Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Candi Jolotundo, Wisata Religi Mojokerto, Airnya Bikin Awet Muda...

Kompas.com - 18/11/2017, 15:42 WIB
Achmad Faizal

Penulis

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Tiga jeriken berkapasitas 10 liter air milik Suheri sudah penuh terisi. Merasa kurang, dia turun ke tempat pedagang di pintu masuk dan membeli 2 jeriken lagi dengan kapasitas yang sama.

"Mumpung lagi di sini, sekalian saja. Mumpung ada waktu ke sini," kata warga Desa Wonokalang, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur akhir pekan lalu.

Sore itu, Suheri bersama kakaknya mengunjungi pemandian atau petirtaan Jolotundo Situs candi pemandian bersejarah yang sumber airnya dipercaya keramat dan memiliki khasiat.

(Baca juga : Wisata Religi di Lasem, Ini Tiga Kelenteng Tua yang Bisa Dikunjungi)

Sebanyak 5 jeriken air yang diambil Suheri untuk mengobati sepupunya yang sedang sakit menahun. "Yang mengobati minta kakinya direndam air Jolotundo. Sebagian lagi diminum. Jadi saya siapkan," ujarnya.

Suheri sendiri tidak terlalu sering pergi ke pemandian Jolotundo. Dia tidak tahu persis mengapa air sumber dari pemandian Jolotundo dianggap begitu keramat. Kepercayaan tentang khasiat air Jolotundo didapatnya dari informasi masyarakat dan kabar turun temurun dari nenek moyang.

(Baca juga : Melancong ke Gili Iyang, Pulau Awet Muda di Sumenep)

Khasiat air pemandian Jolotundo juga diyakini Dewi Maharani. Ibu satu anak berusia 30 tahun asal Kota Pasuruan itu mengaku rutin pergi ke Jolotundo setahun sekali bahkan sampai 3 kali. Dia mempercayai, air Jolotundo bisa mengencangkan kulit dan membuat wanita semakin cantik. "Katanya sih biar awet muda kalau mandi di Jolotundo," ucapnya.

Pengunjung membakar dupa di sisi kolam Candi Jolotundo di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. KOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL Pengunjung membakar dupa di sisi kolam Candi Jolotundo di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Dewi bersama 2 orang temannya sore itu memang terlihat usai segar karena mandi di tempat khusus yang airnya bersumber dari lokasi pemandian Jolotundo. Tidak hanya mandi, Dewi juga membawa beberapa botol air mineral kosong untuk diisi dengan air Jolotundo sebagai oleh-oleh.

(Baca juga : Lembah Cinta, Destinasi Wisata Baru di Mojokerto)

Tidak hanya Dewi dan Suheri saja yang memanfaatkan air dari Jolotundo sore itu. Ratusan pengunjung terlihat juga bergentian menadahkan botol atau tempat air lainnya dari sejumlah pipa kecil di situs Jolotundo.

Sebagian mereka juga menaruh sesaji dan membakar dupa tepat di samping kolam pemandian. Ritual itu dilakukan untuk maksud tujuan tertentu. Aroma menyengat dupa seakan menambah suasana mistis di sekitar kolam.

Pengunjung anak-anak nampak bermain air di kolam besar pemandian yang berisi banyak ikan. Sementara di bagian atas kolam ada kolam berukuran kecil yang kedalamannya 1,5 meter. Biasanya digunakan pengunjung dewasa untuk berendam secara bergantian.

Dikutip dari berbagai sumber catatan sejarah, Candi Jolotundo merupakan bangunan petirtaan peninggalan Raja Udayana dari Bali, diperuntukan bagi Raja Airlangga, puteranya, setelah dinobatkan menjadi Raja Sumedang Kahuripan.

Secara geografis Candi Jolotundo berada di ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut tepatnya di bukit Bekel, lereng barat Gunung Penanggungan, gunung suci bagi umat Hindu aliran Siwa.

Pintu masuk area wisata Candi Jolotundo di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. KOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL Pintu masuk area wisata Candi Jolotundo di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Dari gunung, air dialirkan melalui jaringan bawah tanah menuju Candi Jolotundo. Air menjadi salah satu bagian penting dalam ritual masyarakat saat itu, apalagi bersumber dari gunung yang dianggap suci.

Candi Jolotundo memiliki sendang atau tempat air berdindingkan batu, di sisi kiri dan sisi kanan, berukuran 2x2 meter menghadap ke Barat. Air sumber keluar dari lubang di tengah batu dinding di sisi timur.

Sementara di tengah ada kolam bertingkat, dan di bawahnya terdapat kolam berukuran sekitar 6x8 yang dipenuhi banyak ikan.

Pada malam-malam tertentu, Candi Jolotundo banyak didatangi warga yang menggelar ritual-ritual dengan maksud dan tujuan tertentu.

Kepala Dinas Olahraga Dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto, Djoko Wijayanto, mengatakan, situs Candi Jolotundo didesain untuk dikembangkan menjadi wisata religi, karena di situs tersebut memang memiliki nilai budaya yang cukup kental.

Pihak Pemkab Mojokerto kata dia sudah berkoordinasi dengan pihak PT Perhutani untuk mengembangkan dan memperluas kawasan wisata budaya tersebut menjadi 7,3 hektare dari 1,8 hektare luas saat ini. "Kita sedang ajukan kepada tim anggaran untuk memperluas lahan wisata Jolotundo," ucapnya.

Pengunjung memenuhi kolam Candi Jolotundo di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. KOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL Pengunjung memenuhi kolam Candi Jolotundo di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Sayangnya pihaknya belum bisa membocorkan rencana konsep pengembangan Candi Jolotundo kepada media termasuk rencana fasilitas apa saja yang akan dibangun.

Catatan pihaknya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Candi Jolotundo terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2016, tercatat lebih dari 20.000 pengunjung yang datang ke Candi Jolotundo.

Tahun sebelumnya tercatat hanya 17.000. "Sebagian besar wisatawan dalam negeri. Kalau wisatawan mancanegara masih sangat sedikit, belum sampai 5 persen," tutupnya.

********************

Mau paket wisata gratis ke Thailand bersama 1 (satu) orang teman? Ikuti kuis kerja sama Omega Hotel Management dan Kompas.com dalam CORDELA VACATION pada link INI. Hadiah sudah termasuk tiket pesawat (PP), penginapan, dan paket tur di Bangkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com