Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Ini Bentuk Kasih Sayang yang Tepat untuk Orangutan

Kompas.com - 07/10/2017, 15:04 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

SAMBOJA, KOMPAS.com - Geraknya yang lincah, tubuh berambut coklat, mimik yang lucu, dan mata besar yang menatap penuh arti memang membuat orangutan jadi begitu menggemaskan.

Saking gemasnya tak sedikit orang yang ingin berinteraksi, sampai ingin memelihara orangutan. Namun ketahuilah, itu adalah bentuk kasih sayang yang salah untuk orangutan. 

"Ada kemungkinan penularan penyakit dengan orangutan. Bisa hepatitis, bisa TBC. Kita bisa menularkan penyakit ke orangutan atau orangutan yang menularkan penyakit ke kita," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur, Sunandar Trigunajasa saat ditemui di acara press tour di Orangutan Research Centre, Samboja, Kalimantan Timur, Kamis (5/10/2017). 

(BACA: Bukan Tanjung Puting, Ini Spot Lain Bertemu Orangutan di Kalimantan)

Selain berisiko penularan penyakit, orangutan harus dijauhi dari manusia karena berpotensi dapat mengubah perilaku orangutan. Padahal orangutan sejatinya adalah hewan liar yang hidup dengan alami di alam bebas. 

Selama ini banyak kejadian yang membuat orangutan jadi kehilangan kemampuan untuk bertahan hidup di alam bebas, setelah lama dipelihara oleh orang. Beberapa oknum, bahkan mengeksploitasi orangutan.  

(BACA: Penting! Tata Cara Melihat Orangutan Langsung di Habitatnya)

Ketua Yasayan Jejak Pulang, organisasi yang bergerak dalam rehabilitasi orangutan, Hery Estaman bercerita mengenai orangutan yang dijadikan petarung tinju di Thailand. Hingga akhirnya ketika dilaporkan, orangutan dibawa pulang ke Kalimantan Tengah untuk direhabilitasi. 

Proses pelepasliaran tiga Orangutan yang dilakukan IAR Indonesia bersama BKSDA Kalbar di kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Ketapang (22/2/2017)Heribertus Suciadi/IAR INDONESIA Proses pelepasliaran tiga Orangutan yang dilakukan IAR Indonesia bersama BKSDA Kalbar di kawasan Taman Nasional Gunung Palung, Ketapang (22/2/2017)

"Perilaku orangutan itu sudah berubah. Merokok, minum soda, dan makan nasi. Akhirnya bisa dilepas ke alam, tetapi butuh waktu yang tak sebentar untuk direhabilitasi," ungkap Hery.

Bahkan bayi orangutan yang dipelihara oleh manusia dengan kasih sayang sekalipun, pada akhirnya mengubah perilaku orangutan yang tidak kompeten dengan habitat aslinya. Seperti tidak dapat mencari pangan sendiri, tidak bisa membuat sarang, sampai tubuh yang lemah. 

Sunandar dalam acara yang sama juga menyayangkan kejadian orangutan yang dijadikan obyek foto di suatu majalah bersanding dengan selebriti ternama. 

"Semoga masyarakat bisa mendukung untuk tidak menangkap dan tidak memelihara orangutan. Harapannya kepada artis juga tidak mencontohkan hal yang tidak baik. Di kalangan selebriti atau panutan diharap tidak mengekspos foto bersama orangutan," kata Sunandar. 

Orangutan punya peranan penting dalam menjaga keberlangsungan hutan. Sebab orangutan adalah umbrella species, yakni spesies yang memiliki kebutuhan habitat yang besar atau persyaratan lain, yang konservasinya berimbas kepada kelestarian spesies lain dalam satu ekosistem. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com