JAKARTA, KOMPAS.com — Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat perbelanjaan grosir terbesar di Jakarta. Tidak hanya itu, pasar tersebut juga telah mengalami beberapa perubahan sejak dibangun pertama kali hingga saat ini.
Pasar Tanah Abang yang dulu dikenal dengan Pasar Sabtu berdiri sejak tahun 1735. Yustinus Vinck adalah sosok yang dikenal sebagai pendiri pasar perdagangan ini atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini.
(Baca juga: Cerita Para Pedagang tentang Pasar Tanah Abang Tempo Dulu... )
Tak hanya dikenal dengan Pasar Sabtu, kabarnya orang-orang Belanda saat itu juga memanggilnya De Nabang. Sebab, di sana konon terdapat banyak pohon nabang atau pohon palem yang tertanam di sekitar kawasan itu. Kemudian, masyarakat Batavia mulai merubah panggilan pasar tersebut menjadi Tenabang.
Sementara itu, Pendiri Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan, bercerita, Pasar Tanah Abang dulu pernah menjadi pasar hewan, salah satu hewan yang banyak dijual ketika itu adalah kambing.
Chaer dalam bukunya menceritakan bagaimana kawasan Tanah Abang yang semula merupakan lahan yang rimbun juga asri.
(Baca juga: Kurma Termurah hingga yang Termahal di Tanah Abang )
Zaman dulu, tanah di Jakarta dikuasai oleh Belanda. Pada tahun 1648, seorang kapitan China bernama Phoa Beng Gam meminta izin dari kongsi dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) untuk membuka lahan di Tanah Abang yang kini masuk wilayah Jakarta Pusat untuk dijadikan kebun.
"Setelah lahan dibuka, dia buat kebun tebu, dengan kanal dan pabrik gulanya. Dulu gula komoditas yang baik dan menguntungkan," kata Chaer.
Tanah Abang ketika itu merupakan hamparan perkebunan mulai dari kacang, jahe, melati, nanas, sirih, hingga kebun sayur-mayur.
Sampai pada akhirnya Vinck mendirikan Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen. Namun, lima tahun setelah pasar itu bediri, pada tahun 1740 terjadi kerusuhan, Belanda membunuh orang-orang China, merampas harta benda mereka, dan membakar kebun-kebun mereka.
"Tanah Abang lesu, pasar lesu, hancur semua perekonomian," kata Chaer.
Perputaran uang di Tanah Abang kembali hidup di abad ke-20, ketika saudagar China dan Arab banyak bermukim di Tanah Abang yang dikembalikan peruntukannya sebagai pasar oleh Belanda. Tahun 1881, Pasar Tanah Abang berangsur pulih. Pasar mulai dibuka dua hari yakni Sabtu dan Rabu.
Kian kemari, kawasan Pasar Tanah Abang tumbuh cukup pesat dengan ribuan pedagang yang hadir berjualan di sana. Pasar tersebut kini buka setiap hari Senin hingga Minggu. Waktunya sendiri mulai pagi hingga sore hari.