Sementara jembatan gantung yang lebarnya hanya cukup untuk satu orang itu memiliki panjang 15 meter dan 50 meter. Ketinggian penyangga pohon bervariasi dari 12 meter hingga 22 meter. Peserta diajak menikmati suasana hutan perawan dari penyangga pohon tersebut.
Waktu selama tiga jam tak terasa saat melesat “terbang” membelah pepohonan. Jessie kerap menyuruh saya dan peserta lainnya meluncur dengan berbagai gaya, mulai dari gaya Superman, jatuh menghadap ke langit, hingga gaya duduk.
Walau tampak bersenang-senang, keamanan sangat diperhatikan. Sebelum memulai perjalanan, instruksi keselamatan disampaikan dengan detail hingga semua peserta benar-benar paham. Tanpa segan, Jessie memberikan “tes kecil” sekadar mengulang apakah peserta benar-benar mengerti instruksi yang sudah disampaikan.
Keheningan
Hutan ini begitu hening. Pohon-pohon begitu rapat. Jarak saya dengan pohon-pohon berusia ratusan tahun itu sangat dekat hingga mudah bagi saya untuk memeluknya. Gesekan daun tertiup angin jelas terdengar.
Namun, walau saya berada di ketinggian, bunyi burung begitu jarang terdengar. Ketika akhirnya muncul burung robin yang mengambil makanan dari pemandu, rasanya baru lengkap.
“Dulu hutan ini sangat sepi, baru ramai malam hari. Sekarang burung-burung sudah mulai kembali,” kata Jessie.
Dulu, malam hari di hutan Dansey Road Scenic Reserve baru terdengar ramai oleh suara-suara binatang seperti tikus dan possum (sejenis tupai). Burung-burung lokal pun terancam punah, habis dimakan binatang-binatang tersebut. Pada siang hari, hutan pun sunyi karena burung-burung makin menghilang.
Lalu para relawan konservasi yang pada akhirnya menggagas Rotarua Canopy Tour mulai melakukan proyek membasmi tikus dan possum. Usaha sejak 2013 itu pun membuahkan hasil. Kini, burung-burung mulai kembali.
Jika beruntung, Anda bisa bertemu atau mendengar nyanyian burung Kereru, Tui, Taotowai, Kaka, Koekoea, Miromiro, dan burung Piwakawaka. Ini adalah burung-burung asli Selandia Baru. Ada burung-burung lain yang dulu menghuni hutan itu, tetapi sekarang sudah tidak ada.
“Sebelum bangsa Eropa datang, hutan ini dipenuhi burung kiwi. Binatang bawaan bangsa Eropa mendesak kelangsungan hidup burung kiwi,” cerita Jessie.
Sebab, zipline terpanjang dalam tur ini yaitu sepanjang 220 meter meluncur dari penyangga yang dipasang di pohon berusia 1.000 tahun itu. Anda dibawa meluncur di ketinggian 22 meter. Itu pun belum di puncak pohon.
Saat meluncur, sepanjang mata memandang pepohonan tinggi yang begitu rindang. Karena begitu tinggi, saat melihat ke bawah, yang tampak adalah pucuk-pucuk pohon. Inilah Selandia Baru sesungguhnya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.