Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Gandrung Sewu Kembali Digelar, Diikuti 1.286 Penari

Kompas.com - 10/10/2017, 20:04 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Festival Gandrung Sewu pada Minggu (8/10/2017). Pagelaran spektakuler yang diselenggarakan enam tahun berturut-turut tersebut melibatkan 1.286 penari. Mereka menari diiringi dengan musik secara langsung di Pantai Boom, di hadapan ribuan wisatawan yang hadir.

Tahun ini, Festival Gandrung Sewu mengambil segmen "Kembang Pepe" yang diambil dari salah satu judul Gending Klasik Gandrung Banyuwangi. Selama enam tahun dihelat, Gandrung Sewu selalu mengambil tema dari gending Gandrung Klasik.

Gending "Kembang Pepe" sendiri adalah salah satu gending yang wajib dinyanyikan pada kesenian Gandrung di segmen ketiga yaitu Seblang-Seblang. Selain "Kembang Pepe" ada empat gending lainnya yang wajib dinyanyikan pada segmen ketiga yaitu Seblang Lukento, Sekar Jenang, Sondreng-sondreng dan Kembang Dirmo.

BACA: Ke Banyuwangi, Didik Nini Thowok Belajar Tari Gandrung

Kembang berarti bunga, sedangkan Pepe dalam bahasa daerah Using berarti dijemur. Kembang Pepe sendiri adalah lambang atau prasemon untuk para penari Gandrung yang saat ini berkeliling keluar masuk hutan, berpanas-panasan mengumpulkan masyarakat Kerajaan Blambangan yang terpisah dan tercerai berai karena peperangan. Gandrung yang berarti "jatuh cinta" adalah salah satu kesenian sebagai sarana perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Blambangan pada masa peperangan.

Barong dan tari Jaripah di Festival Gandrung Sewu 2017KOMPAS.COM/Ira Rachmawati Barong dan tari Jaripah di Festival Gandrung Sewu 2017

Tari Gandrung sendiri adalah tarian khas Banyuwangi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pagelaran dimulai dengan munculnya ribuan Gandrung dari arah bibir pantai Boom dengan latar belakang Selat Bali. Dilanjutkan dengan munculnya Barong Using yang juga tampil bersama dengan ribuan penari Gandrung yang didominasi perempuan.

BACA: Gandrung Sewu yang Berjaya di Tanahnya Sendiri

Bukan hanya penari Gandrung, puluhan penari Barong Ja'ripah juga ikut meramaikan perhelatan akbar yang masuk dalam agenda Festival Banyuwangi 2017.

Yang menarik, pada festival Gandrung Sewu juga ditampilkan fragmen perjuangan masyarakat Blambangan melawan penjajah yang digambarkan pada lagu gandrung "Kembang Pepe". Tokoh Mas Alit, bupati pertama Banyuwangi diceritakan sedang menyamar bersama para prajurit menjadi rakyat biasa.

Salah satu fragmen yang menunjukkan kegigihan rakyat Blambangan di Festival Gandrung Sewu 2017KOMPAS.COM/Ira Rachmawati Salah satu fragmen yang menunjukkan kegigihan rakyat Blambangan di Festival Gandrung Sewu 2017

 

Mereka kemudian berbaur dengan para penjajah untuk berpesta pora. Saat mereka tidak berdaya karena minuman keras, para prajurit menyerang para penjajah. Pada ahir fragmen, diperlihatkan bagaimana Mas Alit memberikan wejangan dan membakar semangat rayatnya untuk berjuang melawan penjajah.

Di tengah-tengah fragmen, para penari Gandrung juga mengajak masyarakat untuk menari bersama, atau biasa dikenal dengan Paju Gandrung.

Di akhir pertunjukan, seribu lebih penari dengan kostum didominasi warna merah menari diiring gending Kembang Pepe di Pantai Boom Banyuwangi. Tepuk tangan meriah dari para pononton mengakhiri pertunjukan spektakuler yang berlangsung sekitar satu jam tersebut.

BACA: Hari Sumpah Pemuda, Gandrung Banyuwangi Tampil di Istana

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan Gandrung Sewu menjadi salah satu festival budaya yang konsisten digelar.

“Selain menjadi atraksi wisata, ini juga cara Banyuwangi untuk konsolidasi budaya dan meregenerasi pelaku seni. Kita buktikan bahwa festival menjadi instrumen ampuh untuk menumbukan kecintaan generasi muda pada seni-budaya," kata Anas.

Tak Sekadar Menari

Sementara itu, Temu Misti (64), penari gandrung legendaris yang hadir pada acara Festival Gandrung Sewu kepada Kompas.com mengaku untuk menjadi penari Gandrung profesional bukan hanya sekedar bisa menari tapi juga menyanyi. Ia mencontohkan dirinya yang sudah belajar menyanyi gending-gending Gandrung sejak usia 12 tahun dan mulai tanggapan menari Gandrung sejak usia 15 tahun.

"Gandrung yang sebenarnya itu semalam suntuk. Mulai dari jam 9 malam sampai menjelang subuh. Selama ini kan yang dikenal hanya tari Gandrung yang dibawakan saat ada tamu datang," kata Temu Misti.

Gandrung Supinah dan Gandrung Temu Musti (kerudung hijau) saat tampil di Festival Gandrung Sewu 2017KOMPAS.COM/Ira Rachmawati Gandrung Supinah dan Gandrung Temu Musti (kerudung hijau) saat tampil di Festival Gandrung Sewu 2017

 

Selama tampil, para penari Gandrung bukan hanya sekedar menari mengikuti musik yang dimainkan tapi juga menyanyi. Ada gending-gending yang wajib dibawakan atau gending yang di-request oleh penonton.

"Kalau yang Gandrung Sewu ini kan hanya menari. Tapi paling tidak mereka kenal dengan kesenian daerahnya. Kalau penari gandrung profesional yang paling muda usianya 24 tahun. Bagian yang berat ya di cengkoknya saat bernyanyi. Itu khas sekali," tambahnya.

BACA: Menyebut Banyuwangi, Teringat Gandrung

Saat ditanya bagaimana cara agar generasi muda tertarik dengan gandrung profesional, Temu Misti mengatakan salah satu caranya adalah mengenalkan gending-gending gandrung kepada generasi muda sejak masih dini.

"Saat masih anak-anak atau usia SD dikenalkan dengan gending gandrung, dilatih menyanyi dan menari. Jika sudah dewasa mereka sendiri yang akan memutuskan untuk melanjutkan menjadi penari gandrung profesional atau tidak. Ini bisa digunakan agar penari Gandrung tidak hilang dari tanah Blambangan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com