KULON PROGO, KOMPAS.com - Goa Kiskendo salah satu tujuan wisata yang berada di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Obyek wisata ini menerima kunjungan berlimpah di libur Lebaran 2018 kemarin.
Pengelola Kiskendo mencatat 400-600 pengunjung dalam 1 hari menyusur goa di libur Lebaran itu. Puncaknya di hari ke-3 setelah Lebaran. Jumlah ini melebihi kunjungan di hari biasa yang sekitar 100-150 orang.
Goa beserta kisah-kisah yang menyertainya menjadi daya tarik terbesar obyek wisata ini. Goa konon sudah ditemukan 2 abad silam. Para leluhur terdahulu memanfaatkan untuk mencari ketenangan batin dan pencerahan lewat bertapa.
Pemerintah Daerah DI Yogyakarta melihat potensi wisata goa ini lantas mengelolanya sejak1979. Kemudian, Dinas Pariwisata Kulonprogo mengelolanya sejak 2005.
Baca juga: Goa Rancang Kencana, Saksi Bisu Peradaban Manusia di Gunungkidul
Goa itu sepanjang 1,5 kilometer goa di dalam bumi Bukit Menoreh. Ada dua percabangan besar di dalamnya dan mengarahkan pengunjung pada bekas tempat banyak orang di masa lalu dalam melakoni pertapaan.
Pemandu wisata susur goa, Adi Slamet mengatakan, terdapat 9 ruang kecil di dalamnya yang dulu sebagai tempat bertapa. "Dulu, dalang kondang Ki Hadi Sugito pernah 5 hari tanpa keluar di dalamnya, sekitar tahun 1964," kata Slamet.
Baca juga: Disukai Pengunjung, Atraksi Kera Panjat Pinang di Goa Kreo
Kini, Kiskendo tumbuh menjadi salah satu obyek andalan Kulon Progo. Dalam satu hari pengunjung bisa datang antara 100-150 orang. Masuk ke Kiskendo cukup membayar Rp 5.000 per orang. Parkir hanya Rp 2.000 untuk roda dua dan Rp 5.000 untuk roda empat.
Pengunjung berkelompok bisa memanfaatkan jasa pemandu susur goa dengan membayar jasa Rp 40.000. Adi Slamet mengatakan, pengunjung tidak wajib menyewa pemandu.
Suasana goa cukup gelap, hening, dan dingin. Karenanya pemandu menyewakan senter dan helm. "Pantangannya adalah tidak boleh membuang sampah. Jangan kotori. Jangan pacaran. Tidak boleh mencoret-coret," kata Slamet.
Pengunjung memadati obyek wisata Goa Kiskendo ini akhir pekan lalu. Hendri Nugroho warga Surabaya, Jawa Timur, salah satu pengunjung saat itu. Ia datang bersama kerabatnya sejumlah 10 orang yang terdiri dari 3 keluarga, berlibur ke goa ini sebelum kembali ke Surabaya. Mereka berada di akhir masa libur sekolah yang panjang.
Kiskendo jadi pilihan karena kebetulan dekat dengan tujuan persinggahan Hendri dan kawan-kawannya. "Kami dalam kunjungan ke rumah guru dari anak-anak di Desa Boro (Banjarasri, Kalibawang). Hari ini kami gunakan wisata, dan menurut petunjuk salah satu yang paling dekat Kiskendo," kata Hendri. Kalibawan bersebelahan dengan Girimulyo.
Sugriwo Subali
Sejatinya banyak pilihan kalau obyek wisata di Perbukitan Menoreh ini. Desa-desa di Menoreh berlomba untuk mengangkat potensi wisatanya. Selain Kiskendo, ada 8 potensi wisata di kecamatan ini dan dikelola warga. Karenanya wisatawan pun banyak ke Menoreh.
Tapi Kiskendo punya kelebihan sebagai obyek wisata dengan banyak latar kisah. Banyak kisah yang bisa digali dan menjadi bahan cerita bagi para pengunjungnya.
Kiskendo sendiri merupakan sepenggal cerita dalam pewayangan. Kiskendo sebutan sebuah kerajaan di bumi yang dikendalikan manusia berkepala kerbau dan sapi, Maesasura dan Lembusura namanya.
Sugriwo dan Subali pemilik asli kerajaan itu datang untuk merebut. Keduanya dalam wujud setengah kera setengah manusia menghancurkan Maesasura dan Lembusura. Pertempuran terjadi pada kedua pihak.
Subali terkubur di goa dan Sugriwo kembali ke langit. Subali akhirnya bisa keluar dari sana dengan cara menjebol tanah dan terciptalah goa.
Pemandu susur goa ini juga cerita, pemerintah dan komunitas seni DIY membuat relief kisah Sugriwo - Subali pada dinding batu di luar pintu masuk goa. "Dari cerita itu maka dibikinlah relief di batu ini pada tahun 1980-an," kata Adi Slamet.
Hajar Hanifa, seorang warga Kecamatan Kokap di Kulon Progo, Yogyakarta, mahasiswi ISI Yogyakarta program studi film. Ia mengaku sudah 3 kali ke Kiskendo. Menurutnya Kiskendo tidak membosankan meski banyak yang berubah.
"Kebetulan saya memang tidak suka wisata yang jauh-jauh apalagi macet. Banyak yang berubah ini setelah kesekian kali ke sini," kata Hanifa.
Eko Rahmi, seniman lukis asal Sleman Yogyakarta menyukai lukisan abstrak dengan tema bebas.
Ditemui di pintu goa, ia mengatakan kalau jalan-jalan selalu menimbulkan inspirasi bagi tema lukisan yang dibuatnya. Ke Kiskendo, menurutnya, sekaligus untuk menjadi salah satu bagian dari dirinya untuk menemukan kesan kuat yang akan dilukisnya.
"Kita lihat apa ada yang bisa (jadi inspirasi lukisan)," kata Rahmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.