LUMAJANG, KOMPAS.com - Siapa sangka Perkebunan Teh Kertowono punya rumah-rumah peninggalan Belanda yang telah berusia lebih dari satu abad tepatnya tahun 1910. Serunya lagi wisatawan bisa menginap di rumah-rumah peninggalan Belanda itu.
KompasTravel sempat menginap di rumah-rumah Belanda yang ada di Perkebunan Teh Kertowono. Rumah-rumah peninggalan Belanda punya beberapa kamar yang bisa diinapi oleh wisatawan yang tengah berlibur di Perkebunan Kertowono.
Arsitektur rumah peninggalan Belanda terasa kental. Salah satunya terlihat dari banyaknya jendela dan bentuk jendela yang besar.
(BACA: 4 Obyek Wisata di Lumajang yang Tak Boleh Anda Lewatkan)
Lantai rumah masih didominasi dengan tegel-tegel polos. Sementara dinding rumah hanya satu warna yaitu putih dan ditemani warna coklat pada jendela serta atap.
Suasana penginapan rumah Belanda di Perkebunan Teh Kertowono terbilang nyaman. Hawa sejuk terasa dan panorama hijau bisa terlihat. Adapula pabrik peninggalan Belanda di dekat rumah Belanda.
Karyawan Pelaksana Tata Usaha Bagian Anggaran dan Tanaman PTPN XII, Rudi Eko Purwanto mengatakan rumah-rumah peninggalan Belanda itu pada masa lampau merupakan tempat para manajer Perkebunan Teh Kertowono tinggal.
(BACA: Legenda di Balik Indahnya Puncak B29 Lumajang)
Para manajer itu merupakan orang-orang Belanda yang ditugaskan mengelola perkebunan teh sejak tahun 1910.
"Bangunan yang paling tua itu ada di Afdelling tengah. Ini semua bangunan tak ada perubahan bentuk. Kalau kayu masih tetap. Paling ada perubahan di atap rumah karena diganti," kata Rudi saat ditemui beberapa waktu lalu.
Awalnya manajemen Perkebunan Teh Kertowono tak membuat penginapan untuk para wisatawan. Rudi menyebut hanya memberdayakan fasilitas-fasilitas yang ada sebelumnya.
Pengalaman yang ditawarkan untuk wisatawan adalah kebanggaan bisa menginap di rumah-rumah peninggalan Belanda. Sebelumnya, tak ada yang bisa menginap di rumah-rumah tersebut.
"Ini sebuah kebanggaan bisa tidur di tempatnya meneer zaman Belanda. Masyarakat kecil baru bisa merasakan sekarang. Semua yang tinggal dulu itu orang Belanda. Ada yang ditempati manajer dan para pembesar (pejabat tinggi) perkebunan," tambahnya.