Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Masa Buang Air Mesti di Hutan?"

Kompas.com - 09/10/2017, 21:03 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Pertanian (Mentan) era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2009, Anton Apriyantono (58) menyebut fasilitas pendakian gunung-gunung di Indonesia kurang dikelola dengan baik. Ia menyebut fasilitas di gunung-gunung Indonesia cenderung memalukan.

"Fasilitas pendakian gunung ini jadi masalah besar. Masa buang air mesti di hutan. Ini memalukan," Anton selaku ketua tim ekspedisi dalam jumpa pers "7 Summits In 100 Days" di Jakarta, Senin (9/10/2017).

Ia menyebut pengelolaan gunung-gunung di Indonesia masih kurang dikelola dengan baik. Anton membandingkan hal tersebut saat ia mendaki Gunung Kinabalu.

"Untuk Gunung Kinabalu tak banyak yang mendaki. Di sana juga tak boleh daki sendirian dan harus ditemani oleh guide," ujarnya.

BACA: Mengintip Cara Malaysia Mengelola Gunung Kinabalu

Gunung Kinabalu terletak di Sabah, Malaysia. Gunung Kinabalu sendiri memiliki fasilitas penginapan, toilet, dan pos-pos pendakian yang selalu dijaga oleh petugas.

"Mau tak mau, kalau gunung dijadikan wisata harus dijadikan kelola dengan baik. Pengunjungnya akan tersaring sendiri. Kita (Gunung di Indonesia) terlalu banyak yang mendaki dan tak tersaring," tambahnya.

Menurutnya, opsi pengelolaan gunung di Indonesia bisa diserahkan seluruh maupun sebagian ke pihak swasta.

"Kita ingin gunung-gunung kita dikenal. Rinjani sudah dikenal tetapi masih kurang dikenal. Gunung di Indonesia seharusnya bisa jadi gunung yang menarik. Minimal Binaiya dan Carstenz, Rinjani harus dikelola dengan baik," tambahnya.

Anton menyebut akan memberikan saran-saran pengelolaan gunung-gunung di Indonesia berdasarkan pengalaman-pengalaman pendakiannya di dalam maupun luar negeri. Anton juga akan melakukan ekspedisi pendakian ke gunung-gunung tertinggi ke Indonesia.

BACA: Mantan Mentan Anton Apriyantono Akan Daki 7 Puncak Gunung Tertinggi di Indonesia Dalam 100 Hari

Anton akan mendaki bersama Tri Hardiyanto (27) dan Mila Ayu Hariyanti (28) dalam ekspedisi yang bertajuk "7 Summits In 100 Days".

Anton mengatakan dalam pendakian tersebut, tim akan mencoba mendokumentasikan potensi pariwisata gunung di Indonesia. Selain itu, tim ekspedisi juga akan melakukan misi pelestarian lingkungan selama pendakian gunung.

"Kami akan melakukan promosi lewat media. Kami ingin kerjasama dengan media bagaimana promosi gunung-gunung terutama turis mancanegara. Banyak sebetulnya kelebihan gunung-gunung di Indonesia," jelasnya.

Ekspedisi ditargetkan akan menghabiskan waktu selama 100 hari. Anton menyebut pendakian yang timnya lakukan akan menjadi yang tercepat di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Daftar Planetarium dan Observatorium di Indonesia

Jalan Jalan
Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Harga Tiket dan Jam Buka Gereja Ayam Bukit Rhema di Borobudur

Travel Update
Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Bali Maritim Tourism Hub, Gerbang Penghubung Pariwisata di Indonesia Timur

Travel Update
Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Banyak Kasus Pungutan Parkir Liar di Tempat Wisata, Digitalisasi Tiket Parkir Jadi Solusi

Travel Update
Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Ramai soal Video Pejabat Ajak Turis Korea Selatan Mampir ke Hotel, Ini Kata Sandiaga

Travel Update
Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Cuaca Cerah, Wisata Lembah Oya Kedungjati di Bantul Sudah Buka Lagi

Travel Update
Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Ini 10 Tempat Wisata Luar Ruangan di Jakarta yang Bisa Dikunjungi

Jalan Jalan
Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Imbas Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Sandiaga Berharap Potensi Studi Tur Tidak Berkurang

Travel Update
Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Larangan di Umbul Nilo, Pemandian Sebening Kaca di Klaten

Travel Update
Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Ngargoyoso Waterfall, Wisata Air Terjun Baru di Karanganyar

Jalan Jalan
Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Masyarakat Diingatkan Cek Kelayakan Bus di Spionam

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com