(BACA: Pembangunan Kereta Gantung di Kawah Ijen Segera Dimulai)
Marsino adalah salah satu pengojek atau "sopir taksi" di Gunung Ijen sejak tahun 2015. Berbekal jaket, sepatu boot, dan celana olahraga panjang mereka menerjang malam demi sesuap nasi. Pekerjaan ini ia geluti sebagai sampingan ketika tak mengantarkan batu belerang.
"Dapat pelanggannya ya gak tentu, Mas," ujarnya.
Dari pekerjaannya, terkadang ia bisa mengantarkan pendaki dengan kendaraan khusus berbentuk gerobak sebanyak 20 kali dalam satu bulan. Namun, hasilnya tak ia nikmati sendiri.
"Kalau naik itu ditarik tiga orang. Dua orang narik dari depan, dan satu dorong. Itu uangnya dibagi tiga," jelasnya.
Harga jasa "taksi" di Gunung Ijen ia akui belum ada standar bersama. Harga naik dan turun ditawarkan mulai Rp 600.000 - Rp 800.000.
Persaingan antar "sopir taksi" Gunung Ijen terbilang ketat. Sejak mulai mendaki Gunung Ijen, suara-suara tawaran "ojek" atau "taksi" sudah menggema.
Mereka saling menawarkan dengan harga yang bersaing. Ada yang bisa berbeda hingga Rp 200.000 lebih murah meskipun jarak yang ditempuh lebih jauh.
"Kerjaan pokok saya ya bawa tamu ini. Kalau gak dapat tamu, ya menambang belerang. Saya narik ini sekitar 2 jam kalau bawa orang. Musim hujan pun juga narik," papar Marsino.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.