KULON PROGO, KOMPAS.com – Ratusan orang memenuhi kaki Puncak Widosari di Pedukuhan Tritis, Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, Selasa (1/5/2018).
Puncak Widosari merupakan destinasi Kulon Progo untuk wisata panorama dari ketinggian di Bukit Menoreh.
Semua orang itu warga Tritis. Mereka berdandan.
Sebagian pria mengenakan surjan sebagai baju, jarit untuk bawahan, sandal slop, menutup kepalanya dengan blangkon, dan menyelipkan keris di belakang pinggang.
Baca juga : Black Hole River Tubing, Wisata Ngeri-ngeri Sedap di Kulon Progo
Sebagian perempuan mengenakan kebaya dan bersanggul. Selebihnya, mengenakan baju batik, kebaya modern, hingga baju lurik.
Mereka melangsungkan tawasulan atau tahlilan di sana. Di hadapan mereka terdapat gunungan berisi palawija dan nasi tumpeng.
Usai memanjat doa itu, mereka memotong tumpeng dan membaginya.
“Ucapan syukur dan memohon agar dusun selalu dilimpahi gemah ripah loh jinawi,” kata Warih Trianto, Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata Argo Binangun di Ngargosari.
Tradisi Merti Dusun
Ini semua bagian dari perjalanan tradisi Merti Dusun Tritis, kata Warih. Tradisi ini akan terus dipertahankan di tengah terus berkembangnya Tritis sebagai salah tujuan wisata.
“Kita harus tetap menjaga adat istiadat di tengah berkembangnya dusun. Kita mengawatirkan dari generasi ke generasi tradisi ini menjadi punah. Tanda-tandanya tentu ada,” kata Warih.
Tritis merupakan satu dari 11 pedukuhan di Ngargosari. Dukuh ini berada di ketinggian 900 meter dari permukaan laut.
Tritis naik daun dengan wisata panorama Puncak Widosari dan perkebunan teh. Warih mengatakan, ribuan orang tiap bulan mampir ke dua destinasi ini.
Obyek Pariwisata
Sebagaimana orang Jawa pada umumnya, warga Tritis juga masih memegang erat adat istiadat sampai sekarang.