Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Jejak Peninggalan Hindu dan Islam yang Berdampingan di Garut

Kompas.com - 20/01/2018, 11:30 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja

Penulis

Lalu saya pun meneruskan perjalanan di mana candi tersebut berada. Candi berada lebih tinggi dari pemukiman Kampung Pulo. Saya pun harus melalui anak tangga yang sedikit menanjak, barulah sampai di Candi.

Di lokasi Candi Cangkuang, ternyata juga ada makam penyebar agama Islam, yakni makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad.

Cerita di balik kompleks Candi Cangkuang

Saya pun terkagum melihat ada bangunan candi beserta makam tersebut. Untuk mengetahui asal-usul keduanya, segera saja saya mencari juru pelihara di sana bernama Umar.

Umar menjelaskan, di kompleks Candi Cangkuang terdapat dua peninggalan dari Hindu dan Islam. Diperkirakan Hindu di Desa Cangkuang ini sudah ada sejak abad 8, sementara Islam masuk pada abad 17.

“Candi Cangkuang sudah dipugar. Waktu ditemukan, batu candi hanya ada 40 persen. Beberapa batu juga sudah digunakan masyarakat untuk batu nisan, karena masyarakat nggak tau kalau ada candi,” kata Umar kepada KompasTravel, beberapa waktu lalu.

Dia lanjut menjelaskan, Candi Cangkuang hingga kini belum jelas, belum tuntas peninggalan raja mana. Akan tetapi, kata Umar, para ahli arkeolog memutuskan bahwa Candi Cangkuang merupakan peninggalan Hindu abad ke 8.

Candi yang terbuat dari batu tersebut, kala itu khusus untuk sembahyang dan peristirahatan.

“Dan ini dinamakan Cangkuang, kebetulan ditemukan di Desa Cangkuang dan nama Cangkuang itu diambil dari sejenis pohon, namana pohon Cangkuang,” kata dia.

Bangunan candi berukuran 4,5 x 4 meter persegi dengan tinggi 8,5 meter. Usai dipugar, kata Umar, patung Dewa Siwa yang sebelumnya ditemukan di luar candi, di masukan ke dalam candi.

Candi Cangkuang, peninggalan Hindu Abad ke-8, di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (13/1/2018). KOMPAS.COM/Anggita Muslimah Candi Cangkuang, peninggalan Hindu Abad ke-8, di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (13/1/2018).
Patung tersebut juga digunakan untuk menutup lubang yang ada di tengah-tengah candi. Konon, di zaman Hindu, lubang tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan abu. Namun, sekarang tidak pernah digunakan lagi.

Sementara itu, di sebelah candi terdapat makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad.

“Beliau adalah seorang panglima perang kerjaan Mataram. Jadi waktu Raja Sultan Agung memberi instruksi menyerang tentara VOC ke Batavia, beliau gagal. Namun, kalau kembali takutnya ada sanksi, nah beliau sembunyi di Pulau Panjang (lokasi Candi Cangkuang) ini,” kata dia.

Bukti penyebaran Islam

Sebelum Eyang Embah Dalem Arif Muhammad datang ke Pulau Panjang, penduduk di sana menganut agama Hindu. Namun pada abad ke-17, lanjut Umar, beliau mengislamkan penduduk di sana secara bertahap.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com