Di sana, pengunjung juga bisa melihat sebuah show. Gajah-gajah akan menghibur Anda dengan menunjukkan keahlian mereka. Pengunjung akan duduk melingkari sebuah lapangan. Gajah-gajah pun akan unjuk gigi di lapangan itu.
Tingkah polah mereka begitu lucu. Gajah-gajah itu masuk ke area lapangan dan bermain harmonika. Mereka bermain harmonika sambil menggoyang-goyangkan kaki mereka bak penari.
Para mahout selalu memandu mereka di setiap aktivitas. Mereka juga bisa bermain sepak bola. Lucunya, saat berhasil mencetak gol, mereka akan menari bersama mahoutnya.
Pertunjukan terakhir yang berkesan bagi saya adalah ketika gajah-gajah itu melukis. Kita harus menunggu beberapa saat sampai gajah itu selesai melukis. Layaknya pelukis profesional, gajah-gajah itu mengusap kuas di atas kanvas dengan menggunakan belalainya.
"Waaaaw," para pengunjung bersorak kagum ketika melihat hasil lukisan gajah-gajah itu.
Siang itu, gajah-gajah yang saya lihat melukis bunga dan juga pemandangan. Lukisan-lukisan itu pun dijual kepada para pengunjung yang menginginkannya.
Lukisan pemandangan yang paling bagus dijual seharga 6.000 baht atau Rp 2.347.780. Lukisan lain dijual sekitar 3.000 baht atau Rp 1.173.890 dan 2.000 baht atau Rp 782.593.
Bukan eksploitasi
Manajer Maesa Elephant Camp, Sarawut Maijun, menjelaskan banyak turis asing yang menilai tempat tersebut mempermainkan hak asasi gajah. Sebab, gajah disuruh bekerja di tempat itu.
Namun, Sarawut menjelaskan tempat itu merupakan tempat pelestarian gajah dari bayi hingga tua. "Uang yang dihasilkan juga kembali untuk gajah-gajah, untuk mengembangbiakkan gajah sebanyak mungkin," ujar Sarawut.
Mereka memang memiliki area khusus untuk gajah-gajah yang baru lahir. Saat ini, ada 81 gajah dewasa dan 3 bayi gajah di Maesa Elephant Camp.
Sarawut mengatakan banyak atau tidak pengunjung yang datang, kualitas pemeliharaan terhadap gajah-gajah tetap harus sama. Kawasan ini juga dikelola swasta tanpa ada bantuan dari pemerintah.
Sarawut mengatakan saat ini pendapatan mereka memang kurang bagus. Salah satunya karena raja mereka, Raja Bhumibol Adulyadej, baru meninggal dunia. Banyak warga yang masih berkabung.
Meski demikian, Sarawut tetap optimis mereka bisa mendapatkan penghasilan untuk merawat gajah-gajah lucu itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.