Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyambangi Teritip, Menimang Buaya

Kompas.com - 21/06/2017, 15:18 WIB

BERKUNJUNG ke Balikpapan, Kalimantan Timur, belum komplet jika tidak menyambangi penangkaran buaya di Kelurahan Teritip. Di tempat itu kita bisa memberi makan buaya, menggendong anak buaya, membeli barang dari kulit buaya, dan makan sate buaya.

Siang hari pada pertengahan April, di salah satu kandang, kolam besar berpagar tembok, suasana sepi. Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) sepanjang hampir 5 meter sedang berjemur. Ia membuka moncong, memperlihatkan deretan gigi laksana mata gergaji besar.

Beberapa buaya membenamkan tubuh ke air berwarna kehijauan, menyisakan ujung moncong dan matanya. Tubuh besar mereka bergerak, tetapi air tampak nyaris tak beriak.

”Ini khusus kandang indukan, berisi 20 buaya, empat di antaranya jantan. Buaya di sini umurnya lebih dari 25 tahun. Yang sedang berjemur itu bobotnya bisa 500 kg,” ujar Imam Rohim, penanggung jawab pemeliharaan buaya, Kamis (13/4/2017).

(BACA: Tantangan Berenang Bersama Buaya, Berani Coba?)

Meski tampak lamban, buaya itu bisa memanjat tembok setinggi 1,5 meter. Ekor mereka berfungsi sebagai kaki kelima.

Beberapa puluh meter dari kandang, ada kandang lain berisi puluhan buaya indukan. Didesain bergaya alami, rindang, dan ada parit di tengahnya. Tujuannya agar buaya nyaman bertelur. Pengunjung bersikap hati-hati tatkala mengintip dari balik tembok.

Beberapa papan peringatan dipasang agar pengunjung waspada dan menjaga jarak dengan pagar kandang. Disarankan tidak menyorongkan kamera hingga tangan masuk kandang. Penyebabnya, buaya gemar berkerumun dekat tembok dan bisa menyambar.

KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA Anak buaya muara yang ditempatkan dalam keranjang plastik ini diserahkan oleh Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Balikpapan, Kaltim ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Kaltim, Jumat (10/3/2017). Dua anak buaya dalam keranjang ini coba diselundupkan via kargo bandara di Balikpapan, Kamis (9/3/2017).
Penangkaran buaya CV Surya Raya itu sekitar 27 kilometer dari pusat Kota Balikpapan. Ada 20 kandang di atas lahan seluas 7 hektar. Separuh jumlah kandang untuk buaya remaja. Beberapa untuk anak buaya.

Di salah satu kandang/kolam yang berlantai keramik dan berdinding tembok setinggi 2,5 meter, puluhan anak buaya saling bertumpuk. ”Mereka bisa melompat, tepatnya mengangkat tubuh. Karena itu, tembok mesti tinggi,” kata Rohim.

Banyak manfaat

Ada 1.500-an buaya di sini, hampir semuanya buaya muara. Sebanyak 60 persen buaya betina. Buaya remaja umur 3-4 tahun yang kulitnya bagus akan ”dikarantina” untuk persiapan dipotong.

Menurut Rohim, 200-300 buaya muara dipotong per tahun. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan angka kelahiran yang diperkirakan 400 ekor per tahun.

Buaya bertelur 1-2 kali setahun dan sekali bertelur 40-50 butir. ”Sekitar 60-70 persen telur akan menetas dan 80 persen anak buaya bisa bertahan hidup sampai dewasa,” katanya.

Kulit buaya yang sudah disamak akan diekspor. Sebagian dibuat aneka produk, seperti dompet dan ikat pinggang, yang dijual untuk pasar lokal.

Selain kulit, gigi dan alat kelamin buaya jantan (tangkur), juga dijual. Harga gigi Rp 100.000 per biji. Tangkur sepanjang 6 cm yang direndam arak putih dan diwadahi toples dijual Rp 600.000.

Sementara itu, air rendaman tangkur dijual Rp 50.000 untuk kemasan isi 200 ml. ”Tangkur dipercaya berkhasiat untuk menambah tenaga,” kata Rohim. Daging buaya diolah menjadi sate, seporsi Rp 100.000.

Buaya, selain gigitannya kuat, kepalanya wajib diperhatikan. Ekor buaya memang kuat dan bisa ”melempar” orang, tetapi kepala buaya berbahaya. Kepala buaya remaja jika dihantamkan bisa meretakkan tulang bahkan mematikan.

”Tidak ada buaya yang jinak meski lahir di kandang dan sering bersama manusia. Insting sebagai predator tetap ada,” kata Rohim. Namun, pengunjung bisa menggendong anak buaya. Agar aman, moncong anak buaya ini diikat kuat.

Kita juga bisa memberi makan buaya. Pengelola menyediakan bangkai ayam yang bisa dibeli seharga Rp 10.000 untuk dilempar ke dalam kolam buaya.

Momen yang dinantikan pengunjung adalah ketika buaya-buaya itu menyambar ayam. Air mendadak tersibak, buaya-buaya yang semula diam bagai seonggok kayu mendadak agresif berebut makanan.

KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA Buaya-buaya muara yang masih anakan ini berada di penangkaran buaya CV Surya Raya, Teritip, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (13/4/2017). Penangkaran ini menampung 1.500-an buaya.
Penitipan

Di penangkaran itu ada 20 buaya air tawar dan 11 buaya supit. Buaya air tawar yang terbesar berukuran panjang 3 meter dan berat 200 kg. Buaya supit dan buaya air tawar ditempatkan di kandang terpisah. Beberapa buaya ini merupakan sitaan dan berstatus milik negara.

Ada pula sejumlah satwa lain yang berstatus dilindungi, seperti beruang madu, rangkong, bangau tongtong, elang, dan merak. Juga dua gajah sumatera yang bisa dinaiki pengunjung. Satwa-satwa ini adalah titipan negara karena merupakan hasil sitaan atau diserahkan warga.

Rohim menuturkan, buaya-buaya ini didatangkan dari penangkaran buaya di Tarakan, Kalimantan Utara, tahun 1990. Semula untuk kepentingan pribadi dan sempat hendak ditutup. Namun, warga sekitar meminta tempat ini tetap buka.

Lima tahun kemudian, penangkaran tersebut dibuka untuk wisata dengan 100 buaya. Lokasi wisata ini semakin komplet karena memiliki rumah panjang (lamin), yakni rumah adat Dayak yang kini populer sebagai lokasi untuk berfoto.

”Tidak rugi datang ke sini,” kata Gustantyo, warga Balikpapan. (Lukas Adi Prasetya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com