”Awalnya, kegiatan ini untuk menjaga kekeluargaan mereka yang notabene pendatang dan minoritas ketika itu. Kegiatan itu juga untuk menghormati leluhur mereka yang merupakan golongan habib atau keturunan Hasan-Husein, cucu Nabi Muhammad SAW,” katanya.
Ziarah kubro mulai dikenal luas ketika Islam berkembang pesat di Palembang pada masa Kerajaan Palembang sekitar abad ke-16. Hal ini ditandai dengan meningkatnya peran warga keturunan Arab menjadi penasihat ataupun guru spiritual raja.
Tradisi itu mulai menjadi ritual bersama warga keturunan Arab dan pemimpin Palembang ketika masa Kesultanan Palembang Darussalam (1659-1823).
”Saat itu, terjadi akulturasi budaya Arab dan Palembang, seperti pawai diiringi prajurit berpakaian khas Melayu Palembang dan mengunjungi makam pendiri ataupun penguasa Palembang terdahulu,” tutur Yudhi.
Wali Kota Palembang Harnojoyo menyampaikan, ziarah kubro telah menjadi ikon budaya dan wisata, baik Palembang maupun Sumsel. ”Kami akan merawat kegiatan ini agar terus dilestarikan,” ujarnya.
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin ketika ditemui menuturkan, ziarah kubro bukan hanya tradisi agama, melainkan juga tradisi untuk menghormati jasa para ulama ataupun pendiri kesultanan. (ADRIAN FAJRIANSYAH)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.