Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didi Suryadi, Menjaga Warisan Lukisan Jelekong

Kompas.com - 03/05/2017, 13:22 WIB

”Kami juga melakukan kegiatan yang sama di luar kota, seperti Garut dan Sumedang. Sama seperti di Jelekong, kami menyiapkan kanvas dan cat gratis bagi mereka yang ingin mencoba melukis,” katanya.

Tidak hanya menyasar sektor produksi, Didi juga getol mendorong anggota Gurat berinovasi saat memasarkan karyanya.

Jika sebelumnya menggantungkan pemasaran hanya kepada tengkulak, kini sebagian anggota Gurat berjualan sendiri lewat media sosial dan laman jual beli.

Anggi Sofyan (21) merasakan betul perubahan itu. Media sosial membantunya mempromosikan lukisannya. Sejak dua tahun lalu, ia bisa menjual 10 lukisan. Ia mengatakan mendapat semua ilmu itu dari Didi.

”Pernah ada konsumen datang ke sini setelah tahu di internet. Dia kaget saat melihat lukisan yang pernah ia beli Rp 500.000 di Bali ternyata hanya dijual Rp 90.000 di sini. Saya bilang, itu yang buat orang Jelekong juga,” tuturnya.

Didi mengatakan, sejumlah inovasi itu sudah memberikan hasil. Pengunjung yang datang ke Jelekong tidak hanya makelar lukisan, tetapi juga anak sekolah hingga wisatawan asing. Selain membeli lukisan, banyak dari mereka ikut belajar singkat melukis ala warga Jelekong.

”Ke depannya, tempat ini tidak hanya didatangi pedagang lukisan. Kami ingin kampung ini diakui potensinya sebagai wisata edukasi berbasis pembuatan lukisan,” ujarnya.

Pengakuan paling mutakhir datang akhir Februari lalu. Didi diajak menampilkan karya dalam pameran lukisan bertajuk Sejuta Bunga di Kota Kembang. Enam lukisannya jadi bagian dari 200 karya yang disajikan 150 pelukis dari sejumlah daerah di Indonesia.

”Sudah lama saya ingin ikut pameran lukisan seperti ini. Saya ingin membuktikan bahwa warga Jelekong lebih dari sekadar perajin lukisan,” katanya.

Salah satu karya kebanggaan Didi adalah lukisan berjudul ”Harum Namanya Seharum Sejuta Bunga”. Lukisan yang menampilkan wajah Presiden Soekarno itu disusun dari rangkaian gambar warna-warni bunga. Lukisan yang dihargai Rp 5 juta itu menjadi karya termahal yang pernah ditawarkan Didi.

Didi mengatakan, jika ada warga yang mau belajar, dia tidak akan menolak mengajarinya. ”Pesan terakhir Aki Odin sebelum meninggal masih saya ingat. Ilmu harus disebarkan, bukan disimpan sendiri,” ujarnya. (Cornelius Helmy)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com