletus.

Korea Utara yang dibantu China melawan 16 negara yang dipimpin Amerika Serikat. Perang ini mendapat restu PBB meski Rusia sebagai anggota Dewan Keamanan Tetap PBB membantu Korea Utara.

Kembali ke patung Douglas MacArthur. Letaknya di tempat tertinggi di Jayu Park. Sekitar patung terdapat taman dengan bunga beraneka warna.

Warga Incheon, Korsel, bermain catur di Taman Jayu.KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN Warga Incheon, Korsel, bermain catur di Taman Jayu.
Beratapkan kanopi, dua meja lengkap dengan empat kursi di masing-masing sisi meja menjadi tempat asyik buat main catur. Selain dua pecatur ditonton pula oleh rekan-rekannya.

Lebih ke bawah, ada patung berbentuk jangkar yang melambangkan pendaratan pasukan Amerika di sana.

Dan tengahnya adalah sebuah lapangan yang biasa digunakan warga yang melakukan senam.

Sebuah pondok dua lantai dekat lapangan menjadi tempat mengabadikan laut dan kapal kontainer berjajar rapi dengan siluet pegunungan di antara kapal.

Makam PBB untuk para serdadu yang tewas dalam Perang Korea pimpinan AS di Busan.KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN Makam PBB untuk para serdadu yang tewas dalam Perang Korea pimpinan AS di Busan.
Lewat laut bisa berlayar ke Busan, di sebelah selatan semenanjung Korea. Selain urusan festival film dunia, tempat ini dikagumi karena keindahan lautnya.

Dari pelabuhan, pelancong biasa berlayar menikmati pencakar langit yang berjejer di pinggir laut. Jembatan yang menghubungkan dua daratan juga melintang di Busan.

Sepuluh menit perjalanan dari tempat wisata berlayar, di tengah kompleks pemukiman di Busan, ada jejak lain dari Perang Korea. Pemakaman para tentara dari 16 negara.

Makam yang disebut United Nations Memorial Cemetry, bagi warga Korea Selatan dibangun untuk mengingatkan pada bantuan belasan negara membantu merebut kembali Seoul dari penguasaan saudaranya di Utara.

Patung Jenderal Douglas MacArthur di Taman Jayu, Incheon, Korsel.KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN Patung Jenderal Douglas MacArthur di Taman Jayu, Incheon, Korsel.
Pemakaman yang dirawat rapi karena blok antar-negara dibangun dengan baik dengan taman yang dipenuhi bunga warna warni.

Meski berlatar belakang kesedihan dan kengerian perang, perawatan taman makam membuat kesan itu hilang. (KOMPAS TV/YOPHIANDI KURNIAWAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com