Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 05/10/2018, 19:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Gunung Aconcagua yang terletak di perbatasan Cile dan Argentina merupakan gunung tertinggi di Amerika Selatan.

Gunung ini juga termasuk dalam tujuh gunung tertinggi di dunia, dengan ketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut.

Gunung Aconcagua terletak di jajaran Pegunungan Andes dan terkenal memiliki cuaca dingin yang didominasi es, gletser, dan bebatuan. Gunung ini terkenal pula oleh cuaca ekstrem badai angin yang berbahaya, dikenal dengan sebutan "el viento blanco."

Selain badai angin, para pendaki juga harus waspada terhadap kadar oksigen yang tipis di gunung tersebut. Kadar oksigen di puncak Aconcagua lebih rendah sekitar 40 persen daripada di daerah dekat laut.

Baca juga: Mudahnya Pelesir ke Cile, WNI Dapat Bebas Visa hingga 90 Hari

Akan tetapi, dilihat dari karakteristik perjalanan, tingkat kesulitannya terbilang masih ringan karena tidak perlu memanjat tebing es. Bagi pendaki, sejauh ini berjalan kaki di atas es menjadi yang paling sulit dijalani.

Beberapa pendaki asal Indonesia .berhasil sampai puncak Gunung Aconcagua. Antara lain Fransiska Dimitri dan Mathilda Dwi dari Mahitala Unpar berhasil mencapai puncak pada 30 Januari 2016.

Fransiska Dimittri (22) dan Mathilda Dwi Lestari (22) berada di Puncak Gunung Aconcagua, Argentina pada Sabtu (30/1/2016) pukul 17.45 waktu setempat atau Minggu (31/1/2016) pukul 03.45 WIB. Gunung Aconcagua adalah salah satu puncak gunung tertinggi di dunia yang terletak di jajaran Pegunungan Andes dengan ketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut (mdpl).Arsip Mahitala Unpar Fransiska Dimittri (22) dan Mathilda Dwi Lestari (22) berada di Puncak Gunung Aconcagua, Argentina pada Sabtu (30/1/2016) pukul 17.45 waktu setempat atau Minggu (31/1/2016) pukul 03.45 WIB. Gunung Aconcagua adalah salah satu puncak gunung tertinggi di dunia yang terletak di jajaran Pegunungan Andes dengan ketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kemudian Dody Johanjaya, pendaki dari Mapala UI, yang mencapai puncak pada Februari 2012. Pada tahun 2010 ada tim Wanadri, dan pda 2011 ada tim Mahitala yang juga berhasil mencapai puncak.

Sementara itu, khusus gunung Aconcagua, Mapala UI tercatat sudah tiga kali menyambanginya.

Pada pendakian pertamanya tahun 1992, Mapala UI tidak berhasil mencapai puncak gunung itu. Mapala UI bahkan harus rela kehilangan dua pendaki terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Samsu.

Setahun berselang, Januari 1993, tim tersebut berhasil "membayar" hutang pendakian ke puncak Aconcagua. Pendakian Mapala UI itu dilakukan oleh Tantyo Bangun dan Ripto Mulyono, sekaligus untuk memasang plakat mendiang almarhum Norman-Didiek.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+