Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelapa Bakar, Kuliner Unik dari Semarang

Kompas.com - 30/11/2017, 08:10 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Buah kelapa muda biasanya dinikmati tanpa campuran es, ataupun gula. Namun pernahkah Anda cicipi kelapa bakar?

Kalau belum coba singgah di Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebuah kedai sederhana di Kelurahan Manyaran, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang menyajikan minuman kelapa bakar. Kedai sederhana itu milik Bu Warsito sudah ada sejak 2007 silam.

KompasTravel mencoba mencicipi kelapa bakar khas dari kedai itu. Dalam penyajiannya, kelapa bakar bu Warsito ditambahi bumbu rempah-rempah dan plus telur bebek.

(Baca juga : Sensasi Bakso Kelapa Muda, Rasanya Memang Beda...)

Bau amis masih terasa saat hendak meminum kelapa bakar itu. Namun itu tak menjadi halangan ketika diminum. Air kelapa yang masih hangat bercampur rempah sangat terasa jika dibanding air kelapa muda biasanya.

Kelapa bakar bu Warsito ditambahi bumbu rempah mulai dari akar alang-alang, jahe, kencur, empu kunir, adas kulo waras (ramuan jamu Jawa), telur bebek, madu, susu dan jeruk nipis.

(Baca juga : Rujak Unik dari Aceh, Berbahan Dasar Batok Kelapa)

Menurut bu Warsito, ada khasiat tersendiri meminum kelapa bakar. Selain diyakini menyembuhkan asam urat, kolesterol, batu ginjal, liver, manfaat kelapa bakar juga diyakini menyembuhkan penyakit gula.

Kelapa bakar bu Warsito di Semarang, Jawa Tengah.KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Kelapa bakar bu Warsito di Semarang, Jawa Tengah.
Kedai Bu Warsito ini unik karena hanya satu-satunya di Kota Semarang. Setiap hari, kedai miliknya tak kurang dikunjungi 100 orang untuk merasakan legitnya air kelapa bakar itu.

Bahkan para pengunjung dari luar kota nekat datang seperti Kudus, Magelang, Jakarta dan kota-kota lain. Bu Warsito mengatakan, usaha kelapa bakar ini bermula atas saran orang Jepang yang berkunjung ke kedainya.

Pada 2007, orang Jepang minta kelapa muda dibakar. Warsito kala itu sebagai pedagang kelapa muda tak habis pikir, namun ia mencoba melayani warga Jepang itu dengan membakar beberapa kelapa, kemudian disajikan dengan permintaan campuran rempah-rempah di atas air kelapa yang masih hangat.

"Orang Jepang itu sehabis golf biasanya mampir sini, kedai saya jadi langganan. Mereka bilang, khasiat kelapa bakar dan rempah bisa nyembuhin berbagai penyakit," katanya, Rabu (29/11/2017).

Sejak saat itu, bu Warsito mulai membakar kelapa lebih banyak. Di luar dugaan, peminat kelapa bakar ternyata tinggi. Para pengunjung, sambung dia, percaya jika minum kelapa bakar plus ramuan rempah sangat berkhasiat untuk tubuh.

Nenek 50 tahun itu akhirnya beralih menjual kelapa bakar. Setiap hari, kelapa dibakar pada 04.00 WIB. Pembakaran kelapa membutuhkan waktu selama tiga jam dengan kayu bakar.

Kelapa bakar bu Warsito di Semarang, Jawa Tengah.KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Kelapa bakar bu Warsito di Semarang, Jawa Tengah.
Kelapa bakar sendiri harus dihidangkan kala masih hangat. Hal itu, kata dia, lebih berkhasiat untuk tubuh.

"Kalau minum kelapa bakar tidak boleh dimakan daging kelapanya, karena sudah ada minyak. Tidak boleh juga pakai es," tambahnya.

Untuk satu buah kelapa bakar hasil racikannya dihargai Rp 25.000. Pengunjung pun dapat memilih ramuan rempah sesuai dengan keinginan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com